Vol.03 - Ch.14
Aktivitas Ain di Sekolah, Tahun Kedua (Awal)
Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 3 Desember 2020 .
Selamat Membaca….
Seperti biasanya, Ain berangkat ke sekolah dengan di antar oleh Chris. Ain yang sudah terbiasa dengan keramaian yang selalu terjadi di stasiun White Rose ini menuju ke sekolahnya sambil memikirkan apa yang akan dia lakukan hari ini.
“Loh? Ain-sama… Selamat pagi….”
“Selamat pagi Yang Mulia.. sepertinya hari ini kita satu kereta ya….”
Dia bertemu dengan kedua sahabatnya di pagi hari. Loran yang telah menjadi lebih akrab ketimbang tahun pertama. Dan juga Leonard yang merupakan lelaki berambut perak.
Leonard merupakan keluarga Duke Fors dan merupakan calon bangsawan kelas atas di Istalica ini. Setelah turnamen yang ditonton Ain sewaktu masih berada di tahun pertama, Leonard memberanikan diri berbicara kepada Ain.
Sejak saat itu, karena kecocokan kepribadian mereka, akhirnya mereka bertiga pun sering beraktivitas bersama.
“Selamat pagi….. Lagi-lagi hari ini ramai sekali sampai bikin lelah ya….”
Mereka berdua hanya tertawa ringan setelah mendengar komentar ain. Karena mereka tidak perlu mengobrol di stasiun, mereka pun langsung berjalan menuju ke sekolah. Bersama dengan Chris yang merupakan pengawal Ain, dan dua orang pengawal keluarga Duke Fors. Mereka berenam pun berjalan bersama menuju ke sekolah.
Seperti inilah aktivitas sekolah Ain hari ini dimulai, sama seperti biasanya.
*
Karena sudah tiba di sekolah, mereka pun berpisah dari Chris dan dua orang pengawal keluarga Fors. Sebenarnya di dalam Kingsland Royal Academy ada beberapa orang yang diselundupkan secara diam-diam dan tidak disebarluaskan. Mereka bertugas untuk melindungi anak-anak bangsawan serta sosok-sosok yang menjanjikan bagi masa depan Istalica jika ada keadaan darutat.
“Yang Mulia, apa Anda sudah sarapan?”
“Belum nih…. Kalian berdua??”
“Aku hanya makan makanan ringan tadi….”
“Aku juga…. Kalau begitu kebetulan, kita ke terrace saja dulu….”
Sekolah ini memiliki sebuah Open Terrace. Di sana terdapat kafetaria dan Lounge yang berdekatan. Jadi mereka bisa makan sambil belajar mandiri disana. Dan mereka bisa menikmati makanan bersama-sama.
Berkat saran dari Loran itu, mereka pun memutuskan untuk menuju ke Terrace terlebih dahulu.
“Hari ini makan apa ya…”
“Kalau aku…. kurasa aku akan membeli sayuran pegunungan…”
“Kalau aku apa ya…. karena nanti sore aku latihan praktik… aku ingin mengisi nutrisiku dengan daging-dagingan…”
“Kalau begitu aku mau makan seafood saja deh….”
“Yang Mulia, bukankah itu sama seperti biasanya ya?”
“Ketahuan ya? Tidak apa-apalah… makanan di sini enak kok… lagipula aku juga makan makanan yang lain juga kok…”
Menu di kantin itu dibuat oleh banyak chef ternama. Meskipun Ain dan Leonard memiliki selera yang cukup tinggi, tidak ada keluhan keluar dari mereka, dan makanan dari segi volumenya, cukup berlimpah untuk seorang siswa.
Pada dasarnya karena biaya sekolah sudah termasuk biaya pemakaian kantin, jadi tidak ada biaya saat makan di kantin. Bagi Loran yang merupakan keluarga biasa, hal ini sangatlah membantu.
Ain juga sangat menyukai makanan laut yang ada disini. Bahan-bahan yang mereka bawa setiap pagi masih segar dan cukup enak meski dimakan mentah-mentah. Meskipun kadang-kadang Ain juga pernah memesan menu yang berbeda, namun kebanyakan Ain memesan makanan laut di sini.
