Vol.04 - Ch.08.1
Sebuah tempat bernama Kota Sihir Ist (A)
Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 14 Januari 2021 .
Selamat Membaca….
Maaf ya terlambat….
“Hahahaha…. Catty.. Jangam mengamuk loh…”
“Nya!!!”
Rute langsung dari stasiun White Rose ke Kota Sihir Ist. Ain bermaksud untuk menaiki rute itu di gerbong khusus bangsawan.
Setelah mendatangi toko Magic Stone milik Majolica, ia telah mendapatkan banyak informasi dan juga surat pengantar. Serta proses penyiapan peralatan sihir yang diperlukan pun berjalan dengan lancar.
Ia mendapatkan peralatan sihir untuk tiga orang dan sesuai rencana, ia akan berangkat menuju Kota Sihir hanya dengan tiga orang sesuai dengan rencana.
Ya, seharusnya mereka hanya bertiga saja.
“Su-sudah cukup Nya!! Ini sudah di dalam kereta Nya!! Berhenti memperlakukanku seperti kucing Nya!!!!”
Telah terjadi situasi yang tidak terduga…. seekor kucing payah telah mendengar informasi tentang perjalanan ke Kota Sihir itu. Hal ini pun membuat keributan besar selama beberapa hari belakangan. Karena tidak ada alat sihir untuk dirinya, dan akan sulit untuk menyembunyikan identitasnya. Saat semua orang berpikir demikian, tiba-tiba Ain mengusulkan sebuah ide yang agak konyol.
“Jangan konyol Nya!! …. Ah itu enak Nya…. lebih kuat lagi Nya….”
Jangan perlakukan dia seperti ras Catsy, tapi perlakukan saja ia seperti seekor kucing besar. Itulah yang ia sarankan. Agar Catima tidak ketahuan, mereka menaiki gerbong khusus bangsawan dengan memperlakukannya seperti seekor peliharaan besar. Dan tidak ada yang curiga!! Itulah yang ada di benak Ain.
Lalu Ain terus membelai leher Catima. Dan sosok gadis itu yang terlihat bahagia benar-benar seperti kucing.
“Kalau begini saja sudah luluh. Itu menunjukkan kau benar-benar kucing… apa tidak apa-apa??”
“…Hah!? Itu masalah Nya!!!”
“A-Anda berdua…. mohon untuk tetap tenang….”
Chris yang duduk di kursi dekat mereka menyampaikan keluhannya. Bahkan Dill yang juga ada di dekat mereka hanya bisa tersenyum kecil melihat sosok Ain yang membelai Catima.
“Tapi bukankah kau memakan camilan ikan yang di berikan pelayanan kereta ini dengan nikmatnya….”
“Hah? Itu kan cuma camilan jadi tidak apa-apa Nya!”
“Begitu ya… Agak bertentangan sih….”
Ngomong-ngomong Catty itu adalah nama samarannya. Meskipun itu hanyalah nama samaran sederhana dengan menghilangkan suku kata ‘ma’ dari nama aslinya, namun itu masih lebih baik daripada tidak sama sekali.
Dan akhirnya Ain dengan rombongannya yang berjumlah empat orang. Yaitu tentunya Ain, dua orang pengawal Chris dan Dill, serta Catima selaku hewan peliharaan. Sebagai seorang peneliti, ia tidak bisa melewatkan kesempatan ini.
“Tapi ya…. Alat sihir ini cukup praktis ya…”
“Ain-sama… Karena memang tidak banyak pengrajin seahli Majolica-san loh… Meskipun begitu orang itu adalah salah satu orang paling berbakat di Istalica ini…”
“Oh… Meskipun penampilannya begitu??”
“Iya.. Meskipun penampilannya begitu…”
Dengan menghela nafas, mereka saling menyetujui poin itu. Bahkan Chris pun tidak mengerti bagaimana selera fashion orang itu. Catima yang sedari tadi mendengarkan pun mulai ikut dalam pembicaraan itu.
“Jadi intinya seberapa efektif benda itu?? Dari tadi aku belum mendengar rinciannya….”
“Etto… Chris-san..??”
“Baik… Dari yang saya dengar, sepertinya alat ini bisa mengalihkan sedikit ‘kesadaran’ orang lain…. Karena itu alat ini tidak akan berdampak pada monster atau orang yang ahli menggunakan sihir….”
“Nya? Alat itu tidak berdampak pada orang yang ahli menggunakan sihir, padahal kalian ini sedang menuju Kota Sihir???”
Pertanyaan Catima ada benarnya. Apa gunanya alat itu jika orang yang ada di Kota Sihir itu dapat dengan mudah mengetahuinya.
“Karena ini adalah Ahli sihir menurut standar Majolica-san… saya rasa tidak ada masalah… Lagipula ini kan hasil karya orang itu…”
“…Kalau kau bilang begitu benar juga Nya…”
Secara pribadi, penilaian Catima terhadap Majolica cukup tinggi. Banyak alat-alat sihir dalam istana yang di buat oleh Majolica. Tidak terkecuali di Laboratorium Catima. Setelah mempertimbangkan hal ini, maka ia berpikir tidak mungkin orang itu membuat barang setengah-setengah.
