Vol.05 - Ch.03.1
Hari pertama pun berakhir (A)
Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 20 Januari 2021 .
Selamat Membaca….
“…Aku tidak mengerti apa maksud ini semua Nya…”
Waktu menunjukkan pukul empat pagi. Meskipun dokumen itu hanya terdiri dari beberapa lembar saja, namun mereka membaca dokumen itu sambil memikirkannya hingga waktu berlalu berjam-jam.
Namun bukan masalah waktu yang menjadi sorotan Catima, melainkan kondisi Ain saat ini.
“Kuu… kuu…”
“Kenapa dia tidur di sini?? Si Chris itu….”
“…Sepertinya dia kelelahan….”
“Aku belum pernah dengar ada Royal Knight yang menggunakan Putera Mahkota sebagai bantal…. Terlebih lagi Chris itu bukan Royal Knight biasa melainkan Fleet Admiral…”
Tentu saja Ain juga belum pernah dengar tentang hal itu. Tentu saja tidak akan pernah ada yang melakukan itu. Mungkin dalam sejarah panjang Istalica ini, Chris adalah orang yang pertama kali melakukan itu.
“Lagipula kenapa Chris memegang dokumen itu dengan posisi yang aneh seperti itu….”
Dengan posisi menggunakan pangkuan Ain sebagai bantal, Chris memegang beberapa lembar dokumen dan melebarkannya dengan jari-jarinya.
“Yah, karena katanya kalau orang lain selain Chris-san yang memegangnya maka kertas itu akan terbakar…”
“Bukan berarti harus di pegang kan? Kalian bisa kan meletakannya di atas meja?? Apa kalian ini bodoh???”
Agak menyebalkan ketika mendengar Catima menyebut dirinya bodoh, jika bisa, Ain ingin segera bangkit dan menjewer telinganya. Namun ia hanya bisa berusaha menahan perasaan itu karena ia tidak bisa berdiri.
Ketika ia melihat gadis yang tertidur di pangkuannya dan terlihat sangat bahagia itu, membuat Ain merasa tidak enak untuk membangunkannya.
Dimalam itu, Chris yang memperkirakan bahwa pembicaraan mereka akan menjadi panjang, memutuskan untuk mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa. Karena itu, jadi tidak ada alasan bahwa armornya akan mengganggu tidurnya.
Ketika Ain melihat rambut panjangnya terurai di seluruh lutut Ain, ia menjadi khawatir apakah rambut itu tidak akan kusut?
“Sepertinya begini rasanya kakak perempuan yang payah…”
“Apa-apaan itu? Penilaian tentang diri sendiri??”
Dari sudut pandang Olivia, Catima adalah kakak perempuannya. Maka kesimpulannya adalah…..
“…Ngajak ribut Nya!!?”
“…Hayuk Nya!!”
Mereka berdua masih merasakan sensasi semangat di malam hari. Meskipun dari segi waktunya lebih dekat ke pagi hari, namun hal itu tidak terasa bagi mereka berdua yang sama sekali belum tidur. Catima pun langsung melompat ke arah Ain dengan semangat yang tidak jelas itu.
“Ya, sayang sekali ya….”
“Pe-pengecut Nya!? Itu curang Nya!!!”
“Ya, cepat duduk…. Aku yang menang ya…”
Ain menggunakan tangan ilusinya. Dullahan pasti tidak akan menduga bahwa tekniknya akan digunakan untuk hal ini. Atau lebih tepatnya Ain sendiri juga tidak menyangka akan menggunakan teknik itu. Ini hanyalah sebuah teknik iseng akibat gejolak semangat aneh di malam hari.
Dengan menggunakan tangan ilusi itu, Ain membuat Catima duduk di kursi di hadapannya.
“…Kamu suruh dia melakukan apa sampai jam segini….”
“Ya.. aku sedikit merasa menyesal dengan hal ini kok…. Dill mana?”
“Aku menyuruhnya istirahat Nya… Ya Ampun.. Ain ini benar-benar orang yang kejam meminta Chris menemani sampai jam segini… Ngomong-ngomong, sejak kapan Chris tertidur?”