“Tapi ini rasanya memang mewah sekali ya….”
“Mewah??”
Leonard sedikit heran setelah mendengar komentar Ain.
“Iya… karena kita bisa mendapatkan makanan yang sangat enak sepagi ini dan bersantai di Terrace, padahal kita ini siswa….”
“Memang sih… benar apa yang dikatakan Ain-sama…. Aku juga pernah berpikir begitu….”
“Sebagai gantinya kita harus memberikan hasil…. Itulah tujuan dari sekolah ini… Kita diminta menunjukkan seberapa berharganya diri kita, dan mereka yang menilainya… yah memang tidak bisa disangkal sih kalau kita mendapatkan sesuatu yang sedikit lebih berlimpah daripada sekolah atau kelas lainnya….”
Sambil berbincang-bincang sesaat, Ain dan teman-temannya itu tiba di Open Terrace. Terlihat beberapa orang duduk di kursi yang ada di sana-sini, dan meskipun mungkin mereka berbeda angkatan, mereka semua adalah murid First Class.
Ada beberapa orang di antara yang makan dengan senyap, dan ada juga yang sedang belajar mandiri. Benar-benar melakukan kegiatan mereka dengan bebas.
“Biar aku yang membuat pesanan…. Sesuai apa yang tadi di bilang kan?”
“Maaf ya Loran…. tolong ya…”
“Ya… kalau begitu aku dan Yang Mulia akan ke tempat duduk duluan dan menunggu…. tolong ya…”
“Oke…. Kalau begitu aku kesana dulu….”
Loran pun pergi memesan makanan untuk semuanya, sedangkan dua orang lainnya duduk terlebih dahulu dan menunggu kedatangannya.
Ada tempat yang sering mereka bertiga kunjungi, yaitu sebuah meja yang di pinggiran terrace itu. Di sebelahnya ada air mancur kecil dan pohon besar, sebuah tempat dengan pemandangan yang bagus.
Hari ini cuaca sangatlah bagus. Sinar mentari menyinari dari celah-celah pohon, disertai dengan angin yang bertiup lembut. Benar-benar mendukung untuk menikmati pemandangan yang ada.
“Leonard… Aku dengar kemarin Duke Fors dipanggil oleh Warren-san, ada apa ya?”
“Ya. Ada sedikit masalah dengan Ogast Company… mereka di macam-macami oleh perusahaan-perusahaan yang ada…. Perusahaan-perusahaan ini memiliki hak berpendapat yang lumayan besar… dan salah satu dari mereka memiliki hubungan dengan keluarga Fors….Jadi diundang untuk mendengarkan kami….”
“Begitu ya…. Semacam pengumpulan informasi begitu?”
“Benar…. Karena Ogast Company adalah perusahaan yang cukup baik saat ini, jadi banyak yang iri….. Kalau menurutku pribadi juga sepertinya tidak aneh jika dalam beberapa tahun kedepan nanti mereka menjadi perusahaan yang memiliki kekuatan cukup besar di Ibukota ini….Bahkan keahlian ketuanya itu cukup luar biasa dan menakutkan dari sudut pandang kami sekalipun… ”
Nama ketua perusahaan itu adalah Graf Ogast. Yaitu Graf yang telah mengubah nama keluarga yang sebelumnya adalah August. Seseorang yang membuktikan keterampilannya di Heim kini dia mengaplikasikannya di Istalica. Pria itu adalah sosok yang sangat di hargai oleh Warren, sampai-sampai ia berkata ‘Sepertinya Graf-dono dilahirkan di negeri yang salah’.
Ketika perusahaan itu berdiri setahun yang lalu, bahkan mereka sama sekali tidak masuk di dalam topik pembicaraan orang-orang. Namun setelah baru setengah tahun berlalu, keadaan berubah drastis dan nama Ogast Company banyak terdengar dimana-mana.
