Vol.04 - Ch.06
Pencarian Informasi sebelum berpetualang (Awal)
Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 11 Januari 2021 .
Selamat Membaca….
“Hah?? Aku tidak mengerti apa maksudmu….”
“Eh? Padahal kan Instruktur Kaizer mantan petualang???”
Ain tidak mengerti mengapa Kaizer sampai heran begitu. Meski begitu, pembicaraan mereka berlanjut.
“Maksudku… Kenapa kau, yang seorang Putera Mahkota…. Ingin menjadi seorang petualang!!!”
Benar apa yang pria itu katakan. Orang yang memiliki posisi sebagai putera mahkota mengatakan ingin menjadi seorang petualang. Jelas dia sama sekali tidak bisa memahami bagaimana hal ini.
Ketika datang ke sekolah, pagi-pagi sekali Ain langsung mengunjungi Kaizer di pusat pelatihan. Sangat jarang Ain datang berkunjung di jam seperti itu. Atau lebih tepatnya sudah lama sekali ia tidak berkunjung, dan tiba-tiba ia berkata ingin menjadi petualang. Kaizer sama sekali tidak bisa mencerna informasi ini.
Ngomong-ngomong, hari ini adalah hari libur bagi para siswa. Jadi normalnya hanya ada instruktur saja yang ada di sekitar sekolah.
“Karena ada suatu alasan, kemungkinan aku akan sering keluar masuk guild nantinya….”
“…Tidak bisa di ceritakan?”
“Sebenarnya, kakek bilang boleh memberitahu soal ini pada Instruktur Kaizer… Jadi aku bisa saja menjelaskannya….”
Sambil tertawa Ain mengatakan hal itu. Hal ini membuat Kaizer semakin merasa kesal. Dan akhirnya kekesalannya meledak.
“Adduh… sakit!?”
Sudah lama sekali sejak terakhir kali ‘jitakan’ Kaizer mengenai Ain. Jitakan itu benar-benar terasa sampai ke dalam kepala Ain.
“Harusnya kau beritahu aku dari awal!! Dasar geblek!”
“Yah, Agak aneh kalau aku yang mengatakannya, normalnya tidak ada loh orang yang bisa menjitak putera mahkota!”
“Tenang saja…. Aku sudah punya izin dari Yang Mulia…”
“Penyebabnya adalah keluarga ya…. Aku tidak menyangka telah kalah bertanding sejak awal….”
Kalah apanya! Itulah yang terlintas dalam benak Kaizer. Namun pembicaraan ini tidak akan berlanjut jika dia tidak mendengarkan penjelasannya. Jadi ia pun menunggu Ain menjelaskan situasinya.
Ain pun mulai menjelaskan keadaannya secara garis besarnya. Ketika Kaizer mendengarkan penjelasan itu, ia mulai kebingungan dengan betapa besar dan merepotkannya masalah itu.
“Kenapa bisa sampai seperti itu sih…. Ya ampun…”
“Ah, tentu saja, ini adalah rahasia, jadi mohon di ingat betul-betul ya…. Kakek juga bilang katanya akan ada cuan untuk jaga rahasia, dan dia bilang ‘silakan makan enak’ gitu….”
“…Aku tidak terlalu senang sih…. Hah…Tapi yah…. Aku mengerti situasinya… Jadi karena itu kamu ingin informasi tentang petualang?”
“Tepat! Katanya instruktur itu orangnya cukup terkenal….”
Kaizer meneguk air dingin yang telah disiapkan di sampingnya sekaligus. Setelah menarik nafas panjang, ia pun mulai membuka mulutnya seolah mengingat masa lalu.
“Ya lumayanlah…. Ah sudahlah… Kalau begitu ceritanya, aku akan menuliskan sesuatu yang bagus untukmu…”
“Sesuatu yang bagus?”
“Aku akan tuliskan surat pengantar untukmu…. Guild itu adalah organisasi yang ribet… Jadi kalau kau tidak punya surat pengantar dari orang yang bagus, kau akan selalu diremehkan oleh mereka…”
Sepertinya baik pihak guild maupun petualang yang berlalu-lalang di guild akan melihat seberapa kuat orang tersebut, dan apa buktinya. Itu sebabnya keberadaan surat pengantar akan melancarkan berbagai urusan.
