Vol.03 - Ch.16.1
Aktivitas Ain di Sekolah, Tahun Ketiga (Awal) (A)
Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 6 Desember 2020 .
Selamat Membaca….
“Hei Ain…”
“Hmm?”
“Di sini gelap ya….. Aku merasa seperti akan ada yang muncul nanti…”
Hari pelatihan melawan monster yang ditunggu-tunggu telah tiba. Setelah diajak bicara pertama kali pada pertengahan tahun keduanya, ia setuju untuk beraktivitas di kelompok yang sama dengan Ain. Awalnya dia bersikap formal, namun saat ini ia telah bisa berbincang dengan Ain layaknya seorang sahabat. Bats adalah satu-satunya teman yang tidak menggunakan formalitas, meskipun hanya di dalam sekolah.
“Bats, Bukan sepertinya… tapi dari tadi memang sudah keluar…. kita sudah melawan beberapa dari mereka kan….”
“Benar, Bats, Karena saat ini kita memang ada di tempat berbahaya….”
Leonard dan Loran menimpal perkataan Bats. Saat ini mereka sudah memasuki wilayah hutan yang gelap, dan tidak heran jika ada monster yang tiba-tiba muncul.
“Selama kita tidak dalam kondisi yang membuat kita tidak bisa melawan, mungkin kita tidak akan terluka parah…. tapi tetap saja kita tidak boleh kehilangan fokus….”
Orang yang memberi peringatan itu adalah Dill. Meskipun Dill sudah lulus dari akademi, namun dia di izinkan untuk mengikuti acara ini secara khusus sebagai pengawal Ain. Hal ini diputuskan setelah menimbang bahwa Dill saja sudah cukup, dan tidak perlu menugaskan Chris.
“Dill-senpai, tapi tim kita cuma berempat kan??”
“Ya… Aku hanya mengikuti sebagai pengawal saja…. aku tidak akan ikut campur kecuali keadaannya terlalu berbahaya…”
Salah satu anggota Ain telah melarikan diri. Pada hari pelaksanaan, salah satu siswa Second Class yang seharusnya satu kelompok dengan mereka tidak hadir di tempat pertemuan mereka di Stasiun White Rose dan di umumkan absen dari acara. Meskipun hukumannya adalah penurunan kelas, namun terkadang ada juga siswa yang terlalu ketakutan dan memutuskan untuk tidak hadir.
“Tidak masalah kan Loran… Kalau anggotanya seperti ini, tidak perlu ada yang ditakuti…. Kalau areanya cuma di sekitar sini….”
Di saat-saat seperti ini, sikap Bats yang seperti ini terasa sangat bisa diandalkan. Namun memang benar apa kata Bats, monster di area ini mungkin tidak akan sebanding dengan Ain.
“Kurasa sudah saatnya kita mulai mengumpulkan benda-benda yang bisa dibakar…. Akan sulit jika kita mencarinya saat gelap nanti….”
“Benar apa kata Leonard…. soal makanan kita bisa makan kelinci yang tadi kita buru di sepanjang jalan kan…. selanjutnya aku ingin mencari minuman…”
“Ah soal itu asal kita bisa mendapatkan air yang tidak terlalu kotor sudah cukup… Kita bisa membersihkannya dengan alat sihir yang aku buat…”
“Loran-kun… Bukannya membawa peralatan sihir itu dilarang??”
Itulah yang sebenarnya Ain pikirkan dari tadi, namun sepertinya Dill lebih dahulu menanyakannya.
“Tidak apa-apa kok Dill-senpai… Peralatan sihir ini aku buat dari magic stone yang barusan kita buru sepanjang jalan…. Lagipula ini hanya bisa digunakan untuk memurnikan air saja, dan tidak terlalu berguna….”
“Be-begitu ya… Baguslah kalau begitu…”
Dari tahun ke tahun Loran terus meningkatkan kemampuannya. Saat ini dia bahkan sudah cukup mahir membuat peralatan sihir sederhana dengan mudahnya.
“Yang Mulia, serahkan soal penghalangnya kepadaku… Itu satu-satunya skill terbaik milikku yang bisa aku gunakan di tempat seperti ini….”
