Vol.03 - Ch.03
Dunia Mulai Bergerak
Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 15 Agustus 2020 .
Selamat Membaca….
Musim berganti. Bahkan jika pertumbuhan manusia terhenti, pergerakan musim tidak akan berhenti. Hal yang sama juga berlaku di sini, di Akademi Kingsland.
Sudah tiga tahun berlalu sejak Ain pertama kali masuk ke sekolah ini. Ain terus menjalani kehidupan sekolahnya yang ia mulai dengan status First.
“Jadi…. Seperti apa yang aku bilang… Ototmu ini benar-benar seperti seekor siput….”
“Apa apaan itu? Maksudmu tidak berotot gitu??”
“Kau ini… Bicaramu selalu tidak sopan kepada Yang Mulia… Lagipula Siput itu seluruh tubuhnya berotot…. Jadi tidak bisa dikatakan tidak berotot…..”
“Hahhaha … tapi aneh juga ya sampai membayangkan soal Siput….”
Saat sinar mentari belum meredup disiang hari, ada beberapa siswa sedang mengobrol di teras terbuka di Akademi Kingsland. Tentunya bukan berarti mereka sedang membolos pelajaran, namun mereka adalah orang-orang yang diberikan izin mengikuti pelajaran sesuka mereka. Dengan ditemani teh dan beberapa cemilan, perbincangan mereka menjadi meriah.
Pria yang tiba-tiba memulai topik tentang Siput adalah Bats. Dia memiliki intelektual yang sangat tidak tercermin dari wajahnya. Dia masuk melalui jalur humaniora(IPS). Meskipun begitu Bats adalah anak dari keluarga Baron yang menjadi ksatria Istalica secara turun-temurun, jadi dia lebih ahli dalam bidang ilmu pedang. Alasannya mengambil ujian Humaniora sepertinya karena itu adalah salah satu bentuk pembelajaran dari orang tuanya.
Orang yang dikatakan tidak berotot itu adalah Ain. Selama tiga tahun berlalu ini, tubuhnya telah banyak berkembang dan ia memiliki ekspresi wajah yang lembut dan membuatnya memancarkan pesona seorang pria.
Sedangkan pria yang memanggil Ain dengan sebutan Yang Mulia adalah Leonard. Dia adalah penerus sah keluarga Duke dan memiliki pengetahuan yang cukup tinggi tentang politik dalam negeri. Sewaktu ujian dia lulus dari bidang Humaniora. Sejak tahun pertamanya masuk sekolah ini, dia sudah masuk kedalam kelompok First.
Dan yang terakhir adalah Loran. Dia merupakan orang pertama yang diajak bicara oleh Ain dihari pertamanya masuk sekolah. Dia memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai peralatan sihir. Bukan hanya disekolah, bahkan di Istalica ini dia dianggap sosok yang sangat menjanjikan. Dan hanya Loran diantara mereka yang terlahir sebagai rakyat biasa.
Hanya mereka berempat inilah yang sudah mencapai kelompok First di usia yang tidak jauh dari Ain. Mereka selalu berbincang bersama meskipun terkadang anggota rumpi mereka berganti, namun akhirnya hanya mereka berempatlah yang sering nongkrong bersama disekolah.
“Tidak Leonard…. Kamu ngomong apa sih?? Mereka itu kan kecil begitu… sudah pasti mereka itu lemah… Apa kau itu bodoh???”
“Kan tadi kau sedang membicarakan tentang otot… Ah sudahlah… lupakan, aku yang salah…. “
“Haah~ Padahal Bats itu orangnya cerdas, tapi kenapa pembicaraan ini jadi begini…”
“Eh? Leonard…. Apa benar siput itu seluruh tubuhnya adalah otot?? Aku tidak pernah tahu soal ini….”
Ain bisa mendapatakan teman-teman yang cukup akrab dengannya. Ketika mendengar laporan tentang ini dari pihak sekolah, baik Sylvard yang merupakan keluarga kerajaan, Lloyd dan yang lainnya juga merasakan kebahagiaan.
3 Tahun sudah berlalu sejak Ain masuk ke sekolah ini dan dia kini berada di tahun ke empat dan usianya sebentar lagi adalah 11 tahun. Ain terus mengukir prestasi baik didalam ujian sekolah dan tidak pernah turun dari golongan First. Dan juga berkat pelatihan di istana yang terus berlanjut, kini dia telah tumbuh menjadi sosok yang hebat. Tinggi badanya juga bertambah dan saat ini sudah melebihi tinggi rata-rata anak seusianya.
“Ti-tidak, Yang mulia…. Bukan berarti aku mengatakan anda tidak punya otot…. Itu karena Bats saja yang kekurangan IQ….”
