Vol.05 - Ch.15.1
Tidak buruk juga rasanya mengikuti rencana orang lain (A)
Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 16 September 2021 .
Selamat membaca...
Kita putar ulang sedikit waktunya. Cerita saat perjalanan Ain meninggalkan Istana dan menuju ke tempat duel.
Di suatu hari setelah Ain kembali ke Istana. Ia harus kembali meninggalkan ibukota untuk sementara waktu. Ini dikarenakan ia harus berduel dengan Viscount Sage, seorang bangsawan yang korup. Meskipun disebut berduel, bukan berarti mereka bertarung secara langsung, melainkan peliharaan mereka masing-masinglah yang bertarung.
Namun, Ain beranggapan bahwa semuanya akan lancar selama lawannya bukanlah monster sekelas Sea Dragon. Bahkan Ain pernah berpikir karena dirinya memiliki title [Named], maka seharusnya tidak masalah jika dia sendiri yang ikut dalam pertarungan itu. Tentu saja pemikiran itu di tolak keras oleh Chris.
Dan ini saatnya Ain untuk berangkat meninggalkan Istana.
“…Maaf Claune… Apa kereta yang kau siapkan itu yang ini??”
“Ya benar… Bagus kan?? Ini adalah model terbaru milik perusahaan kami… Meski belum resmi diumumkan…”
Claune menjawab dengan penuh kebanggaan. Mungkin gadis itu tidak mengerti bahwa bentuk tubuhnya yang semakin sempurna itu menjadi racun untuk mata Ain.
“Ini kan kereta yang paling tidak ingin aku pakai…”
Claune sang asisten yang gesit. Kereta kuda yang telah Claune siapkan tiba di istana. Rencananya kereta itu akan dinaiki oleh Ain, Claune dan Chris.
Awalnya Ain sedang menunggu di dalam Istana, namun setelah dikabarkan bahwa kereta kudanya sudah tiba, ia pun keluar Istana. Lalu kemudian… ia melihat kereta yang telah disiapkan oleh Claune terparkir di tempat yang biasa digunakan untuk menjemput keluarga kerajaan.
[Apa ini kereta kuda??] itulah kesan pertama yang Ain dapatkan sewaktu pertama kali melihatnya.“Aku tidak mengerti apa gunanya menggunakan lima kuda…”
“Sebenarnya kami ingin menggunakan monster sebagai penariknya… tapi butuh waktu untuk melatihnya, dan juga perlu banyak uang… jadi akhirnya kami memilih kuda sebagai pilihan yang cocok…”
“Oh, begitu… Bagaimana bisa kamu mengatakan itu seolah ini normal…”
Karena ditarik oleh lima kuda, maka ukuran keretanya pun cukup besar. Mungkin sekitar tiga kali lebih besar daripada kereta yang biasa digunakan oleh Ain.
“Hei… bagaimana nanti kalau jalannya sempit…”
“Kereta ini dilengkapi dengan tungku seperti Water Train… jadi katanya bisa berjalan sendiri…”
Ain semakin kebingungan. Bukankah itu artinya kereta itu tidak membutuhkan kuda?? Namun ia tidak mengatakannya. Meskipun begitu, bukan berarti Ain tidak tertarik dengan kereta ini. Ini kesempatan yang bagus untuk menikmati kereta yang masih belum di publikasikan ini.
Hari ini, Claune mengenakan pakaian serba hitam. Di bagian bawah, ia mengenakan rok pendek, dan stoking berwarna hitam membalut kakinya. Benar-benar sangat mengkhawatirkan. Hal ini memancing lirikan Ain. Tentu saja ia berusaha sekuat tenaga agar tidak ketahuan oleh Claune.
Di lengan gadis itu terlihat sebuah gelang [Star Crystal] yang biasa ia kenakan. Selain itu, ia juga mengenakan sebuah kalung dengan permata hitam besar kesukaannya.
“Maaf telah membuat Anda menunggu, Ain-sama..”
