Skip to main content

Putri Tirani Itu Pelupa

"Pride, Bagaimaka kondisimu? Jika butuh sesuatu, katakan saja padaku..."

Ucap Stale dengan ramah sambil menatap wajahku.

“Jadi tidak sabar untuk hari esok ya kak!”

Dengan wajah penuh senyum, Tiara menggenggam tanganku.

"Ya.. Tapi agak deg-deg-an sih..."

Aku meraih tangan Tiara dan memberikan senyum pahit pada Stale. Kemudian ia pun berkata "Tenang saja, kan ada aku", dilanjutkan dengan Tiara yang juga berteriak "Ada aku juga loh!". Dan itu membuat kekhawatiranku sedikit mereda.

Tapi entah kenapa...

Akhir-akhir ini, aku merasa mereka berdua memasang ekspresi yang rumit. Yah, mungkin itu karena aku memang membuat mereka khawatir sih.

Besok adalah hari ulang tahunku yang keenam belas.

Di negeri ini, ketika seorang anak perempuan menginjak usia 16 tahun maka akan diperlakukan sebagai "Wanita dewasa".

Itu sebabnya, perayaan ulang tahun besok bisa dikatakan sebagai hari yang paling penting bagi diriku.

Jika pada saat itu aku tidak mampu menunjukkan kepantasanku sebagai seorang ratu, atau bahkan sampai terjadi masalah, dampaknya bukan hanya sekedar gosip buruk saja. Bisa jadi itu akan menimbulkan keributan yang bahkan dapat menggoyahkan posisi keluarga kerajaan.

Ditambah lagi, aku harus memberikan pidato sebagai orang yang mencetuskan kebijakan bersama antar Aliansi yang sedang kami kampanyekan. Dan juga sebagai General Manager sistem sekolah berdasarkan usia yang akan dibangun di negeri.

Memang Ibu, sebagai Ratu saat inilah yang bertanggung jawab atas Kebijakan bersama antar aliansi. Namun untuk urusan sistem sekolah yang akan dibangun, beliau menyerahkan garis besarnya kepadaku. Tentu saja ini merupakan tugas yang terlalu berat untukku dan Stale, jadi Perdana Menteri Gilbert yang merupakan asisten ayah beserta beberapa orang penting lain akan ikut membantu.

"Saya juga akan berusaha semaksimal mungkin agar acara Perayaan ulang tahun besok dapat berjalan dengan lancar"

Ucap Perdana Menteri Gilbert yang baru saja selesai melakukan beberapa finishing, sambil menyusun dokumen di tangannya.

“Terima kasih banyak, Perdana Menteri Gilbert.”

"Bukan masalah, sebab semua ini juga demi rakyat, demi Pride-sama, dan juga demi keluarga kerajaan... Terkait sistem sekolah, saya juga akan ada di samping Anda saat pengumuman nanti. Lalu..."

Tiba-tiba kalimat Perdana Menteri Gilbert terhenti. Dan ketika aku menoleh ke arah Stale yang ada di belakangku, ia menunjukkan ekspresi yang aneh. Seketika Perdana Mentri Gilbert berkata "Tidak, kita sebaiknya tidak membicarakan ini" lalu meninggalkan ruangan setelah berpamitan kepadaku, Stale dan Tiara.

Aku sempat penasaran dan menatap Stale, namun ia malah menatap tajam ke arah pintu tempat Perdana Menteri Gilbert keluar.

Kalau dipikir-pikir, sepertinya hari ini aura kebencian Stale kepada Perdana Menteri Gilbert lebih sedikit dari biasanya.... Jangan-jangan justru kondisi Stale hari ini lebih buruk dari diriku? Ditambah Tiara juga terlihat menatap Stale dengan khawatir.

“…Stale... Kamu baik-baik saja??”

"...! Maaf, barusan aku sedang memikirkan sesuatu... aku baik-baik saja kok..."

Dia mengatakan itu sambil tersenyum, tapi aku tetap merasa dia sedang tidak sehat. Apa mungkin Stale juga gugup menghadapi hari esok? Kalau memang iya, maka akulah penyebabnya.

“Kalau begitu aku akan latihan dengan Arthur dulu, Pride gimana??”

“Aku masih ada persiapan terakhir buat besok... Sampaikan salamku untuk Arthur.”

Stale yang tampak lega ketika mendengar kata-kataku pun menjawab "Oke". Tiara juga kembali ke kamarnya setelah berkata "Aku juga.. mau memeriksa gaun yang akan kupakai besok".

...Sepertinya memang ada yang aneh dengan mereka berdua.


"...Begitu ya... Jadi Anda ini utusan, Ah maaf, kurir Kerajaan Freesia yang terkenal itu ya... ya..."