“Ngomong-ngomong, Ain-sama…. Apa Catima-sama benar-benar telah mendapatkan izin? Dari apa yang saya dengar dari Ayah saya, sepertinya itu cukup sulit….”
Dill masih mengkhawatirkan masalah Catima. Jangan-jangan dia ikut secara sembunyi-sembunyi? Meskipun Dill adalah orang yang menemani Ain ketika melakukan ‘kegilaan’ saat keributan Sea Dragon, ia masih bisa berpikir rasional di saat seperti ini.
“Tidak masalah kok Dill… tapi sebagai gantinya ia menggunakan jatah hadiah yang seharusnya ia dapatkan untuk ikut dalam perjalanan ini…”
“Ha-hadiah??”
“Iya Nya! Hadiah yang harusnya aku dapatkan sebagai imbalan membuat buku tentang Raja Iblis ketika Ain tidur Nya!! Aku menukarkan hadiah itu dengan perjalanan ke Kota Sihir kali ini Nya! Dan akhirnya aku diizinkan Nya… Untung saja aku menunda pemberian hadiah itu Nya….”
Dill pun menerima penjelasan itu. Catima rencananya akan menerima hadiah dari Silvard, karena kontribusinya dalam kasus ini sangat besar. Dan pada awalnya Catima berencana menggunakan hadiah ini untuk membeli alat sihir baru untuk penelitiannya. Namun akhirnya ia gunakan untuk ini.
Dari sudut pandang Catima, dengan status yang ia sandang, sangat tidak memungkinkan dirinya untuk meninggalkan ibukota kerajaan. Wilayah yang dapat ia datangi dengan bebas paling jauh adalah kota pelabuhan Magna. Dan sebenarnya ini juga merupakan kali kedua ia bisa mengunjungi Kota Sihir itu, bukan berarti dia sudah sering pergi ke sana. Karena itu, ia dengan jujur mengungkapkan hasratnya itu.
Catima adalah sosok peneliti yang terkenal. Contohnya saja, ia pernah ikut serta dalam proyek besar seperti White King, dan sosok yang bisa menjadi pemimpin dalam timnya. Itulah sosok Catima von Istalica.
Karena itulah, keberadaan Kota Sihir yang merupakan tempat berkumpulnya teknologi-teknologi terbaru membuatnya ingin datang berkunjung ke sana bagaimanapun caranya.
Kembali ke poin utama, prestasi-prestasi yang telah di capai Catima tidaklah sedikit. Dalam waktu setengah tahun yang sangat singkat itu, ia telah menggunakan segala cara dan menguras ilmunya untuk menyukseskan penelitian itu. Ia bahkan menggunakan otaknya selama tertidur.
Atas dasar prestasi inilah akhirnya mau tidak mau Silvard harus menyetujui keinginannya untuk ikut dalam perjalanan mengunjungi Kota Sihir ini.
“Ini membuatku tidak sabar Nya….”
Dengan membawa Catima yang hari ini terlihat seperti hewan peliharaan, Ain dan pengawalnya pun melanjutkan perjalanan menuju ke Kota Sihir. Perjalanan ini cukup panjang karena akan memakan waktu sekitar setengah hari.
Karena mereka berangkat meninggalkan ibukota pada senja hari, maka dapat di perkirakan mereka akan tiba di Kota Sihir Ist sekitar pukul tujuh esok pagi. Tentu saja mereka akan bermalam di dalam kereta, karena gerbong untuk bangsawan memiliki ruangan sekitar enam ruang. Meskipun jumlah ruangan itu termasuk Lounge yang saat ini mereka gunakan, namun cukup nyaman karena mereka akan bisa beristirahat di ruangan masing-masing.
*
Meskipun mereka tengah dalam perjalanan untuk menjalankan misi penting, namun gerbong yang mereka naiki di liputi oleh suasana yang damai. Kehadiran sosok Catima membuat mereka bisa bersantai. Sangat berterima kasih karena gadis itu tidak terlalu membahas hal ini.
Tiba-tiba, Ain terbangun. Karena ia merasa haus, ia menjadi sulit untuk tidur kembali. Sekilas ia melirik ke arah jam yang diletakan di samping tempat tidur, dan rupanya waktu masih menunjukkan sekitar pukul dua dini hari. Sekitar tiga jam telah berlalu sejak ia mulai tertidur.
“Hoaam… Ke Lounge ah…”
Ain pun bangkit dan mulai menuju ke Lounge untuk meminum sesuatu. Di dalam gerbong khusus bangsawan ini, tersedia berbagai minuman dan makanan ringan di Lounge sebagai salah satu bentuk pelayanan. Karena memang ini transportasi yang cukup mahal, maka pelayanannya pun sangat sempurna.
[…] Baca di: Kurozuku […]
[…] Baca di: Kurozuku […]
Wew
Up