“Selamat malam, Chris…. Kalau karena semuanya sudah berkumpul. Ayo kita naik…”
Ia pun menghampiri si kembar untuk menyampaikan sepatah kata.
“Tenang saja.. aku ada di dekat kalian… Kita jalan-jalan sebentar ya…”
Mereka cukup cerdas, mereka seakan mengerti apa yang dikatakan oleh Ain. Setelah membelai kepala mereka berdua, Ain melemparkan beberapa ikan kepada mereka.
“Semuanya sudah siap!”
“Kalau begitu… Silakan Yang Mulia.”
Claune membukakan pintu kereta dan mempersilakan Ain naik terlebih dahulu. Diikuti dengan Chris dan terakhir baru ia masuk ke dalam kereta.
“Bagaimana pendapat Anda Yang Mulia?? Kereta ini di desain agar dapat bersaing bahkan jika dibandingkan dengan penginapan khusus bangsawan loh…”
“…Benar-benar karya yang luar biasa…. aku sampai tidak menyangka kalau ini adalah kereta kuda..”
Claune dengan sengaja memanggil Ain dengan sebutan Yang Mulia. Mereka pun saling menatap, dan kemudian tertawa.
Interior dalam gerbong kereta itu dapat dikatakan tidak berbeda jauh dengan penginapan yang beberapa hari Ain tinggali di kota Ist. Saking istimewanya kereta itu, mungkin orang akan berpikir untuk ingin tinggal di dalam kereta.
“Aku tidak menyangka ada kereta kuda seperti ini…. Ogast Company memang luar biasa…. Ngomong-ngomong, Claune-dono… Apa saya harus menaruh barang-barang bawaan kita di belakang??”
“Ya… Kereta ini juga memiliki tempat penyimpanan barang… jadi letakan saja disana…”
Chris membawa semua barang bawaan mereka ke bagian belakang. Mereka telah mempersiapkan barang untuk menginap selama beberapa malam. Meskipun tidak sebesar biasanya, namun di kereta itu juga tersedia beberapa tempat tidur yang cukup untuk masing-masing beristirahat sementara di kamar masing-masing.
“Kalau begitu… Hei Ain…”
Claune tiba-tiba berbalik. Rambutnya yang terurai pun tersibak dengan indah.
“Ternyata ada ya yang begini… Hm?? Ada apa Claune??”
Claune memastikan bahwa Chris telah pergi ke bagian belakang. Ia pun mendekati Ain. Tampaknya gadis itu memakan riasan yang sama seperti biasanya, namun bibirnya terlihat lebih berkilau dan lebih menarik dari biasanya. Hal ini memancing Ain untuk menggapainya, namun rasionalitasnya masih dapat berusaha menahannya.
“Mau aku beritahu satu berita bagus??”
“Berita bagus??”
Claune berbisik dengan suara yang lembut. Ia mencondongkan tubuhnya seperti setengah membungkuk untuk mendekati Ain. Kemudian ia menurunkan tangannya dan mencubit bagian unjung roknya dengan perlahan.
“Ya… Berita bagus… Tahu tidak…?”
Sambil mengatakan itu, Claune melirik ke arah rok miliknya, dan mengangkat roknya perlahan. Setiap sentimeter rok itu naik ke atas, semakin luas area yang menawan mata Ain agar tetap terpaku ke arah sana.
“Tu-tungg, Claune!!”
Ketika Claune mengetahui Ain mulai panik, gadis itu pun mengedipkan matanya. Setelah itu ia merapikan kembali roknya dan mendekati telinga Ain.
“Tahu gak… daripada mencuri kesempatan untuk melirik-lirik saja… kalau kamu mau kamu bisa menatapnya selama mungkin seperti tadi loh…”
Sepertinya gadis itu sudah menyadarinya sejak awal. Atau bahkan lebih tepatnya gadis itu sudah memprediksikan bahwa Ain akan diam-diam memandangi kakinya. Namun Claune sama sekali tidak keberatan dengan hal itu. Karena itu ia membiarkan saja semua itu terjadi.
