Vol.04 - Ch.04.2
Sebab-Akibat (B)
Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 6 Januari 2021 .
Selamat Membaca….
Di pagi hari, Martha datang menjemput Ain. Dia membawa sebuah peralatan sihir yang biasa digunakan oleh orang disabilitas. Sederhananya, alat sihir itu adalah semacam kursi roda yang digerakkan oleh tenaga Magic Stone. Ia membantu Ain untuk duduk di atasnya dan langsung membawanya.
Tempat yang mereka tuju adalah kamar pribadi Silvard. Di sana sudah ada Silvard dan Lalarua, lalu Chris dan Olivia, serta Catima. Mereka berlima sedang menunggu kedatangan Ain.
“Aku sudah menunggumu, Ain”
“Kakek…. Maaf membuatmu menunggu…”
“Ain. Ayo ke sini….”
Karena di undang oleh Olivia, Ain pun segera berpindah ke samping Olivia. Meskipun Olivia sedang duduk di sofa, Ain langsung duduk di sebelahnya. Chris pun berpindah ke sisi Ain yang satunya sehingga saat ini Ain berada di antara kedua gadis itu.
“Ain-kun? Bagaimana kondisi tubuhmu??”
“Satu-satunya masalah adalah aku tidak bisa bebas bergerak… Selain itu semuanya baik-baik saja….”
“Begitu ya…. Kalau begitu syukurlah….”
“Ain. Sebentar lagi Lloyd dan Warren akan tiba, tapi sebelum itu ada yang ingin aku tanyakan dahulu padamu…”
Setelah Lalarua menyapa Ain, akhirnya Silvard mulai membuka mulutnya.
“Tentang apa?”
“Jika misalkan ada sebuah bencana nasional untuk negeri ini…. Apa yang akan kau lakukan? Ain adalah seorang putera mahkota… jadi tidak perlu repot-repot ikut terjun ke dalam bahaya itu…. Tapi kalau misalkan ada sebuah peran yang hanya bisa dilakukan oleh Ain…. Maka Apa yang akan Ain lakukan?”
Bencana Nasional, seperti kasus Sea Dragon waktu itu. Namun kali ini, di awal pembicaraan ia mengatakan ada sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh Ain. Dan dia tetap mengatakannya. Jadi kesimpulannya ada masalah yang tidak akan terselesaikan jika bukan Ain yang menyelesaikannya.
“Apakah tidak apa-apa jika aku menganggap bahwa bencana nasional itu akan berdampak kepada semua orang yang ada disini, termasuk Warren-san dan Lloyd-san…. Serta Claune…kan?”
“Tentu saja”
Silvard menatap langsung ke arah Ain. Setelah merasakan tatapan itu, Ain pun membulatkan tekadnya dan berikan jawabannya.
“…Saat ini Istalica adalah tanah airku…. Dan untuk melindungi keluarga serta orang-orang yang berharga untukku…. Kurasa aku akan rela untuk menghadapi segala hal meskipun bahaya sekalipun…”
“Begitu ya… Semuanya… Kalian sudah dengar apa kata Ain kan…”
Ketika mengatakan itu, Silvard memandangi wajah semua orang yang ada di ruangan itu. Lalarua memejamkan matanya dan hanya duduk dengan tenang. Sedangkan Olivia menggenggam tangan Ain yang ada di sebelahnya.
Dan Chris mengepalkan tinjunya dengan sangat kencang sampai-sampai seperti akan berdarah. Dengan wajah bosannya Catima pun mengangguk kepada Silvard.
“Ain. Jika itu kamu yang saat ini, mungkin saja kita akan mendapatkan reaksi yang berbeda…. Ikuti aku….”
“Ikuti… Kemana??”
“Ke ruang pertemuan… Lloyd dan Warren sudah menunggu…”
Ain tidak mengerti apa yang ingin dilakukan Silvard, namun karena ia sudah memberi perintah untuk mengikutinya, maka Ain memutuskan untuk diam dan mengikutinya.
Chris mendorong kursi roda Ain dan mereka pun mengikuti Silvard meninggalkan ruangan. Sepertinya Catima juga ikut, namun Lalarua dan Olivia tetap di ruangan itu.
*
Setelah meninggalkan kamar Silvard, semua orang tiba di depan pintu ruang pertemuan tanpa ada satu pun yang berbicara. Di depan pintu itu sudah ada Lloyd dan Warren yang sedang menunggu kedatangan Ain.
“Ain-sama…. Lama tidak berjumpa… Sepertinya Anda sudah sedikit bertumbuh… Bagaimana jika kita minta Lloyd-dono untuk membuatkan baju baru untuk Anda??”
“Wa-warren-dono.. tolong jangan bilang begitu…”
“Ku … hahahaha! Aku senang kalian berdua masih seperti biasanya… Maaf membuat kalian menunggu ya…”
“Sama sekali tidak… Saya, Warren bersedia untuk menunggu Ain-sama tak peduli berapa tahun pun lamanya…”
“Kalau itu terlalu lama…. Kakek… Jadi kita mau apa di sini??”