“Benar…. Graf-san sepertinya memang orang yang sangat berbakat….”
“Ngomong-ngomong, Yang Mulia kenal dengan ketua Ogast Company ya….”
“Yahh ada banyak hal terjadi….”
“…Jangan-jangan…. Anda berhubungan baik dengan cucunya, nona Claune?”
“Yah, soal apa ya?? Aku kenal Claune kok… Hmmm….”
Setelah mendengar jawaban itu Leonard pun tersenyum lembut.
Leonard bisanya adalah orang yang memiliki ekspresi wajah kasar. Pada dasarnya keluaga Duke Fors adalah keluarga yang turun-temurun mengurusi urusan hukum. Itu sebabnya ia di besarkan dengan pendidikan yang tinggi serta berwatak keras.
Namun jika diajak berbicara, ia akan menunjukkan kesan yang jauh berbeda dari kesan pertamanya itu. Meskipun perubahan ekspresinya cukup sulit dimengerti, namun dia adalah orang yang cukup mudah diajak berbicara. Ia memahami mimik orang lain, dan sangat mudah perhatian. Ain pun pernah mendengar ada kelompok fans tersembunyi untuk pria itu.
“Hei,semuanya…. Maaf membuat kalian menunggu!! Loh? Kalian lagi ngobrol apa??”
“Hanya soal aku senang kalau Yang Mulia bahagia, itu saja…. Maaf ya Loran, membuatmu membawa pesanan….”
“Tidak apa-apa. Ayo kita makan selagi masih hangat…. Sepertinya hari ini juga cukup lezat….”
“Kurasa tidak berlebihan jika dikatakan kehidupan sekolahku tidak akan dimulai jika tanpa ini….”
Loran telah kembali ketempat mereka berdua, dan membawa makanan untuk mereka bertiga dengan cekatan. Mereka bertiga yang tengah dalam masa pertumbuhan itu pun melahap santapan yang telah lama mereka nantikan.
“Oh, hari ini kalian datang juga ya…. Nih… makan…..”
Beberapa ekor burung kecil menghampiri mereka bertiga yang sedang menyantap makanan. Burung-burung itu adalah sahabat kecil yang selalu muncul ketika Ain dan kawan-kawannya berkumpul di tempat ini.
Ain beranggapan burung-burung itu lapar, jadi dia memotong-motong roti dan memberikannya kepada mereka.
“Hari ini pun kalian semangat ya makannya….”
“Benar-benar…. Bisa mendapatkan makanan dari Yang Mulia… Burung-burung ini benar-benar sangat bahagia….”
“Beri aku lagi Leonard… Kalau sebesar itu kan….. Ohhh kalian masih mau makan ya… Apa boleh buat….”
“Ini juga seperti menjadi aktivitas harian kita ya….”
Entah sejak kapan. Mungkin sejak pertama kali Ain dan Loran duduk di tempat ini. Kala itu mereka seperti mendengar suara burung-burung kecil di atas pohon, dan mereka perlahan-lahan turun ke bawah mencari makanan.
Melihat hal ini, Ain mengira mereka kelaparan, jadi ia pun memotong roti miliknya dan memberikannya pada mereka. Dan sejak saat itu, burung-burung itu sering berkumpul ketika melihat wajah Ain.
“Pihak kantin juga sudah mengizinkan, jadi tidak masalah kan….”
Ada kemungkinan bahwa hal ini dilarang jika mempertimbangkan faktor kotoran burung. Karena itu Ain segera menghubungi pihak kantin dan bertanya apakah dia boleh memberikan sebagian rotinya itu. Dengan mudah izin itu ia dapatkan, dan aktivitas memberikan makanan ini menjadi aktivitas harian mereka.
“Ngomong-ngomong, Yang Mulia. Apa rencana Anda hari ini?”
“Aku sama sekali belum memikirkannya…. Mungkin aku akan mengunjungi perpustakaan…. Ada hal yang ingin aku selidiki….”
“Sepertinya sejak tahun lalu Anda terus menyelidiki sesuatu…. apa Anda belum menemukan satupun petunjuknya??”