“Hei Ain…. Sepertinya aku sangat dibenci ya…. Seperti saat aku mengatakan soal siput tadi…”
“Tenang saja Bats bukan sepertinya kok… tapi memang…..”
“Ain-sama kenapa ikut memprovolasi seperti itu….”
Dan begitulah, Ain sangat senang berkumpul dan berbincang dengan mereka. Mereka layak sebagai orang yang telah berusaha keras, mereka saling tertarik satu sama lain dan akhirnya berkumpul bersama.
Setelah tiga tahun berlalu, Ain tidak lagi memiliki pengawal karena Dill sudah lulus. Saat ini dia bekerja sebagai Ksatria percobaan dan menjadi pengawal khusus Ain di Istana. Sylvard juga tidak merasa keberatan karena Ain saat ini selalu bersama beberapa orang dan disekitarnya ada beberapa orang keluarga bangsawan juga.
“Ngomong-ngomong Loran…. Peralatan sihir yang kau buat waktu itu mendapat persetujuan kan? Hebat ya!!”
“Oh, terima kasih, Bats… Kebetulan saja semuanya berjalan lancar, namun aku bersyukur alat itu bisa berhasil dibuat….”
“Loran, itu bukanlah hal yang harus kau rendahkan… Keberhasilan itu telah berhasil menarik perhatian Negeri ini, jadi kau harus merasa bangga!!”
Bats tiba-tiba mengubah topik pembicaraan lagi. Berikutnya adalah topik tentang peralatan sihir yang dibuat oleh Loran. Alat sihir buatan Loran itu menarik perhatian kerajaan mereka dan mendapatkan apresiasi.
“Luar biasa Loran…. Kalau begitu maukah kau datang kerumahku (Istana) lain kali??”
“Yah… Aku baru mendapatkan kesempatan untuk membicarakan ini dengan pihak sekolah dan pihak pengembang…. Jadi aku masih belum tahu apa yang akan terjadi nanti…”
“Aku yakin loh suatu hari nanti Loran akan bisa membuat sistem pengganti Sea Crystal….”
Seperti apa yang dikatakan Leonard, Sea Crystal adalah kebutuhan pokok di Istalica. Leonard terlahir dan dibesarkan sebagai penerus keluarga Duke. Dia mendapatkan pendidikan yang baik soal Sea Crystal ini dan dia sangat memahami betapa pentingnya benda itu.
Meskipun mereka berhasil membuat kesepakatan dengan Eurom namun tidak ada jaminan bahwa perjanjian itu akan bertahan selamanya. Karena itu sangat diperlukan adanya pengembangan teknologi baru.
“Kalau begitu, aku sudah waktunya pergi ke pelatihan….”
Meskipun perbincangan mereka terasa singkat, namun waktu terus berlalu apa adanya. Bats pun berpamitan dan meninggalkan posisinya untuk ikut dalam pelatihan.
“Aku akan mampir sebentar ke bengkel…”
“Aku mungkin akan pergi ke Perpustakaan dan belajar sendiri… Kalau begitu Yang Mulia aku permi—— Ada yang datang….”
Setelah Bats, Loran dan Leonard pun berdiri ingin meninggalkan tempat mereka dan membubarkan pertemuan kali ini. Namun tiba-tiba Leonard merasakan adanya hawa kedatangan orang.
“Pakaian itu…. Sepertinya Royal Knight ya…. Mungkin dia ada perlu dengan Ain….”
“Mari kita tunggu sampai kesatria itu sampai disini….”
Alasan Leonard mengatakan untuk menunggu adalah dia memiliki kekhawatiran bahwa orang berpakaian ksatria itu mungkin akan menyerang Ain.
“Ya benar juga….”
Jawab Loran. Dan mereka bertiga pun berdiri di dekat Ain.
“Permisi Ain-sama…. Saya mendapatkan pesan dari Lloyd-sama dan buru-buru untuk mengunjungi akademi ini…”
Setelah mengatakan itu dia menunjukan sebuah kartu status. Karena telah dipastikan dia adalah Ksatria Istalica, mereka bertiga pun mundur ke belakang Ain.
“Terima kasih…. Apa isinya?”
“…. Ini rahasia”
Setelah mendengar perkataan itu Leonard dan yang lainnya pun memutuskan untuk pergi.
“Yang Mulia. Kami permisi….”
“Semoga harimu menyenangkan, Yang Mulia”
“Sampai jumpa besok, Yang Mulia”
Setelah Leonard berpamitan Bats dan Loran pun juga berpamitan. Karena mereka sedang berada di depan seorang ksatria, maka Bats dan Loran memanggil Ain dengan sebutan yang Mulia dan mengubah nada bicara mereka.
“Ya… Sampai jumpa besok….”
