Vol.04 - Ch.03.1
Kebencian (A)
Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 5 Januari 2021 .
Selamat Membaca….
“Sepertinya Anda sangat mengkhawatirkannya ya…”
“Tentu saja Lloyd…. Lagipula itu adalah tugas pertamanya…. Meskipun tidak ada gunanya terlalu khawatir begini namun tetap saja aku berdoa agar tidak terjadi apa-apa….”
“Lagipula dia kan bersama Chris dan pasukan Royal Knight….”
“Ah sudahlah… Kalau memang terjadi sesuatu itu sudah jelas menjadi sebuah tindakan permusuhan.. Kita hanya perlu mengirimkan pasukan pada mereka…”
Meskipun ini sudah larut malam, ada tiga sosok orang dewasa yang sedang berkumpul di ruangan Silvard. Selain Sivard, ada juga Lalarua dan Lloyd.
Hari ini adalah malam pertama sejak Ain berangkat untuk menjalani tugas resmi pertamanya. Tidak ada alasan bagi Silvard untuk tidak mengkhawatirkan Ain yang berstatus sebagai Putera Mahkota serta juga merupakan cucunya itu.
“Yah, memang sih… Kalau mereka jelas-jelas merugikan kita, wajar jika kita mengirimkan pasukan kita pada mereka, tapi….”
Silvard hari ini sangat khawatir dan dia bahkan sampai mengatakan hal-hal yang biasanya tidak pernah terucapkan. Ia juga mengonsumsi sake cukup banyak sehingga dia bisa dengan mudahnya mengatakan apa yang ada dalam pikirkannya.
Ruangan itu tidak di terangi oleh cahaya dari peralatan sihir melainkan menggunakan api murni yang menggunakan minyak sebagai bahan bakarnya. Bayangan yang bergoyang-goyang karena api tertiup angin yang berhembus membuat suasana terasa semakin sedih.
“Hm?? Permisi… Biar saya saja….”
Tiba-tiba, suara ketukan pintu bergema di dalam ruangan itu. Biasanya tidak ada yang datang pada waktu seperti ini, terlebih akan menjadi sangat tidak sopan jika ini adalah ruangan sang raja.
Lloyd pun menghampiri pintu dan menanyakan apa yang terjadi.
“Hmm… begitu… Kebetulan sekali.. sudah jangan khawatir, biar aku yang beritahu Yang Mulia…. Ya…terima kasih…”
“Ara.. Lloyd? Kira-kira ada apa ya dia datang di jam seperti ini?”
“Ya…. Sepertinya sebuah berita yang saat ini benar-benar sedang ditungu-tunggu Yang Mulia sudah datang…Saya mendapatkan beberapa lembar laporannya….”
“…Hmm? Aku??”
“Laporan tentang kegiatan Ain-sama dan rombongannya hari ini…. Apa Anda ingin membacanya?”
Ketika mendengar bahwa itu adalah sebuah laporan kegiatan, tiba-tiba rasa mabuk Silvard seakan-akan menghilang. Dan dengan suara paling semangat miliknya ia berbicara kepada Lloyd.
“Kenapa kau tidak cepat berikan kepadaku!!! Lalarua juga ingin mendengarkannya kan!!”
“Iya… Iya… Aku SANGAT penasaran… Lloyd, tolong ya….”
“Baik…”
Dengan sedikit tergesa-gesa Lloyd kembali ke tempat kedua orang itu dan menyerahkan laporan yang baru saja ia terima.
“…Heim katanya??”
Bukan hanya Lloyd, Lalarua yang ada di sampingnya pun sekilas merasakan keringat dingin di tengkuk mereka. Silvard tiba-tiba mengeluarkan Aura intimidasi yang cukup kuat. Ketegangan yang sedikit berbeda dengan kerusuhan Sea Dragon waktu itu pun kini mulai menyelimuti ruangan dan membuat kedua orang itu tidak mampu membuka mulutnya.
Apakah telah terjadi sesuatu pada Ain? Apakah Heim telah melakukan sesuatu? Banyak pikiran yang terlintas di benak mereka berdua. Namun rasa penasaran itu hanya sekejap berlalu. Beberapa menit kemudian, terlihat senyuman menghiasi wajah Silvard.
“Kuku … Kukuku, hahahahahaha! Benar-benar cerita yang lucu!”
Seketika ketegangan yang meliputi ruangan itu pun menghilang.
“Su-suamiku? Bisakah kau beritahu kami apa yang terjadi??”
“Yang Mulia. Ada apa dengan Heim…”
Silvard semakin tersenyum ketika mendengar komentar mereka. Ia pun menceritakan ringkasan dari apa yang tertulis dalam laporan itu. Isinya tentang semua hal yang Ain lakukan dari sejak bertemu Tiggle hingga mereka kembali ke White King.
“Arara… Begitu ya… begitu ya… Aku tidak menyangka akan mendengar lawakan malam-malam begini…”
Lalarua pun menggelengkan kepalannya sambil menutupi mulutnya dengan kipas ditangannya.
“Ha ha ha ha! Yang Mulia, Ain-sama sepertinya sudah berkembang menjadi sangat menakjubkan ya!!”
“Ya…. Sepertinya pendidikan dan pengalamannya sudah membuahkan hasil…”
“Tapi Suamiku… Bukan berarti aku membela Heim, tapi bagaimana menurutmu dengan pasukan Royal Knight yang tiba-tiba tertawa di kondisi seperti itu….”
“Hm? …Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan?”
Lalarua menyaksikan wajah sok polos Silvard. Dan membuat ia bisa mengerti apa yang dimaksud.
“…Begitu ya… Sepertinya aku salah dengar ya…”
Silvard memutuskan untuk tidak membicarakan tentang para ksatria yang menertawakan Grint dan menganggap hal itu tidak pernah terjadi. Ia berpikir dengan begitu maka semuanya akan bahagia.