“Aku sangat berterima kasih untuk itu…”
“Lagipula baik keluarga kerajaan maupun negara masih tidak bisa bergerak dengan bebas soal ini kan….”
“…Ketahuan ya?”
Sebelum mereka mendapatkan beberapa informasi, mereka tidak bisa bergerak secara terbuka. Karena nantinya bisa jadi terendus oleh target, atau setidaknya membuat warga menjadi gelisah. Karena itu, untuk saat ini mereka masih mengambil langkah sembunyi-sembunyi.
“Bagaimana dengan identitasmu? Putera mahkota tidak mungkin bisa beraktivitas secara aktif di hadapan publik begitu saja kan??”
“Kalau menggunakan wajah asli pasti ketahuan ya?”
“Kau ini pahlawan yang mengalahkan Sea Dragon…. Apa yang membuatmu berpikir bahwa identitasmu tidak akan ketahuan??”
“Iya ya…”
Sangat penting untuk bisa menyembunyikan identitasnya. Jika sampai para warga penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Putera Mahkota, maka hal ini akan segera menyebar.
“Ya ampun kau ini…. Apa kau sama sekali belum memikirkan tentang ini??”
“Ya karena situasinya masih meraba-raba sih….”
Kaizer yang telah mengetahui situasi Ain saat ini pun berpikir sejenak. Lalu kemudian ia pun membuka mulutnya untuk memberitahukan informasi yang sangat berguna.
“…Coba diskusikan ini dengan Majolica…. Dia mungkin akan memberikan jawaban yang bagus…”
“Majolica-san ya…. Tapi ternyata Instruktur Kaizer kenal sama Majolica-san ya??”
“Bukan kenal lagi… Dia itu dulu satu klan denganku…”
Ain sangat terkejut sampai-sampai ia hampir jatuh ke tanah.
“Eh, eh!? Apa itu artinya dulu Majolica-san dan Instruktur Kaiser… pernah membentuk Party??”
“Ya… Dia dulu adalah Supporter terbaik….. sejauh yang aku kenal, tidak ada orang yang lebih baik dari dia…”
“…Dari dulu… Apa dia selalu menggunakan gaya seperti itu??”
“Ah… Mana bisa aku berpetualang sama orang yang berpenampilan begitu!! Dia jadi seperti itu setelah membuka toko Magic Stone-nya!!”
Ain sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Majolica setelah berhenti berpetualang, namun ia memutuskan untuk menanyakan hal itu lain kali.
“Baik soal penyegelan, atau pun soal monster yang Ain cari…. dia adalah orang yang cukup berpengetahuan… Mungkin saja dia punya petunjuk… Jadi aku pikir mengandalkannya adalah langkah terbaik yang bisa kau ambil saat ini…”
Selain dapat info tentang cara menyembunyikan identitasnya, ia juga mendapatkan info tentang orang yang kemungkinan bisa berkontribusi. Ain merasa telah mendapatkan informasi berharga.
“…Kalau begitu aku akan coba mengunjunginya saat pulang…”
“Coba saja…. Kalau begitu, kita akhiri dengan ujian dariku….”
“ujian?”
Tiba-tiba Kaizer berdiri dan membuka pintu lalu keluar. Ia menuju ke tempat pelatihan.
“Tunggu… Mau kemana sih tiba-tiba begitu…”
Sambil mengeluh, Ain mengikuti Kaizer. Sesampainya di lokasi latihan, Kaizer tidak mengeluarkan pedang kayu yang biasa digunakan untuk berlatih melainkan pedang besi yang bagian bilahnya telah hancur. Kemudian ia mengunci pintu ruangan itu agar tidak ada orang yang masuk.
“Ain, kamu juga pilih saja yang kamu suka….”
“Pilih yang aku suka? Apa aku disuruh melawan Instruktur Kaizer??”
“Aku akan menunjukkan sesuatu yang berbeda dari saat ujian masuk…. Sebagai petualang senior, aku akan memberikanmu beberapa pengalaman…. Yahh.. Aku tahu Ain akan dengan mudah menghadapiku… Tapi aku akan menunjukkan padamu sosok lawan yang bersusah payah”
“…Jadi itu ujiannya?”