Setelah memastikan mereka bertiga telah pergi, ksatria itu mulai membicarakan tentang pesan itu.
“Satu munster berbahaya telah muncul…. Dan Chris-sama sedang berusaha mengatasinya…. Ada beberap hal yang ingin beliau bicarakan tentang monster itu dengan anda…. Jadi beliau meminta anda segera kembali ke Istana….”
Ia merasa heran setelah mendengar bahwa Chris maju untuk menghadapi monster. Chris adalah salah satu sosok terbaik di Istalica dan selain bertugas sebagai Wakil Komandan Royal Knight, dia juga bertugas sebagai pengawal pribadi Olivia, dan kadang-kadang juga menjadi pengawal Ain. Setelah mendengar Chris harus repot-repot turun tangan dalam penaklukan monster, Ain sama sekali tidak dapat mengerti.
Ketika memperhatikan lebih dekat, ekspresi wajah ksatria penyampai pesan itu juga tidak terlalu baik. Dia terlihat seperti sedang menahan sesuatu, dan terasa sesuatu yang tidak normal sedang terjadi. Dia hanya mengatakan monster berbahaya, dan mungkin saja tingkat berbahaya nya tidak sanggup digambarkan dengan satu kata itu saja.
“… Baikalh… Aku akan segera pulang… tolong kawal aku…”
“Baik!”
Ada beberapa orang ksatria lain di gerbang masuk sekolah. Baik Ksatria yang masuk memberikan pesan dan ksatria yang bersiaga di gerbang masuk semuanya mengenakan armor milik Royal Knight.
“Terimakasih telah menjemputku…. Mari kita kembali ke Istana…”
“Baik!!!”
Sikap Ain berhadapan dengan para ksatria ini seperti dia berhadapan dengan keluarga kerajaan lainya. Mereka merasa bersyukur atas sikap yang sederhana ini.
Masih belum lengkap, Nanti Refresh Lagi ya …….(1)
Disaat seperti ini, karena Sea Train adalah kedaran tercepat akhirnya semua orang memutuskan untuk menaiki Sea Train menjuju kembali ke Stasiun White Rose.
Di dalam Sea Train yang tidak jauh berbeda dengan kendaraan lain, ada beberapa orang Ksatria bersama dengan Ain yang mereka lindungi. Melihat penampakan seperti ini penumpang lain pun merasa heran dan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Namun karena ditekan oleh aura berat dari mereka, tak ada satupun penumpang yang berani bertanya pada mereka.
“Siapkan kudanya….”
“Kami sudah menyiapkany di sebelah sini….”
“Silahkan Ain-sama….”
Kereta kuda yang mereka siapkan adalah sebuah kereta khusus yang ditarik oleh empat ekor kuda. Kereta ini bisa lebih cepat ketimbang kereta yang biasa Ain gunakan. Dan ain merasa heran bahwa kereta ini seperti sudah dipersiapkan.
“Ya… Baiklah…. Segeralah berangkat….”
Tidak perlu memikirkan soal itu. Pokoknya untuk saat ini ia harus segera sampai ke Istana terlebih dahulu. Ain pun segera menaiki kereta dan segera berangkat. Kemudian para ksatria pun menunggangi kuda mereka dan bergerak seolah mengempung Kereta yang di naiki oleh Ain.
Kereta kuda itu terus melaju dengan kecepatan yang lebih tinggi dari biasanya dan para Royal Knight Istalica menunggangi kuda mereka dan berlari di sekeliling kereta.
Kondisi ini tidak terlihat seperti jalan utama ibukota yang selalu ramai. Didalam kereta Ain terus saja memikirkan…Monster apa yang mereka sebut berbahaya itu? Menuju kemana kereta ini? Dan Kenapa Chris harus sampai keluar melawannya? Dan pengirim pesan itu adalah Lloyd, itu berarti Lloyd pasti berada di Istana. Ia harus segera menanyakan ini pada Lloyd setelah dia tiba nanti.
Didalam kereta Ain mengingjak-injak lantai karena ia tidak sabar untuk segera sampai ke Istana. Jika dikatakan dengan jujur, Ain tidak terlalu peduli seperti ini jika hanya ksatria yang pergi untuk menaklukan monster itu. Chris adalah sosok yang selalu mendampinginya dan melatihnya. Tidak mungkin dia tidak memikirkan sosok ksatria yang selalu berada di dekatnya ini.
“Maaf kereta ini terlalu terburu-buru Ain-sama! Kita sudah sampai….”
“Ya… tidak apa-apa… Aku akan segera ketempat Yang Mulia… “
“Baik!”
“Kami akan mengawal anda sampai ketempat yang Mulia!”