“Tapi Yang Mulia. Sepertinya saya harus memberikan pujian yang paling besar kepada anak saya Dill ya…”
“Benar, Lloyd… Aku benar-benar senang… Lalarua… Sebagai keluarga kerajaan kita harus memberikan hadiah kepada dia yang telah berhasil mengalahkan ‘Holy Knight’ negara lain berkali-kali itu kan??”
“Ya. Kalau tidak salah Dill itu masih belum punya pedang yang benar-benar bagus kan? Kalau begitu ini waktu yang tepat… Karena dia juga adalah pengawal Ain-kun jadi keluarga kerajaan akan memberikan pedang kepadanya…”
“Pasti Dill akan menyukainya…. Saya sangat berterima kasih….”
Bagi Silvard, hari ini sake terasa sangat nikmat.
*
Pada saat yang sama dengan Silvard menerima laporan, sebuah laporan yang sama juga disampaikan kepada Olivia. Martha yang membawa laporan itu ke kamar Olivia, dan di sana sudah ada Olivia dan Claune yang sedang menikmati pesta teh di malam hari.
Mereka berdua juga merasakan lawakan yang sama dan pembicaraan mereka pun menjadi meriah.
“Hei Claune-san…. Orang macam apa si pangeran ketiga ini? Sewaktu aku di Heim aku sama sekali belum pernah bertemu dengannya…”
“Singkatnya dia adalah orang yang berani membengkokkan nilai-nilai yang ada dan akan terus mengejar apa yang ia inginkan sampai ia mendapatkannya… Kira-kira begitulah….”
“…Jadi intinya dia adalah pria yang keras kepala, begitu?”
“Ya singkatnya, memang begitu…”
Olivia, yang tidak bisa melanjutkan percakapan ini pun menyesap tehnya dan bersantai. Melihat hal ini, Claune pun ikut menyesap teh miliknya.
“Aku dengar di laporan itu disebutkan tentang kandidat calon tuan puteri….”
“Karena kata-kata keluarga kerajaan akan menjadi prioritas utama… Kalau itu benar maka bukan hanya calon, tapi sepertinya sudah mendekati kepastian….”
“Arara….”
Di Heim, perkataan keluarga kerajaan lebih di prioritaskan ketimbang di Istalica. Tidak ada sistem perintah keluarga kerajaan seperti yang digunakan oleh Ain sewaktu keributan Sea Dragon. Atau lebih tepatnya di sana perintah keluarga kerajaan itu sendiri yang menjadi hukum.
“Ngomong-ngomong, Olivia-san…. Apa ini baik-baik saja? Dari apa yang aku baca dari laporan itu, aku merasa mereka sedikit ‘berduri’ sampai-sampai sepertinya tidak seperti Istalica biasanya saja….”
“Ya tidak masalah kok… Lagipula kita benar-benar sudah tidak memiliki hubungan diplomatik lagi… dan lawannya juga bukan aku dan rakyat istalica yang aku cintai… jadi aku tidak merasa ada yang salah….”
Sebuah pemikiran terlintas di benak Claune. Tidak ada kata lain yang cocok untuk menggambarkan Olivia selain kata ‘Gadis Suci’. Itu sebabnya, biasanya sangat tidak terbayangkan Olivia akan menunjukkan ‘kebencian’ kepada orang lain. Ia hanya bersikap ‘Acuh tak acuh’.
Alhasil dalam situasi seperti ini, saat ia benar-benar kehilangan ‘minat’-nya, ia menganggap orang-orang itu tak ada bedanya dengan seekor semut di pinggir jalan. Bahkan jika Grint yang merupakan mantan keluarganya dulu ada di sana.
Tak peduli sebanyak apa pun dia memikirkannya, sikap ini mungkin wajar. Jika mempertimbangkan bagaimana perlakuan mereka terhadap Olivia dan Ain ketika masih berada di keluarga Roundheart, harusnya mereka bersyukur hanya berakhir seperti ini.
“Waduh ini jadi tidak sopan… aku jadi mengambil gadis yang akan menjadi pengantin orang lain…. Ara? Tapi sepertinya si pangeran ketiga itu yang mengajak bicara lebih dulu…. tapi setidaknya sudah pernah di tolak kan? Jadi harusnya tidak masalah…”
“Eh… etto Olivia… -sama?”
Karena Claune tiba-tiba memanggil namanya, ia pun menatap Claune dengan penuh senyuman.
“A-apa yang Anda maksud dengan pengantin…”
“Claune…. untuk Ain… Apa aku salah??”
Ketika mendengar hal itu Claune menjadi tersipu malu.
“Etto… bagaimana ya… itu agak….”
“Membuatmu malu?”
Claune tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepalanya. Saking malunya dia hanya mengangguk sambil menyembunyikan matanya dibalik poninya.
“Fufufu, baiklah…. Mari kita lanjutkan pesta teh kita….”
Olivia mengajak Claune yang masih tersipu malu untuk meminum tehnya.
Claune sendiri sebenarnya sering kali melakukan tindakan yang sedikit berani di hadapan Ain. Namun ketika mendengar hal itu diucapkan dengan kata-kata, hal itu membuatnya tersipu malu. Olivia yang menyaksikan hal ini merasa Claune cukup imut dan membuatnya ingin memanjakannya.
[…] Baca di: Kurozuku […]
Mantap lanjutkan min
[…] Baca di: Kurozuku […]
tombol next… mana tombol next ???
Mantap
Thank update nya
Semangat min
Mantap min update nya cepet
Gas gas gas
Seru seru, thx updatenya min
Lanjut ga sih??? LANJUT LAH MASA ENGGA