Meskipun Leonard memilih jurusan humaniora, namun dia memiliki skill Barrier yang cukup langka. Meskipun bukan penghalang kelas tinggi, namun itu cukup praktis untuk digunakan menghindari monster-monster di sekitar tempat ini.
Ain dan Bats bertugas sebagai petarung garis depan. Tim Ain ini adalah kumpulan orang-orang yang ahli dibidangnya.
Karena hari sudah mulai gela, mereka pun memutuskan untuk berkemah dulu. Pelatihan melawan monster ini diadakan selama tiga hari dua malam. Dalam jangka waktu ini mereka menyusuri gunung dan hutan untuk sampai ke garis finish.
Meskipun jika mereka mendapatkan keberuntungan sehingga mereka tidak bertemu dengan monster sekalipun, perjalanan ini tetap membutuhkan daya tahan fisik dan mental yang cukup kuat.
Mereka pun berpencar menjadi dua untuk mencari barang-barang yang mereka butuhkan untuk berkemah. Di hutan ini mereka dapat mengumpulkan barang-barang seperti itu dengan cukup mudah. Setelah menyalakan api, mereka pun mulai untuk menyiapkan makanan.
“Lihat ini…. Aku menemukan barang bagus nih…..”
“Apaan itu? Warnanya ungu jadi terlihat mengerikan….”
Bats tadi berpasangan dengan Loran untuk mengumpulkan bahan. Dan Bats sepertinya kembali dengan membawa sesuatu. Ia menunjukkan benda itu kepada Ain dan Leonard.
“Meskipun kelihatannya tidak bagus, tapi ini buah, Yang Mulia…. Tapi rasanya lumayan tidak bisa diremehkan…. Tapi Bats… ada juga buah yang kelihatannya sama, namun memiliki racun, apa kau bisa membedakannya Bats??”
“Tidak…. Aku pikir Leonard akan tahu jadi aku membawanya kemari…”
“A-aku juga tidak tahu cara membedakannya….”
“Dill. Kamu tahu??”
“Ya, saya mengetahuinya, namun saya tidak bisa memberikan nasihat seperti itu….”
Nampaknya Dill mengetahuinya namun cukup sulit untuk meminta bantuan darinya. Namun, tiba-tiba Ain teringat akan sesuatu.
“Bats, coba aku pinjam sebentar….”
“Ah, ah. Tidak masalah sih… tapi hati-hati ya karena mungkin saja itu beracun….”
“Aku tahu….. Hmm, ternyata cukup lembut ya…”
Ia berusaha melakukan penyerapan dan penguraian racun tanpa ketahuan. Namun sepertinya tidak terlalu ada perubahan. Ia berkesimpulan bahwa buah ini tidak masalah untuk dimakan.
“Buah ini tidak apa-apa, tidak beracun…..”
“Ain-sama. Apa Anda tahu bagaimana cara membedakannya??”
“Ini hanya kebetulan saja… Tapi karena Bats melakukan tugasnya dengan baik, mari kita makan….”
Beruntung mereka mendapatkan satu menu tambahan malam ini. Di dalam hutan ini mereka tidak bisa memakan makanan yang terlalu mewah. Kemungkinan saja ada diantara tim lain yang tidak mendapat makanan. Setelah mempertimbangkan itu, kelompok mereka cukup diberkahi.
Dengan menggunakan kayu gelondongan sebagai tempat duduk, mereka akhirnya bisa beristirahat dan menarik nafas sejenak. Sejak hari mulai gelap, hanya butuh waktu singkat sampai mereka benar-benar tidak tahu arah. Setelah mempertimbangkan itu mereka merasa alangkah lebih baik jika mereka melakukan persiapan lebih awal. Dan Ain menjadikan ini sebagai catatan untuk esok hari.
“Kalau kita melakukan ini, rasanya seperti kita sedang tamasya ya…”
“Benar juga… Sepertinya aku sedikit menyukainya….”