Apa yang sedang Ain selidiki adalah berkaitan dengan Magic Stone yang misterius itu. Magic Stone yang sampai saat ini masih menjadi misteri. Sekolah ini memiliki banyak dokumen berharga yang tidak dapat ditemukan di Istana. Dalam waktu satu tahun ini dia terus membaca banyak dokumen, namun dia masih belum menemukan petunjuk apapun. Meskipun begitu, masih ada banyak dokumen yang belum ia baca. Dengan itu, kegiatan ini pun menjadi aktivitas harian baginya.
“Kalau Anda berkenan, kami akan membantu…. tapi, tidak begitu kan?”
“Aku senang jika kalian mengatakan itu.. tapi ini adalah hal pribadi yang ingin aku selidiki…. jadi tidak perlu… Selanjutnya… Oh iya aku akan ke tempat latihan nanti sore…”
Magic Stone Misterius itu bukanlah hal yang bisa diungkapkan dengan mudah. Karena itu Ain memutuskan untuk menyelidiki masalah ini sendirian. Meskipun ia tak menemukan satu pun petunjuk, namun berkat membaca banyak dokumen, membuat wawasannya bertambah cukup banyak, jadi ini bukanlah hal yang buruk.
Selanjutnya soal tempat latihan. Meskipun menu utama pelatihan Ain adalah berlatih di Istana, namun ia sering mengunjungi tempat latihan di Sekolah. Tempat pelatihan di sekolah ini cukup istimewa, dan dia dapat berlatih sesuatu yang tidak ia dapatkan dari tempat latihan lain ataupun di Istana.
Untuk sementara waktu mereka menikmati santapan makan bersama. Dan kemudian mereka berpisah. Karena agenda pembelajaran mereka masing-masing berbeda, maka jarang bagi mereka untuk bersama selain di mata pelajaran umum.
*
Bahkan hari ini pun, Ain tidak menemukan petunjuk baru tentang Magic Stone Misterius itu.
“Selamat siang…. Aku Ain…..”
Karena otaknya sudah lelah, ia memutuskan untuk menggerakkan tubuhnya di tempat pelatihan. Terdapat cukup banyak orang di tempat pelatihan itu, namun karena ukurannya yang sangat besar, hal itu tidak menjadi masalah.
“Baiklah.. Mari kita berlatih dengan semangat! Loh? Hai, Pelatih Kaizer!! Sudah seminggu tidak bertemu!!”
“…Kamu ya? Selalu saja muncul tiba-tiba….. Ada perlu apa hari ini?”
“Tentu saja, pelatihan dengan monster!”
“Kamu selalu melakukan itu ya….”
“Habisnya pelatihan seperti ini hanya bisa aku lakukan disini… Karena di Istana aku sudah belajar melawan manusia, jadi aku ingin menyeimbangkan itu di sekolah….”
“Hmm…. Kamu ini….. Aku akan buat persiapannya…. jadi kamu tunggu saja….”
Pelatih Kaizer cukup perhatian meskipun wajah dan sikapnya begitu. Atau lebih tepatnya ini sangat membingungkan. Meskipun saat ujian masuk sikapnya itu sampai membuat para peserta menjadi pucat dan ketakutan, namun saat di sekolah dia terkenal sebagai guru yang cukup perhatian dengan muridnya.
Seperti kakek-kakek di sebelah rumah yang suka mengeluh meskipun sebenarnya sangat perhatian. Setelah selesai latihan, dia sering memberikan nasihat yang sangat akurat. Serta yang lebih penting, ia sering mengatakan ‘kau telah berusaha dengan baik’ kepada siswa-siswa yang berusaha keras. Benar-benar om-om yang baik.
Pada kenyataannya, saat bertemu kembali di tempat ini, Ain benar-benar bingung setelah melihat kepribadian yang jauh berbeda dari yang ia alami ketika ujian masuk.
“Lawannya apa?”
“Tolong Red Bison”
“Itukan bukan monster yang bisa dihadapi orang seusiamu…. kau ini…. bersiap-siap sana…..”