Sesampainya di istana, tidak seperti biasanya, Ksatria membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dahulu. Meskipun nanti mereka akan dimarahi, Ain bersyukur soal ini karena mereka sedang terburu-buru. Ain bergegas menuju ke tempat dimana Sylvard berada karena seharusnya Lloyd juga ada disana.
“Yang Mulia Pangeran! Selamat datang!”
“Yang mulia Pangeran!”
“Selamat datang, Yang Mulia Pangeran! Yang Mulia Raja ada di dalam ruang rapat besar….!”
“Begitu ya… Antarkan langsung aku kesana…. “
Meskipun di dalam istana nampak ribut, namun para ksatria yang menyadari kedatangan Ain segera menundukan kepala mereka dan menyambutnya. Namun kehormatan mereka terlihat tidak hilang.
Hal itu juga berlaku untuk Ain. Dia berjalan terburu-buru menuju ke ruang rapat besar dengan langkah yang hampir seperti berlari. Para ksatria yang menyertainya juga mengikuti dengan terburu-buru namun tak ada satupun dari mereka yang menyalahkan soal ini.
Lalu sesampainya di ruang rapat besar, ia dapat mendengar suara keributan didalam yang sampai-sampai bisa terdengar dari luar. Namun Ain langsung membuka pintu ruang rapat itu tanpa memperdulikan hal itu. Lalu untuk sesaat ruang rapat besar itu menjadi hening.
“… Yang Mulia. Pangeran Ain, telah datang…”
“Ya… Maaf memanggilmu tiba-tiba…”
“Tidak apa-apa… Aku minta maaf masuk tiba-tiba keruang rapat ini…. Bisakah menjelaskan padaku apa yang terjadi??”
Penampilan Ain yang belum pernah ia tunjukan sebelumnya. Sikap yang mendominasi yang bahkan tidak menerima argumen penolakan apapun. Auranya sangat khas aura kerajaan.
Ain melihat seluruh ruang rapat itu. Ain merasakan kejanggalan ketika ia melihat adanya Olivia yang biasanya tidak pernah ada dalam rapat. Olivia berada dalam posisi tertunduk, dan dia sama sekali tidak melihat kearah Ain.
“Maaf ya… Semuanya kita lanjutkan rapat ini… Ain, sebelah sini….”
Sylvard memanggil Ain agar berada didekatnya. Didekatnya ada Olivia yang masih tertunduk serta Warren dan Lloyd yang terlihat memasang ekspresi serius tidak seperti biasanya.
“Lloyd-san, aku sudah menerima pesanmu dan kembali secepat mungkin…. Apa yang terjadi sebenarnya?? Aku hanya mendengar bahwa ada monster berbahaya??”
“Izinkan saya yang menjelaskannya kepada Ain-sama…”
Lloyd yang memberikan pesan itu mengatakan itu dan maju lalu memberikan penjelasan.
“Monster itu adalah Sea Dragon… Di lepas pantai kota pelabuhan Magna…. Meskipun dibilang lepas pantai, letaknya cukup dekat dengan pantai….”
“… Apa Chris-san harus keluar???”
Setelah bertahun-tahun berlalu, Ain dapat berbicara dengan Lloyd seperti ini. Namun mungkin karena Lloyd adalah guru berpedangnya ia masih belum bisa menghilangkan tambahan -san ketika memanggilnya.
“Ain…. Ain… Chris… Chris bisa….”
“I-ibu! Apa yang terjadi???”
Olivia yang terlihat panik diujung kalimatnya dia berkata dengan lemah… Chris bisa mati.
“Apa amaksudnya itu!!”
“Ain-sama, Lloyd-dono akan melanjutkan penjelasannya…”
Warren yang berada didekatnya dengan tenang mengatakan bahwa Lloyd akan segera menjelaskan sisanya. Mungkin ia tidak mengatakannya, namun maksud perkataannya adalah agar Ain sedikit lebih tenang.
“Sea Dragon akan muncul setiap 100 tahun sekali…. Dia memiliki tubuh yang besar dan kira-kira sekitar separuh besar tubuh Puteri Olivia…. Selain tubuhnya yang besar, dia juga sangat kuat dan ganas…. Ini adalah serangan setelah dia diam dan tumbuh selama seratus tahun….”
“Makhluk itu sudah muncul berkali-kali di Istalica dan setiap kali kami baru bisa menundukannya setelah banyak bangunan dan nyawa yang menjadi korban…. Kami baru bisa menaklukannya dengan mengorbankan banyak ksatria, komandan, dan kapal-kapal….”
“…. Kami tahu itu berbahaya,,, Namun dibandingkan dengan waktu itu teknologi kita sudah lebih berkembang… Namun tetap saja…”
Warren berbicara melanjutkan penjelasan Lloyd. Ain tetap saja tidak bisa menerima penjelasan itu. Meskipun begitu apa perlu bagi Chris untuk menghadapinya? Ingin sekali dia mengatakan itu. Namun ia tidak boleh mengatakan itu. Ksatria yang lain juga memiliki keluarga dan kehidupannya masing-masing.