Angin berhembus lembut melalui hutan dan terdengar suara pohon-pohon yang bergoyang. Kobaran api yang bergoyang-goyang tertiup angin membuat suasana yang khas. Serta aroma daging kelinci yang dibakar di samping api itu pun cukup menggoda.
Duduk di atas batang kayu sambil mengelilingi api unggun sepertinya membuat mereka nyaman. Mereka sudah berkumpul sejak pagi sekali, dan langsung menaiki kereta menuju tempat yang sangat jauh dari ibukota dan kemudian terus berjalan dan menghabiskan energi mereka.
“Leonard… katanya pasangan tunanganmu sudah ditentukan, apa benar???”
“Apa sih tiba-tiba…. Jangan bilang yang aneh-aneh ah…. Bats…”
“Aku belum dengar soal itu. Apa maksudnya ini, Leonard!”
“Hei Loran juga!”
Leonard adalah pewaris keluarga bangsawan besar. Wajar saja jika pertunangan untuknya sudah diputuskan di usia seperti ini. Entah darimana dia mengetahuinya, namun pernyataan Bats ini menarik perhatian kelompok ini.
“Leonard. Aku juga belum pernah dengar….”
“Ya-yang Mulia! Tolong jangan membuat wajah sedih seperti itu….!”
“Ah… Leonard membuat Ain menangis….”
“Aku pikir kita adalah teman…. tapi ini terlalu jahat… Leonard….”
“…!? Ah! Iya! Iya!! Yang Mulia, aku akan memberitahukannya! Tolong dengarkan aku!!”
“Ya. Apa? Apa? Jadi orangnya seperti apa??”
Ain menoleh kearah Leonard dengan wajah liciknya.
“…Si-al…. aku kejebak….”
Saat percakapan ini menjadi meriah, Loran mulai membagikan daging yang telah dipanggang.
“Kalau begitu mari kita dengarkan cerita Leonard sambil makan….. Silahkan….”
“Perhatian sekali…. terima kasih, Loran!”
“Ya, aku terima….”
“Hei Leonard, semangat dong…. kan masih baru mulai….”
“Dill-senpai, ini bagian untukmu….”
Loran pun memberikan bagian kepada Dill.
“Hmm? Aku tidak usah, karena aku mendapatkan makanan ransum….”
“Dill. Kalau tersisa itu mubazir, lagipula kita tidak punya banyak waktu untuk membuat daging kering… jadi makan saja….”
Setelah Ain mengatakan itu, Dill pun menerima daging yang diberikan Loran kepadanya.
“Kalau begitu aku juga akan memberikan sesuatu pada kalian…..”
Kemudian Dill mengeluarkan daun teh yang sudah dikemas dari sakunya.
“Ka-kalau ini bukankah akan menjadi pelanggaran….”
“Leonard, benar apa yang kau katakan…. tapi ini adalah acara tahunan, dan tim lain juga pasti membawanya sendiri… hanya tim kalian saja yang tidak…. Jadi kurasa mereka bisa mengizinkannya kalau cuma ini…. Di Kingsland Royal Academi ini tidak banyak event, jadi mereka pasti akan mentolelir jika kalian membawa benda-benda untuk sedikit bersenang-senang disaat seperti ini…. tentunya secara implisit….”
Sambil mengatakan itu, Dill bersiap untuk menyeduh teh di peralatan yang mereka bawa.
“Jadi intinya.. hanya kita saja yang dengan polos mengikuti semua aturannya, begitu??”
“Bats… tapi tentunya itu bukanlah hal yang memalukan….Iya kan?”
“Benar apa kata Loran… Tapi setidaknya disaat seperti ini, jika kalian sedikit menikmatinya tidak akan mendapatkan hukuman… Mari kita terima saja, Bats…”
Di luar dugaan, mereka mendapatkan teh, dan membuat menu makanan mereka sedikit lebih mewah. Meskipun mereka merasa sedikit bersalah, namun mungkin ini adalah perlakuan khusus untuk para murid.
Kemudian, sambil menikmati hidangan, mereka memperbincangkan soal Leonard yang menjadi topik hangat. Namun mereka membatasi perbincangan mereka karena harus cepat tidur untuk dapat menghadapi hari esok.
Mantab