Saat gadis itu berbicara dekat dengan telinga Ain, sangat terasa jelas hembusan nafas gadis itu mengenai telinganya. Claune pun tersenyum lembut dan segera menjauh dari Ain.
“Saya kemba… Loh?? Ada apa??”
“Tidak ada apa-apa…. Aku hanya melihat ada sedikit kotoran di pundak Ain… jadi aku membersihkannya…”
Ketika Chris kembali, ia melihat Claune berada di posisi yang cukup dekat dengan Ain.
“Begitu ya… Ain-sama… Anda harus lebih perhatian dengan penampilan Anda…”
“…I-iya… Aku akan lebih berhati-hati lagi….”
Claune dengan mudahnya membohongi Chris. Kemudian gadis itu melirik ke arah Ain, menjulurkan sedikit lidahnya sambil mengedipkan mata.
“….Kurasa aku tidak akan bisa menang melawannya…”
Sambil menggumamkan hal itu, Ain mengarahkan pandangannya ke arah kaki Claune yang mulai berjalan. Kebetulan sudah diberi izin… itulah yang ada dalam benaknya.
Namun saat ia menatap kaki gadis itu, tiba-tiba terlintas dalam benaknya….
“…Ya, kalau begini jadi benar-benar kalah…”
Saat Ain menuruti untuk menatap kaki gadis itu, disaat itulah kekalahan total bagi Ain. Kekalahan yang tak dapat terelakkan.
Saat ia memikirkan kembali dengan tenang, sepertinya selama ini ia terus menari di atas telapak tangan Claune. Meski begitu, Ain sama sekali tidak merasakan sebuah rasa penyesalan.
* *
Kereta kuda pun berangkat dari ibukota menuju ke lokasi duel dengan Viscount Sage. Karena butuh cukup banyak waktu, jadi mereka akan perlu beristirahat beberapa kali di sepanjang perjalanan. Karena masih belum waktunya istirahat, Ain mulai mengerjakan laporannya seperti yang ia rencanakan. Namun, ia sama sekali akan terjadi seperti ini.
“Kalau begitu Ain-sama… Sesuai rencana, saya akan membantu Anda…”
Pemicunya hanyalah masalah yang sepele. Ketika kembali dari Ist, Ain menjanjikan satu hal kepada Chris. Sebuah janji kecil untuk menyusun laporan bersama-sama, dan seharusnya sama sekali bukan masalah.
Ya, seharusnya bukan masalah…. namun tiba-tiba muncul sebuah masalah.
“Hmm… Benar… kamu harus memperbaiki bagian itu…”
Ada Claune duduk di sisi kanannya.
“Sepertinya Anda sudah mulai terbiasa Ain-sama… Sepertinya Anda sudah dapat mengerjakan yang sederhana ya…”
Dan ada Chris di sisi kirinya. Perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan situasi ini mungkin Ain sedang menggenggam dua bunga di kedua tangannya.
Semua ini di mulai dengan pemikiran apakah Claune akan melawan Chris? Namun kedua gadis itu memiliki watak yang serius. Dan pertempuran di antara kedua gadis itu bahkan tidak menjadi sebuah komedi romantis atar perempuan, malah dipenuhi aura penuh keseriusan.
Namun… ada satu hal yang membuat orang penasaran…
“Hei, aku senang kalian mau mengajariku… tapi bukankah kalian terlalu dekat??”
Mereka berdua terlalu dekat dengan Ain. Bahkan membuat ketahanan mental Putera Mahkota mencapai batasnya, dan berusaha sekuat tenaga mengumpulkan fokusnya ke dokumen yang ada di hadapannya. Namun sedikit saja gerakan, bahkan hanya dengan niat menggerakkan pena sekalipun, itu membuat Ain khawatir bahwa sikunya akan menyentuh dada mereka.
“Tidak apa-apa kan… Kalau begini lebih mudah memberitahu kalau ada yang salah kan?”