“…. Ini benar-benar kondisi yang tidak wajar…. Kami sudah mengerahkan beberapa kapal militer… Namun kali ini…. Sea Dragonnya…. ada dua…..”
Warren mengatakannya. Dengan ini Ain mengerti apa maksud perkataan Olivia yang mengatakan Chris mungkin akan mati.
Kenyataan ini bukan sesederhana bahwa jumlah kekuatan musuh menjadi dua kali lipat. Namun juga kecepatan dampak kerusakan di pihak mereka akan menjadi berkali-kali lipat lebih besar.
“Lalu kenapa Lloyd-san ada disini!! Bukankah seharusnya ada kapal perang khusus dibawah pimpinan Yang Mulia!! Apa kapal itu sudah dikeluarkan??!”
“…Lloyd-dono tidak boleh berada jauh dari sini… Dalam keadaan darurat, pertahanan istana akan menjadi lemah…. Memang benar kapal Khusus milik Yang Mulia sangatlah kuat, namun kapal itu terlalu buruk jika melawan Sea Dragon… Hanya akan menjadi benda keras yang sulit diserang saja….”
Mendengar jawaban itu Ain pun tertunduk. Apa tidak ada hal yang bisa dia lakukan? Disaat Chris sedang dalam bahaya apakah dia hanya bisa berdiam diri di Istana?? Ia terus menanyakan itu pada dirinya sendiri.
Ain adalah seorang putera mahkota. Putera mahkota tidak boleh mati begitu saja karena akan mempengaruhi masa depan seluruh negeri. Namun tetap saja dia tidak bisa membiarkan begitu saja situasi ini.
“Chris adalah seorang ksatria yang dapat menggunakan sihir angin Level tinggi… Itulah sebabnya dia…. Mengajukan diri untuk pergi….. Tidak, salah… Kami menunggu-nunggu kata-kata itu darinya….”
Apa yang dikaakan oleh Sylvard tidaklah salah. Sebagai seorang raja dia tidak membuat keputusan yang salah, jadi itu sah-sah saja.
Namun masalahnya adalah apakah ini tidak apa-apa? Tentu saja Ain tidak bisa menerima semua ini. Meskipun dikatakan itu adalah hal yang penting untuk bisa menjadi raja, Ain yang menganggap penting Chris yang masih muda ini tetap tidak bisa menerima keputusan itu.
“….. Aku akan berangkat ke Magna… Tolong siapkan Kereta Perang Kerajaan….”
Ainn mengatakan itu sambil menatap Sylvard. Meskipun mungkin dia sudah menduga ini, eskpresi Sylvard masihlah suram.
“Mana mungkin aku mengizinkannya, kau mengerti kan??”
“Aku mengerti itu dan tetap mengatakan itu”
“Ain-sama…. Tidak bolah… Anda adalah seorang Putera Mahkota…. Jika sesuatu yang buruk terjadi…..Tubuh anda sudah bukan milik anda seorang….”
Warren mengatakan itu dan berusaha menenangkan Ain. Mungkin pemikiran Ain ini adalah kegagalannya sebagai keluarga kerajaan sebagai Putera Mahkota. Namun tetap saja Ain tidak bisa mundur.
“Aku juga berpendapat sama… Aku akan berusaha menghentikan anda pergi ke Magna…”
“Llooyd-san…. Tapi aku tidak bisa berdiam diri disini! Yang Mulia…. Setidaknya izinkan aku hanya pergi ke Magna… Tolong…”
“Sekali lagi aku katakan, Tidak Boleh.”
Meskipun dia mengatakan hanya ingin pergi ke Magna, namun bukan berarti dia akan berhenti sampai disitu. Itu sebabnya mereka tidak memberikan izin untuk dirinya pergi ke tempat berbahaya seperti Magna.
“Ain…. Tidak boleh… Kalau sampai Ain juga pergi ketempat berbahaya itu……”
Olivia mengatakan itu dengan berlingangan airmata. Kata-kata Olivia yang dihiasi oleh air mata itu bagaikan meremas hati Ain. Namun dia tidak bisa sabar menunggu Chris disini.
“Olivia sudah mengatakan itu, Meskipun begitu, Ain…. Kau juga memiliki status sebagai Putera Mahkota! Apa kau masih tetap ingin pergi ke Magna!!”
Sylvard mengatakannya dengan martabatnya sebagai Raja. Dan kata-katanya menusuk Ain dengan begitu kuat, dan terasa bahwa udara disekitarnya semakin berat.
“… Ya…. Aku tetap akan pergi ke Magna!”