Kerajaan Yablanc.

Sebuah negara kecil yang berjarak sekitar dua hari berjalan kaki dari Kerajaan Freesia, dan baru saja membentuk Aliansi dengan Freesia.

Disebuah ruang takhta yang ada di Istana negeri kecil itu.

Seorang pria dan dua pengawal kecilnya sedang berlutut dihadapan raja dikelilingi oleh Keluara Kerajaan serta para penjaga. Meskipun sedang berhadapan dengan raja, pria itu mengenakan penutup kepala dan melilitkan kain di mulutnya. Sedangkan dua pengawal kecil yang ada di sisi kanan dan kirinya mengenakan jubah yang gak longgar dan menunduk, sehingga wajah mereka tak dapat terlihat.

Pria yang di sebut kurir itu pun mengangguk tanpa kata, dan dengan penuh hormat menerima surat yang diberikan sang raja melaui pengawalnya.

“Kudengar besok adalah perayaan ulang tahun putri pertama Kerajaan Freesia, Pride Royal Ivy ya... Sayang sekali negara kami tidak dapat menghadiri perayaan itu... tapi kami sudah menyiapkan beberapa bingkisan. Apa bisa aku menitipkan bingkisan-bingkisan itu pada Anda? Kami akan siapkan kereta kuda jika diperukan...'

Sang kurir pun mengangguk menanggapi pernyataan sang raja.

Dengan kemampuan khusus miiknya, pria itu dapat membawa benda seberat apapun dengan mudah. Setelah memeriksa perabotan emas yang disiapkan sang raja, si kurir pun membuka salah satu tas kantong yang ia bawa di punggungnya. Saat ia melonggarkan pengikat dan menuangkan isi kantong tersebut, yang keluar hanyalah gumpalan tanah dan pasir.

Lantai kerajaan yang tadinya indah tak berdebu itu kini telah ternodai dengan tanah yang dibawa oleh si kurir. Kemudian pria itu pun menjentikkan jarinya setelah menggenggam lengan pengawal kecil di kedua sisinya itu.

Bersamaan dengan suara jentikan jari, gumpalan tanah itu pun mulai bergerak, memadat, dan membentuk sebuah permadani yang besar dan lebar. Sang kurir memeberikan isyarat dengan tangannya agar para prajurit meletakan bingkisan-bingkisan itu di sana. Padahal setiap perabotan emas itu beratnya hampir tidak sanggup di bawa oleh satu orang prajurit, akan tetapi mau sebanyak apapun perabotan yang diletakan di permadani tanah itu, tetap saja tak ada tanda-tanda adanya keretakan. Jika semua barang sudah naik, yang tersisa hanyalah menggerakkan seluruh permadani tanah itu saja.

Ketika menyaksikan itu sang raja pun terperangah seolah melihat permadani terbang yang selama ini ada di buku bergambar menjadi nyata. Sambil terus menyaksikan para prajurit menyusun bingkisan-bingkisan di atas permadani, sang Raja pun berkata.

"Ngomong-ngomong Putri pertama kalian sudah enam belas tahun ya... Kalau tidak salah di negeri kalian itu..."

Sebagai seorang raja, ia sedikit memahami budaya dan aturan di negeri-negeri yang beraliansi dengan mereka. Dan karena itu, sambil membelai janggutnya, sang raja pun teringat akan satu tradisi di Kerajaan Freesia.

"Kudengar wanita kelas atas, di negeri kalian termasuk keluarga kerajaan, akan menentukan tunangan mereka pada usia enam belas tahun ya... Khususnya untuk keluarga kerajaan, hal itu biasanya diumumkan saat perayaan ulang tahun ya..."

Kreek..

Tiba-tiba muncul retakan di permadani tanah yang bahkan tak kunjung retak meskipun menahan banyak bingkisan yang begitu berat di atasnya.

Salah satu pengawa kecil sang kurir pun menarik nafas dengan terengah-engah. Ketika menyadari hal ini, sang kurir pun segera memperbaiki retakan itu dengan kemampuan khususnya.

Para prajurit sempat khawatir apa mungkin permadani itu sudah mencapai batasnya, namun sang kurir memberi isyarat kepada mereka untuk tetap melanjutkan pekerjaan mereka. Meskipun sedikit heran dengan kejadian itu, sang raja pun berkata "Kalau begitu, besok pasti adalah hari yang patut untuk di kenang... Tolong sampaikan salamku untuk sang ratu dan putri pertama kalian..."

Sang kurir dan kedua pengawalnya pun membungkuk pada raja lalu berbalik.

Seketika permadani yang telah terisi penuh dengan bingkisan pun mulai meluncur dengan mulus di lantai, dan membawa segala muatan diatasnya tanpa getaran sedikitpun.