“Mungkin karena dia merasa santai setelah berganti pakaian, dia langsung tertidur dalam waktu kurang dari satu jam sejak mengganti pakaiannya….”
Mulut Catima menganga dan menunjukkan taringnya yang bagus. Sepertinya akan sakit jika tergigit olehnya. Karena wajah terkejut Catima ini cukup langka, jadi Ain memutuskan untuk menyaksikannya dengan seksama.
“Bukankah itu terlalu cepat Nya!”
“Ya sepertinya dia cukup kelelahan… Apa urusanmu sudah selesai?”
“Ya lumayan Nya…. Lalu dokumen itu…. Sepertinya merepotkan Nya…”
“…Mungkin…. Kalau di biarkan begini, kemungkinan benar dugaan Catima-san… aku mungkin akan berubah menjadi monster…”
“…Coba jelaskan…”
Selama berjam-jam di tempat itu, Ain memikirkan beberapa hipotesis. Tentunya hipotesis itu berdasarkan dari dokumen yang diberikan oleh Profesor Oz.
“Semua ras non manusia berpotensi untuk menjadi monster…. Sepertinya itulah kesimpulannya.”
“Aku juga berpendapat begitu Nya….”
Di akhir penelitian itu, peneliti menemukan potensi bahwa ras non manusia memiliki [Core]. Hal itu akhirnya dipastikan.
“Itu berarti sudah di pastikan ya… Sebenarnya eksperimen itu cukup sederhana, hanya saja teknologinya yang sangat rumit… Secara singkat prinsipnya adalah begini… Mereka mencairkan energi yang ada dalam Magic Stone dan memasukkannya kepada ras non manusia, untuk memperbesar core itu…. kemudian pemilik core itu akan perlahan-lahan menjadi lebih kuat, dan akhirnya berubah menjadi monster… kurang lebih begitu prinsipnya….”
“Nya… Kalau benar begitu maka bukan hanya sakit Nya… Sebagian besar subjek penelitian pasti mati, mengingat itu sangat membebani tubuh pemiliknya…”
Catima juga memahami bagaimana dampak Magic Stone itu kepada tubuh. Karena itu, setelah mendengar penjelasan Ain, ia dapat dengan mudah membayangkan seperti apa hasilnya.
“Catima-san memang hebat… Itu benar… 99.9$ subjek penelitian itu meninggal. Begitu yang tertulis di sana….”
“…Apa ada yang berhasil??”
“Ya, tapi dia langsung menjadi gila dan membunuh para peneliti…. Karena itu ia langsung di musnahkan…. sepertinya dia sudah berubah menjadi monster yang cukup kuat…”
“… Begitu Nya…. Jadi dengan kata lain, belum ada yang benar-benar berhasil ya… terus??”
“Apa aku boleh menyampaikan hipotesisku?”
Dan akhirnya tiba waktunya Ain menjelaskan hipotesis yang ia ambil kepada Catima.
“Lanjutkan Nya….”
“Kemungkinan apa yang aku lakukan selama ini adalah hal yang sama…. Menghisap energi dari Magic Stone… perbedaannya hanya pada prosesnya… apakah ada rasa sakit atau tidaknya….”
“Tunggu Nya. Yang Ain miliki itu adalah pengurai racun Nya… menghilangkan sesuatu yang memiliki pengaruh buruk… Jadi seharusnya kamu tidak akan menyerap sesuatu yang tidak membahayakan tubuhmu Nya!?”
“Habisnya bukan berarti benda ini adalah racun kan?? Kalau dari sudut pandang [core]-nya, maka ini hanya seperti sebuah evolusi kan? Karena itu, bisa saja ini di anggap tidak berbahaya, meskipun bertentang dengan keinginanku….”
Setelah sejenak terdiam, Catima pun menghela nafas panjang.
Chris wangy wangy
enang ga ada ilustrasinya ya? n
kalo ada malah bagus