Ain merasa sedikit lega karena Warren dan Lloyd bersikap seperti biasanya. Berikutnya ia pun menanyakan maksud Silvard membawanya ke tempat pertemuan itu.
“Pertama-tama kita masuk dulu…”
“I-iya.. Baiklah…”
Setelah mendengar itu, Lloyd pun membukakan pintu ruang pertemuan itu. Tak ada seorang pun di sana, hanya sebuah ruangan yang sunyi.
“Chris-san.. tolong ya…”
“Baik, serahkan pada saya…”
Ain meminta Chris untuk membawanya masuk ke dalam.
“L-loh???”
Ain pun masuk ke dalam mengikuti di belakang Silvard. Chris yang sedang mendorong kursi roda Ain merasakan sedikit kejanggalan.
“Ada apa Chris-san?”
“Ti-tidak… Saya hanya merasa tiba-tiba udaranya semakin berat… Mohon maaf….”
Chris sepertinya merasakan ada kejanggalan, namun ia memutuskan untuk menganggap itu hanya perasaannya saja. Dan ia pun mulai kembali mendorong kursi Ain.
“Begitu? Yasudah….”
Mereka pun lanjut berjalan. Kemudian Silvard sampai di dekat takhtanya, dan diikuti oleh Warren dan Lloyd. Terdapat sebuah pembatas yang terbuat kain yang di jahit dengan benang emas yang biasanya digunakan untuk formalitas menjaga jarak tertentu dengan Silvard selaku Raja Istalica.
Ketika Ain tiba di tempat itu, tiba-tiba Chris berhenti bergerak.
“Chris-san? Ada apa? Tolong lebih dekat lagi….”
“…Saya tidak bisa bergerak…. Saya merasa seperti ada sebuah dinding di depan ini…”
Dari belakang mereka Catima terlihat mengangguk seolah dia mengerti sesuatu.
“Chris-dono coba dorong sedikit lebih kuat….”
Sesuai dengan saran Warren, Chris pun mencoba mendorong kursi roda itu lebih kuat. Dan kemudian kejanggalan yang ia rasakan mulai terungkap
[Jangan mendekat….. Jangan mendekat!!]“Su-suara apa ini!??”
Bukan hanya sekedar suara. Saat mendengarkan suara itu, tubuh mereka merasakan rasa dingin serta rasa kantuk. Tak ada perasaan lain yang mereka rasakan selain rasa bahaya.
“Chris! Jauhkan Ain dari takhta Nya!! Cepat Nya!!!!”
“Ba-ba-baik!!”
Chris dengan panik segera menjauhkan Ain dari takhta sesuai instruksi Catima. Dan seketika rasa dingin yang barusan ia rasakan pun menghilang seolah tak ada yang terjadi.
“…Catima…. Sungguh sangat disayangkan… sepertinya penelitianmu selama setengah tahun ini…. benar adanya…”
Ketika mengatakan itu Silvard menatap ke atas ruang pertemuan itu. Tepat di atas takhta, telah dipasangkan sebuah Magic Stone milik sang Raja Iblis.
“Ya.. Aku tidak pernah merasa sesedih ini ketika penelitianku berhasil Nya…. Tidak ada siapa pun yang menginginkan tragedi semacam ini Nya….”
“Etto… Catima-san…. Kalian ini berbicara soal apa ya…”
Sangat jarang sekali Catima memasang wajah sedih. Ain menjadi khawatir setelah melihat kondisi itu.
“Apanya yang sebab akibat Nya… Semua sosok dengan ikatan aneh itu berkumpul di satu orang manusia Nya….”
“Sudah kubilang, kau ini bicara apa Catima-san!!”
Catima pun menyerahkan sebuah buku kepada Ain.
“… Aku yakin Nya…. Semua Sebab Akibat yang terus berlanjut dalam jangka waktu yang panjang ini hanya bisa di hancurkan oleh Ain…”
Semua kata-kata hanya menambah rasa penasarannya saja. Karena itu pertama-tama Ain memutuskan untuk melihat buku yang ada ditangannya.
Dari penampilan luarnya dapat terlihat bahwa buku itu adalah sebuah buku cetakan baru. Dan ketika melihat bagian pengarangnya, ada nama Catima dan Chris tertulis di sana.
Judul buku itu adalah….
“Raja Iblis Tragis”
TL Note: Kata Sebab Akibat yang muncul di judul dan part ke dua ini ditulis dengan (ε ζ) yang bisa berarti sebab-akibat, karma, atau takdir.
[…] Baca di: Kurozuku […]
[…] Baca di: Kurozuku […]
Mantap lanjutkan min tanggung ini
Lanjut min
Untuk versi hp fontnya kebesaran min.bisa di fix in g minπ π
Sudah dirubah, silahkan clear cache browser ente dan refresh gan
Thx updatenya min
Mantap
Thank update nya
Semangat min
Semangat min update nya makin kenceng
Lanjut ga sih??? LANJUT LAH MASA ENGGA
Next