“Begitu ya….”
Mendengar jawaban Sylvard itu memberikan Ain secercah harapan. Namun seketika kesadaran Ain menghilang.
“Sepertinya percuma saja aku menghentikanmu ya…. Lloyd maaf membuatmu melakukan peran yang buruk….”
“Tidak masalah… Ini sudah tugasku….”
“Maaf ya… Ain…. Ain…”
Ain dibuat pingsan oleh Lloyd. Itu adalah kekuatan yang ia gunakan ketika mustahil untuk menghentikannya. Semua orang di ruang pertemuan ini tidak menyangka bahwa akan perlu menggunakan jalan kekerasan jadi mereka tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka.
“Haah~~ Ain adalah anak yang baik hati dan memiliki kasih sayang yang kuat untuk teman-temannya…. Kalian mengertikan….”
“Tentu saja Yang Mulia…. Itulah sebabnya aku sudah menduga bahwa ini akan terjadi…”
“… Benar. Namun Ain-sama adalah masa masa depan Istalica kita ini…. Kita tidak bisa membiarkannya pergi ketempat yang berbahaya…. Yang Mulia, Apa boleh aku membawa Ain-sama ke kamarnya??”
“Katima ada di laboratorium nya…. Bawa dia ke ruang bawah tanah disana… Dan juga Catima pasti tidak akan pernah mengizinkannya keluar…. Catima sangat mengerti soal itu…”
Lloyd pun membungkuk dan segera menuju ke laboratorium Catima. Untuk sementara Ain akan mendinginkan kepalanya disana.
Masih belum lengkap, Nanti Refresh Lagi ya …….(2)
“Apa kau sudah bangun Nya?”
Tempat Ain terbangun adalah di laboratorium Catima yang sangat sering ia kunjungi. Namun saat ini, dia dikunci dari luar dan tidak bisa keluar dengan mudah.
“Aku tidak menyangka mereka akan menggunakan kekerasan…”
“Bagaimana perasaanmu Nya?”
“Baik-baik saja… Tidak ada yang terlalu berbeda… mungkin hanya kepalaku saja yang terasa pusing…”
“Kurasa itu normal, jadi tenanglah Nya….”
Ain beangkit. Tempat ia berbaring adalah Sofa yang ada di Laboratorium. Karena Catima memasang sofa yang berkualitas tinggi rasanya cukup naman untuk tidur.
“Hei…. Setidaknya aku coba bertanya, Aku tidak boleh keluar kan??”
“Tidak akan boleh Nya…. Meskipun aku mengizinkanmu Nya…. Kau tidak akan bisa keluar dari ruangan ini Nya….”
“Jadi aku benar-benar dikurung disini…”
“Yah… ada satu-satunya jalan…. Yaitu membunuhku Nya… Dan membiarkan orang diluar membukakan kunci pintu ini Nya,,, Lalu kau berlari keluar dan terus berusaha tidak tertangkap sampai ke Stasiun…. “
“Hal bodoh apa yang kau katakan…. Jadi intinya aku tidak bisa keluar ya….”
Setelah diperlakukan sampai seperti ini, Ain tidak bisa memikirkan cara agar dia bisa keluar. Ia sangat tidak bisa berpikir untuk menyakiti Catima, dan sangat sulit untuk membuka pintunya.
“Tidak, Ada satu jalan… Kita paksa saja buka dengan skill Dark Knight!”
“Mustahil Nya…”
Ain memiliki ide untuk menggunakan Kekuatan Dark Knight untuk menghancurkan pintu, namun sepertinya itu tidaklah mungkin.
“…. Aku tidak menduga mereka akan melakukan sampai seperti ini Nya… Kau tidak bisa menggunakan sihir di ruangan ini Nya…. Ruangan ini dirancang untuk menyegel kekuatan sihir apapun…. Kalau pun ada yang bisa menghancurkan tempat ini mungkin itu adalah Raja Iblis atau sosok semacam itu Nya….”
Setelah mendengarkan apa yang Catima katakan, Ain kehilangan semangatnya lagi. Apa ada hal lain yang bisa dia lakukan saat ini? Apa memang ini akhirnya?? Apa ia harus menunggu dan berharap Chris dapat pulang dengan selamat…. Ketika ia terus memikirkan itu, membuat kepalanya semakin menggila.
“Jadi apa saranmu Catima-san??”
“Diam dan menunggu…. Serta berharap Chris bisa kembali dengan selamat….”
“Jadi intinya cuma tinggal berdoa pada dewa gitu??”
Sudah lama Ain tidak terpikirkan soal Dewa, dan memang tidak bisa dipungkiri sudah lama dia berusaha menyangkal tentang keberadaaanya. Bahkan sejak dia bereinkarnasi ke dunia ini dia sudah melupakannya ketika mendapatkan Toxin Decomposition yang aneh hasil dari gacha.
