Vol.05 - Ch.18.1
Keinginan Memonopoli Milik PriaItu (A)
Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 21 Desember 2021 .
Selamat membaca...
Ain pun pulang dengan semangat. Ada alasan mengapa dia begitu semangat. Hal ini berkaitan dengan hasil ujian yang dibagikan hari ini.
Setelah setengah tahun membolos, ia sibuk dengan tugas-tugasnya serta melakukan perjalanan ke Ist. Ini membuatnya kekurangan waktu belajar. Waktu itu ia sempat diliputi kekhawatiran. Bahkan ia sudah menyiapkan tekad kalau saja dirinya terjatuh dari first class.
Dan akhirnya ia memulai sesi belajar dengan gadis itu. Gadis pilihan diantara banyaknya kandidat, yang bahkan kata jenius saja tak cukup untuk menggambarkannya itu, kini menjadi sosok asisten yang tak tergantikan bagi Ain.
“Sampai dirumah nanti aku harus berterima kasih pada Claune…”
“…Saya juga cukup terkejut Anda bisa bangkit dari keterpurukan itu…”
Ada satu kata tertulis pada kertas hasil tes tersebut. “Terbaik”, cukup singkat dan jelas. Tentu saja di kertas itu juga terdapat penilaian terperinci serta daftar mata pelajaran, namun kata-kata selain “Terbaik” sudah tidak masuk kedalam perhatiannya.
Sudah hampir dua bulan berlalu sejak kepulangan Ain dari Ist. Dan selama waktu itu, Ain belajar mati-matian bersama dengan Asisten berbakatnya (Claune) itu.
“Aku jadi ingin memeluk Claune…”
“Boleh juga, kenapa tidak dicoba saja?”
Ain cukup senang hingga tak sengaja mengucapkan hal semacam itu.
“Tidak, tidak… Kalau beneran itu agak… Kau tahu kan Dill??”
“…Ya ampun…”
Geregetan. Ini adalah perasaan yang dimiliki oleh semua ksatria yang ada di Istana saat ini. Pada kenyataannya hubungan Ain dan Claune sudah sangat dekat sampai-sampai semua orang ingin memaksa mereka cepat menikah.
Namun akhir-akhir ini, ada satu topik tambahan dalam gosip mereka. Yaitu tentang keberadaan pemain tak terduga. Christina Wernstein panglima baru pasukan ksatria Istalica.
Sejak kembali dari Ist, mulai terdengar gosip semacam itu di sekitar Istaba. Dapat dikatakan bahwa sumbernya berasal dari beberapa pelayan wanita. Dari sudut pandang mereka, ketika mereka menyaksikan gelagat Chris, mereka sampai pada satu kesimpulan, ternyata orang itu juga “seorang wanita”.
Terlebih untuk Dill yang sering berinteraksi dengan Ain. Ia sering kali ditanya oleh para pelayan dan ksatria yang penasaran dengan kisah percintaan Ain. Meskipun selalu saja Dill menanggapi mereka dengan ringan, namun akhir-akhir ini rumor itu semakin kencang terdengar. Sepertinya hanya subjek gosipnya saja saja yang tidak mengetahui tentang gosip ini.
“Pokoknya, Saya turut merasa senang Anda dapat bertahan di First Class…”
“Benar-benar… Ayo cepat! Aku ingin melaporkan ini secepatnya!!”
Ain terlihat sangat bahagia. Dill turut merasa senang melihat tuannya menunjukkan ekspresi yang layak di usianya itu. Lalu ia pun bergegas mengejar tuannya.
* *
Seakan tak dapat menahan perasaan gembiranya, Ain berjalan dengan cepat menuju ke Istana. Namun berbeda dari biasanya, suasana di dalam Istana terasa seperti medan perang. Padahal ketika pagi tadi mereka meninggalkan Istana, suasana masih tenang seperti biasanya, ada apa sebenarnya? Dill pun mulai waspada.
“…Para ksatria berada di posisi mereka masing-masing… Sepertinya bukan tentang ada serangan…”
“Kalau begitu jadi makin membingungkan… suasana ini rasanya seperti mereka akan mulai berperang…”
Namun ketika memperhatikan ekspresi wajah para ksatria, mereka lebih terlihat gugup daripada hasrat ingin berperang.
Ain pun bertanya kepada salah satu ksatria yang lewat.
“Apa ada yang terjadi”
“Ya-Yang Mulia… Selamat datang!”
Ksatria itu berdiri tegak dan menyambut Ain.
“Aku merasakan suasana buruk di Istana ini… Aku ingin tahu ada apa?”
“… Sebenarnya, kami juga belum menerima informasi apa pun …”
“Gak tahu? … Dill, bagaimana menurutmu?”
Ain terlihat kebingungan dan meminta pendapat Ain. Dill pun menatap ksatria itu dan bertanya.
“Kau tidak perlu khawatir, Apa kau pendapat tentang situasi ini?”
Ketika mendengarnya, ksatria itu pun melipat tangannya seolah kebingungan. Apakah hal ini sulit untuk dibicarakan? Bahkan jika seorang Putra Mahkota yang memintanya?
“Ain-sama!? Kapan Anda pulang??”
Muncul sosok Chris yang tampak kelelahan menuruni tangga. Apa situasi saat ini benar-benar gawat sampai membuat Chris kelelahan?? Kecurigaan Ain semakin meningkat.
“Panglima… Ain-sama menanyakan situasi Istana,, Mohon maaf, saya belum mendapat informasi apa-apa…”
“…Begitu ya… Baiklah.. kau boleh kembali ke posisimu… Biar aku yang menjelaskan pada Ain-sama…”
“Dimengerti. Yang Mulia, Mohon maaf saya tidak berguna untuk anda…”
Setelah membungkuk, pria itu pun meninggalkan mereka. Di Tengah situasi ini, Ain hanya bisa menjawab “Ya..” .
“Aku baru pulang… Sepertinya kamu lelah Chris-san…”
“I-iya… Sebenarnya situasi kali ini cukup merepotkan… Karena itu saya ingin menjemput Ain-sama..”
“Aku?”
“Ya… kemungkinan Ain-sama adalah orang yang paling tepat…”
Ain tidak mengerti mengapa ia disebut orang yang tepat. Atau lebih tepatnya Ain sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi di Istana ini.
“Apa itu berkaitan dengan suasana aneh di istana saat ini?”
“Tentu saja…. Mari saya antar…”
“Tu-tunggu sebentar! Aku tidak masalah kamu mengajakku, tapi setidaknya beritahu aku kemana kita pergi, dan apa yang terjadi!!”
“Ah… Mohon maaf… Kita akan menuju ke ruang audiensi… Tolong tenangkan Yang Mulia disana…”
Ain menerima penjelasan yang tidak jelas. Namun satu hal yang ia mengerti, bahwa Silvard sedang bermasalah. Ain pun ikut bersama dengan Chris untuk memastikan bagaimana situasinya. Dill pun mengikuti mereka.
up min