White Bison merupakan sebuah bahan makanan kelas tinggi. Dan Ain pernah menghisap Magic Stone monster itu sebelumnya, dan rasanya seperti steak kelas terbaik.
Ngomong-ngomong, Red Bison adalah evolusi dari White Bison. Pelatih Kaizer pernah mengatakan bahwa rasanya sangat buruk. Seperti Red Bison telah tercampur dengan aura membunuh. Meskipun diberitahu hal seperti itu, Ain sama sekali tidak mengerti apa maksudnya. Namun karena itu akan menjadi pelatihan yang bagus, ia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan hal ini.
“Hei Pelatih…..”
“Hm…Apa?”
“Kalau aku ke guild petualang dan menjadi seorang petualang, kira-kira seberapa tingkatan Red Bison itu?”
“Aku rasa itu bisa dikalahkan oleh petualang tingkat menengah dengan jumlah sekitar dua orang…. meskipun begitu, yang satunya berperan sebagai umpan saja….”
“Hmm … begitu.”
“Karena itu… Harusnya itu bukanlah lawan yang cocok untuk dilawan seorang anak sepertimu sendirian….”
“Lalu kenapa kita bisa melawannya di tempat latihan sekolah?”
Sebuah alat sihir yang bisa membuat orang berlatih melawan monster itu sangat membantu. Meskipun dikatakan bahwa alat itu menggunakan Magic Stone yang sangat banyak dan menciptakan monster ilusi, namun Ain sama sekali tidak mengerti cara kerjanya. Dan sepertinya monster tertinggi yang bisa di munculkan oleh alat sihir itu adalah Red Bison.
Karena biaya perawatan dan pengoperasiannya sangatlah besar, jadi katanya fasilitas seperti ini hanya ada tiga unit di seluruh Istalica.
“Katanya itu adalah Ilusi, aku tidak mengerti kenapa ada sensasinya….”
“Kalau kau bilang begitu, maka tidak jelas juga kenapa bisa tidak ada kerusakan padahal dampak serangannya ada kan? Aku katakan dulu ya, aku juga tidak tahu penyebabnya loh… Soal yang rumit-rumit seperti itu serahkan saja kepada pengembangnya… kita hanya perlu menggunakannya dan menjadi kuat.. tidak masalahkan?”
“Benar sih…. Ngomong-ngomong, apa pelatih pernah melawan Red Bison sungguhan?”
“Sebelum aku terluka, aku sudah berkali-kali membunuh banyak monster…. Yosh persiapannya sudah selesai….”
Sepertinya Pelatih Kaizer adalah salah satu petualang yang berhasil menarik perhatian Lloyd. Namun karena ia terluka parah pada kaki dan tangannya, sehingga tubuhnya tidak bisa bergerak luwes, ia pun berhenti menjadi petualang. Sejak saat itu, ia diperkenalkan oleh guild untuk menjadi pelatih di Kingsland Royal Academy ini.
“Tolong tiga putaran ya….”
“Dasar kau ini…. sombong sekali…. Ain, kau siap-siap saja, setelah aku beri aba-aba, akan langsung mulai….”
Kaizer diminta langsung oleh Silvard untuk memperlakukan Ain dengan tegas. Dan ia pun melaksanakan tugasnya layaknya seorang guru dan murid. Karena ia tetap berperilaku selayaknya pelatih biasa, Ain benar-benar merasa senang. Jika dia adalah pelatih yang terpaku pada formalitas, Ain mungkin akan merasa tidak nyaman.
Dan pelatihan Ain melawan monster pun dimulai. Ain pun fokus ke arah monster ilusi yang akan muncul itu agar dia bisa bertambah kuat.
Makasih min udah update, semangat terus tl nya😆
Lanjutin min sampe kekejar raw nya
Agak mustahil sebenarnya….. Rawnya itu udah kelar, dan cuma ada sisa-sisa cerita tambahan aja…
Mantap
Thank update nya
Semangat min
Thx min