“Benar… Tapi laporan itu tidak akan terasa sulit kok kalau sudah terbiasa… Dan Anda akan cepat mahir kok”
Apa cuma Ain sendiri yang merasa malu? Saat Ain memikirkan hal ini, ia tersadar betapa menyedihkan dirinya itu. Namun tetap saja tidak dapat disangkal bahwa dirinya tengah menikmati aroma harum yang terpancar dari kedua sisinya.
Claune mengenakan parfum beraroma campuran mawar dan buah-buahan yang menawan. Aroma ini seakan mengundang orang yang menghirupnya untuk [semakin mendekat]. Aroma manis dan menggoda, persis seperti kepribadian Claune sendiri.
Sedangkan Chris masih menggunakan wewangian yang sama dengan yang ia gunakan sewaktu perjalanan pulang dari kota Ist. Sejujurnya Ain kemarin pernah menghirup aroma parfum itu langsung dari botolnya. Jadi ia tahu seperti apa wanginya, namun aroma itu benar-benar berbeda ketika digunakan oleh Chris. Dengan kata lain, aroma menggoda yang terkadang Ain hirup itu ternyata adalah aroma dari Chris itu sendiri.
Saat ini kepala Ain sedang penuh dengan segala pemikiran itu. Sedangkan tangannya terus bergerak seperti mesin untuk menyalin tulisan.
“(Apakah ini yang namanya Anatta??)”
Pada kenyataannya Ain masih bisa memikirkan hal itu, maka seharusnya Ain masih belum mencapai wilayah Anatta. Namun, tidak dapat di sangkal bahwa ia merasakan perasaan yang mirip dengan itu.
TL Note: silakan cari tentang Anatta dalam teori budhism.
“Ngomong-ngomong, Ain… Selanjutnya apa yang akan kamu lakukan??”
“Hmm? Maksudnya selanjutnya apa??”
“Tentang tempat yang ingin kamu selidiki selanjutnya… Kalau tidak salah setidaknya masih ada dua tempat lagi kan?? Balt dan Mangna.. Kamu pasti akan mengunjungi kedua tempat itu kan??”
“Ah soal itu ya?”
Laporan secara umum telah disampaikan, sehingga Claune dan Olivia juga sudah mendapatkan informasi terkait tempat kunjungan Ain selanjutnya. Karena itu, saat ini Claune menanyakan pendapat Ain.
“Yang itu.. memang yang mana lagi… Jadi apa yang akan kamu lakukan??”
“Aku berencana untuk melakukan penyelidikan di Balt dan meminta izin mengunjungi wilayah terlarang…”
Saat ini, saat ia memikirkan area yang memiliki peluang paling besar akan memberikan petunjuk hanyalah bekas wilayah kekuasaan raja iblis yang terlintas dalam benaknya.
“A-Ain-sama, bekas wilayah raja iblis itu terlalu berbahaya!!”
Segera Chris mengutarakan keberatannya. Wajar saja, wilayah bekas kekuasaan raja iblis itu saat ini menjadi tanah yang tidak tersentuh dan belum terjamah para penyelidik. Meskipun hanya berdasarkan asumsi saja, namun hampir dapat dipastikan bahwa tempat itu cukup berbahaya.
“…Hei Ain? Aku sependapat dengan Chris-sama loh… Sudah jelas karena tempat itu adalah tempat yang berbahaya… Bukankah sebaiknya kita melakukan penyelidikan di tempat itu secara perlahan-lahan saja…”
“Padahal justru saat ini aku sedang ada diwilayah berbahaya…”
“…Hmm? Ain??”
“… Ain-sama? Apa maksudnya??”
Diapit oleh kedua gadis itu merupakan situasi yang buruk untuk kesehatan jantungnya. Sehingga Ain tidak sengaja mengucapkan komentarnya itu.
“Hmm.. Lupakan… Aku tahu tempat itu memang berbahaya… tapi tetap saja aku harus mengunjunginya kan??”
Meskipun awalnya kedua gadis itu kebingungan, namun mereka segera mengerti apa yang Ain ucapkan berikutnya. Kalimat [Harus tetap ke sana meskipun berbahaya] pun membekas jauh di dalam lubuk hati mereka.
Thx min