“Haah~~ Wahai Dewi… Dewi yang masih muda… kumohon curahkanlah kebijaksanaan mu…”
Ia tidak terlalu berharap, namun Ain tetap berdoa. Bahkan dia tidak yakin apakah Dewi itu dapat mendengarnya. Namun dia merasa itu lebih baik daripada dia tidak melakukan apa-apa, benar-benar doa yang menggunakan perasaan tidak ikhlas.
“Apa-apaan doa itu Nya… Seolah mau tapi tidak mau….”
“Tidak apa-apa.. Dia pasti bisa mengerti…”
“Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan Nya…. Sudahlah Nya….Kau boleh melakukan apapun sepuasmu Nya…”
“Ya… Aku akan melakukannya….”
Dan dia pun melanjutkan doanya. Gadis kecil… Gadis kecil… Apa yang sedang dilakukannya ya…. Apa dia masih memakai pakaian yang akan membuatnya masuk angin itu?? Sepertinya berada ditempat serba putih itu sepanjang waktu membuat akalnya menjadi aneh. Apa memang sudah aneh dari sananya? Dia memikirkan hal-hal tidak sopan seperti itu. Dan seketika dia merasakan seperti waktu telah terhenti.
[Perhatikan baik-baik ruangan ini, dasar bodoh…..]Keudian udara disekitar yang tadi tampak berhenti sejenak mulai bergerak kembali.
“Ya… Terima kasih Dewi….”
“Apa kau mengatakan sesuatu??”
“Tidak kok… tidak apa-apa…”
Apakah suara ini hanyalah halusinasi atau memang nyata? Ain tidak dapat mengerti itu. Namun ia berpikir itu adalah petunjuk. Jadi ia mulai memperhatikan ruangan itu dengan sebaik-baiknya. Mungkin akan ada sesuatu yang menjadi kunci laboratorium ini. Ia benar-benar berterima kasih atas datangnya kata-kata itu.
“Kalau kau nganggur lebih baik bantu aku Nya…. Lihat, ini adalah Magic Stone yang dibeli Ain! Aku harus meneliti ini Nya! Padahal aku sudah susah payah membeli dokumen ini Nya! Tapi aku belum bisa menerjemahkannya…. Penelitian ku ini tidak berkembang sama sekali Nya!”
Ini adalah bentuk simpati dari Catima, Ia berusaha melakukan percakapan normal sehingga membuat Ain tidak terlalu terganggu. Ain sangat berterima kasih untuk itu. Namun terima kasih saja tidak akan menyelesaikan masalah ini.
……Ketemu. Ain berhasil menemukannya. Berdasarkan petunjuk yang ia dapatkan dari sang Dewi dia berhasil menemukan sesuatu yang bisa disebut terobosan.
“Terima kasih Dewi… Kau masih memperhatikan ku ya…”
“A, Ain? Apa sih yang kamu bicarakan Nya??”
“Tidak, tidak…. Aku akan membantumu…”
“Kalau begitu Bagus Nya….”
Meskipun merasa sedikit aneh, Setelah dikatakan tidak ada apa-apa, Catima pun tidak mempermasalahkan itu terlalu dalam. Ain pun menghampiri Catima.
“Magic Stone ini… Kita bahkan tidak tahu apa ini asli…”
“Benar Nya… Karena itu seharusnya dokumen ini menjadi kunci nya….. Namun proses menerjemahkannya tidak ada kemajuan sama sekali Nya…!!!”
Catia yang sudah merasa tidak ada keanehan pada Ain pun kembali fokus pada buku yang mahal yang pernah dibelinya dulu sambil terus mengutarakan keluhannya. Dan dengan mengesampingkan itu, Ain mendekati Magic Stone itu dan membuka kotak penyegelnya.
“Catima… Maaf…”
“Hm? Apa Nya?”
Catima menjawab sambil tetap melihat buku itu. Catima yang tidak mengerti apa maksud kata Maaf itu pun menjawab dengan asal.
“Wow…. Masuk… Masuk!!”
Dan Ain mulai menuyerap Magic Stone yang telah terbuka segelnya itu. Seperti ketika ia pernah mencobanya sebelumnya, ia merasakan sesuatu momentum yang aneh. Ketika Catima menoleh kearah Ain dan menyadari itu lalu memarahinya.
“Ain! Apa yang kamu lakukan, Nya!! Hentikan, Nya!”
Sama seperti sebelumnya, Catima berusaha mendorong tangan Ain dan ingin menyegel kembali kotak itu. Namun berbeda dengan yang sebelumnya, kali ini tangan ilusi Dark Knight tidak muncul, dan digantikan dengan sesuatu yang lain.