“Ya…. Ini akan menjadi ujian terakhir yang aku berikan padamu… Aku akan menggunakan nilai dan prestasi ini sampai kamu lulus….. Jadi tenang saja, dan hadapi aku….”
“Apa Anda boleh melakukan hal seperti itu??”
“Nilai siswa itu semuanya ditentukan atas kebijakan dari masing-masing instruktur… Jadi tidak masalah… Persiapkan dirimu…”
Tiba-tiba Ain merasakan sedikit hawa dingin. Sebuah aura berbeda yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Saat ia melacak arah datangnya aura tersebut, sangat jelas bahwa aura itu dipancarkan oleh Kaizer.
Begitu ya….. Ain pun jadi memahaminya. Mungkin saat ini ia merasakan penyebab mengapa Kaizer menjadi seorang petualang yang sangat terkenal.
“Apa kau sudah siap, Ain?”
“Ya… Kalau sampai terkena aura seperti ini, mau tidak mau aku juga harus bersiap-siap…”
“…Begitu ya…. Kalau begitu bagus…. Majulah kapan saja…”
“Kapan saja, maksudnya?”
“Aku persilakan kau maju duluan…. Ah aku peringatkan, hadapi aku seperti kita sedang saling mengincar nyawa… aku akan memberikan pengalaman pertarungan seperti itu padamu…. Kau boleh gunakan apa saja senjatamu asal kau bisa memakainya… Kau bisa menang dengan cara apapun yang kau suka…”
Dengan kata lain, Ain bisa memakai kekuatan Dullahan. Atau malah Elderlich. Namun ia tidak benar-benar menguasai cara menggunakan skill Elderlich. Meskipun secara garis besar ia merasa dapat menggunakannya, namun masih belum ada kepastian.
Karena itu, yang bisa ia gunakan hanya skill Dark Knight nya.
“Kalau begitu… Aku mulai ya….”
Ain sadar bahwa Kaizer sedang melakukan sesuatu untuk dirinya. Karena itu, ia tidak akan menahan diri, dan berniat menggunakan skill itu sejak awal.
“…Ya ampun…. Kekuatanmu itu benar-benar kekuatan yang tidak masuk akal… Majulah…. Aku akan menunjukkan padamu bagaimana cara petualang bertarung….”
Ain pun melangkah maju menuju Kaizer. Ia berpikir bisa langsung melancarkan serangan andalannya. Namun Kaizer yang ada di hadapannya sama sekali tidak berpindah dari posisinya, justru terlihat seolah dia sedang bersiap menahan Ain.
“Jangan salahkan aku ya… Ain”
“Eh …!?”
Tiba-tiba dua buah benda seperti Magic Stone di lemparkan ke kaki Ain. Kemudian salah satu benda itu seperti mengaktifkan sesuatu, dan dalam sekejap menyelimuti Ain.
“Itu adalah sebuah penghalang khusus buatan Majolica yang bisa menahan gerakan lawan… Jangka waktunya singkat dan dindingnya cukup tipis… Tapi aku bisa melakukan hal seperti ini….”
Setelah mengatakan itu, Kaizer mengaktifkan benda yang satunya.
“sulur??!? Tiba-tiba …!”
Serangan kedua itu memunculkan sulur yang tiba-tiba menjerat Ain. Tangan bayangannya juga ikut terjerat dan membuatnya sulit untuk bergerak. Tangannya yang memegang pedang masih bisa sedikit bergerak, namun sangat sulit untuk melepaskannya.
“Ku …keras sekali!?”
“Tentu saja! Itu adalah penghalang khusus yang terbuat dari Magic Stone yang cukup berharga!! Kalau sudah begini pertandingan akan mudah… Aku mulai, Ain!!”
Kaizer menggenggam pedangnya dan mulai berlari. Ia berniat mengayunkan pedangnya ke arah leher Ain dan langsung menyelesaikan pertandingan ini. Sedangkan Ain hanya bisa menggerak-gerakan tubuhnya dan berusaha melepaskan dirinya dari jeratan sulur.