[Jangan bergerak…. Ya?]Diseluruh ruangan bergema sebuah suara yang berasal dari Magic Stone itu. Ini sama dengan yang sebelumnya. Namun kali ini Catima tidak bisa bergerak. Di laboratorium ini, dimana sihir telah di segel, dia merasakan tubuhnya tdidak bergerak. Seolah gerakannya telah ditahan dengan sihir.
“Kenapa…. Aku tidak bisa bergerak Nya!! Ain! Apa yang sebenarnya ingin kau lakukan Nya!!!”
Ain merasakan dirinya diselimuti oleh aura kelembutan. Aura ini sangat lembut dan memiliki kebaikan hati, mirip seperti Olivia. Setiap kali menyerap Magic Stone Ain hanya merasakan rasa diii mulutnya. Namun kali ini dia tidak merasakan apa-apa di mulutnya. Sebagai gantinya dia merasakan diselimuti oleh perasaan hangat ini.
Aura seperti ibu yang membuatmu merasa seperti sedang melindungi diri sendiri, dan aura yang membuatmu ingin mempercayakan diri. Ain terus melanjutkan menyerapnya. Seperti bayi yang menghisap ASI, dia terus menghisapnya sampai habis.
“Jangan Di Hisap Nya!! Ain, Apa kau ingin menghisap batu itu!!? Hentikan Nya!!!”
“Kan aku sudah bilang Maaf, Catima-san.”
Ain tidak berniat mendengarkannya dan tidak berhenti menyerapnya. Magis stone itu perlahan-lahan kehilangan warnanya dan akhirnya menjadi kosong.
Dan akhirnya saat itu pun tiba.
[Terima kasih……]Terdengar suara entah dari mana, suara yang sangat lembut. Ain tidak mengerti apa maksud terima kasih itu, namun ia merasa justru dirinya yang ingin berterima kasih. Setelah mendengar suara itu, Ain meletakan Magic Stone yang telah ia serap diatas meja.
“Sudah selesai Catima-san….”
“Sudah selesai?? Enak saja Nya!!!”
Catima yang masih belum bisa menggerakan tubuhnya bahkan bicara saha sudah sulit berusaha menanggapi sambil berkeringat.
“Ah, maaf… Apa ini cukup??”
“Memangnya semudah itu!! Loh? Aku sudah bisa bergerak?? Ain! Apa yang kau lakukan tadi Nya??”
“Aku tidak terlalu mengerti rinciannya, tapi aku diberitahu bagaimana cara menggunakannya jadi kuras tidak akan ada masalah…. Aku pergi dulu ya….”
Terdengar suara seperti suara gelas pecah di laboratorium itu. Catima pun terheran suara apa itu, namun dia segera mengerti bahwa Ain telah membuka pintu ruangan itu diam diam. Ain menghancurkan segel yang ada di ruangan ini dari dalam. Itulah fakta yang ia ketahui.
“A, Ain, segel ruangan ini…..”
“Maaf aku merusaknya… Mungkin setelah aku kembali nanti aku akan membayar ganti ruginya….”
“Kenapa bisa rusak…… tidak… ganti rugi?? Apa yang kau katakan Nya!??”
“Habisnya, monster yang muncul 100 tahun sekali itu cukup langka kan?? Jadi kalau aku pulang nanti aku akan membayarnya dengan material dari monster itu… tunggu saja…”
Ketika melihat Ain keluar dari Laboratorium, ksatria yang bertugas berjaga diluar pun langsung lemas. Sudah pasti begitu…. Itulah yang dipikirkan oleh Catima.
Segel di Laboratorium ini tidak akan bisa dihancurkan kecuali mendapat perlawanan dari Raja Iblis atau sosok yang mendekatinya. Dan Ain dapat menghancurkannya. Catima sama sekali tidak bisa mengerti sebenarnya Magic Stone macam apa yang telah dihisap oleh Ain.
“Ayo pergi!! Menuju kota pelabuhan Magna!!”
Ini ujungnya, terima kasih telah mampir….
Up
Mantap
Thank udpate nya
Lanjutkan..
Mantap
Lanjut min
Lanjut min mantap nh
Lanjutkan min
Next
Kepada mimin, saya mau tanya, ini chapter 3 atau chapter 4 sih?
chapter 3 hahaha…tangan adminnya gak sinkron ni ckck
Tangan mimin perlu di kalibrasi
Lanjut min!!
lanjottt
Mantap.. kek baca 2 chapter njir, panjang kali:v
Btw next chapter lbih di teliti min.. bnyak yg typo soalnya?
haha udah puyeng tulisannya kebanyakan hehehe
Wow akhirnya nemu juga yang TL ini novel, izin baca keseluruhan
rada lambat ya storyny