Bahkan dengan status Ain yang jauh diatas rata-rata itu, tanaman itu masih sangat keras dan sulit di patahkan. Kalau ini terus berlanjut sepertinya Kaizer akan berhasil memenangkan pertandingan ini.
Apa tidak ada cara lain? Ia terus memutar otaknya. Menggunakan kabut tebal? Tidak ada gunanya. Sea Current? Memangnya bisa apa di tempat seperti ini. Skill Elderlich… Oh iya, pakai itu… Kalau saja bisa menghentikan gerakan Kaizer dengan itu….
“…Aku benar-benar terkejut… Ain… aku tidak menyangka kau bisa menggunakan teknik semacam ini…. Untung saja aku ini aku cukup waspada…. Hah… Aku tidak menyangka cara berpikir petualang telah tertanam jauh di dalam diriku….!”
Kaizer menggunakan perlengkapan yang terbuat dari material monster. Karena itu sihir pengekangan macam itu tidak terlalu berpengaruh kepadanya. Ia hanya terhenti sejenak dan tidak berakibat apa pun.
Apa ia akan dikalahkan semudah itu? Sesaat setelah ia memikirkan hal itu, secara ajaib tubuhnya mulai bisa bergerak. Tanpa sadar, secara alami tubuhnya mylai bergerak.
Dengan gerakan santai, Ain mulai mengayunkan tangannya yang memegang pedang.
“Be-berhasil… Aku memotongnya… Yossh.. Aku masih bisa bertarung!!”
Sampai beberapa saat lalu, entah mungkin karena bilah pedang yang sudah hancur, ia tidak bisa memotong sulur itu berapa kali pun ia mengayunkannya. Namun entah apa penyebabnya, setelah ia sedikit tenang, ia dapat memotong sulur itu layaknya memotong buah.
Kaizer jauh lebih terkejut ketika melihat hal ini daripada Ain.
“Ja-jangan bercanda…. Benda itu harusnya bisa menahan Raja Hutan sekali pun setidaknya untuk beberapa menit loh….!”
Kaizer tentu tidak bisa bersiap menghadapi pertarungan yang tiba-tiba terjadi ini. Namun itu hanyalah sebuah alasan. Beberapa saat kemudian, Ain berhasil mendekati Kaizer dengan kewaspadaan penuh. Kombinasi antara ayunan pedang Ain dan tangan-tangan ilusi miliknya sangatlah ganas.
Tidak seperti saat ujian, pada pertarungan jarak dekat ini Kaizer menggunakan banyak trik. Mulai dari mengacaukan penglihatan sampai menggunakan item yang mengeluarkan suara keras. Namun Ain juga merupakan pahlawan yang berhasil menang melawan Sea Dragon. Meskipun akan menjadi sebuah kebohongan jika dikatakan ia sama sekali tidak terkejut dengan teknik-teknik yang baru ia lihat itu. Namun Ain tetaplah seorang pahlawan. Ain yang berhasil menang beradu kekuatan dengan Sea Dragon tidak akan bisa mudah untuk dihentikan.
“Hah…hah… Aku yang menang ya….!”
“…Kau ini… benar-benar orang yang di luar akal sehat…. Sejak pertama kali kita bertemu, kau sama sekali tidak berubah…”
Ain sangat bersyukur dengan pertandingan hari ini. Kaizer telah mengajarkannya cara bertarung yang sama sekali belum pernah ia lihat sebelumnya, serta mengajarkan situasi pertarungan di mana ia merasakan nyawanya dalam bahaya.
Ain mengucapkan terima kasihnya kepada Kaizer. Meskipun pada akhirnya Kaizer menertawakannya karena tiba-tiba bertingkah serius. Namun hubungan mereka terasa lebih baik dengan candaan seperti itu. Mungkin inilah jarak guru dan murid yang nyaman untuk keduanya.
Mantap lanjutkan min
[…] Baca di: Kurozuku […]
[…] Baca di: Kurozuku […]
Ain Mulai banyak perkembangan, Makin seru nih, thx updatenya min
Lanjut min sampe habus
Mantap
Thank update nya
Semangat min
Lanjut ga sih??? LANJUT LAH MASA ENGGA