Vol.05 - Ch.05.2
Kucing yang Terlalu Bebas (B)
Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 25 Januari 2021 .
Selamat Membaca….
Ain dan kelompoknya langsung menuju ke kamar tempat Barra dan adiknya berada. Karena mereka adalah wanita, jadi Chris masuk terlebih dahulu untuk memeriksa keadaan mereka. Karena tak ada jawaban ketika mereka mengetuk pintu, jadi diputuskan agar Chris masuk lebih dahulu.
“Etto… Ain-sama…. Bagaimana sebaiknya yang harus kita lakukan ya…”
Setelah masuk cukup dalam ke kamar itu, Chris kembali sendirian. Cukup jarang sekali Chris meminta Ain membuat keputusan apa yang harus ia lakukan.
“Apanya yang bagaimana? Memangnya apa yang terjadi??”
Dill dan Catima yang berdiri di belakang Ain juga menunjukkan ekspresi kebingunan.
“…Bisakah Anda masuk sebentar ke dalam??”
“Bisa saja sih… memangnya ada apa??”
Karena Chris sepertinya cukup sulit untuk mengatakan alasannya, jadi Ain, Catima, dan Dill pun langsung masuk ke dalam kamar.
Terdapat perbedaan mencolok dari segi interior kamar dan permadani yang digunakan di kamar itu dibandingkan kamar tempat Ain dan kelompoknya menginap. Namun kamar itu tetaplah kamar kualitas tinggi dengan kenyamanan yang cukup. Di kamar itu juga terdapat beberapa alat sihir yang terpasang, dan kamar mandi pun cukup bagus.
Sambil mengecek keadaan kamar itu, mereka mengikuti Chris sampai ke kamar tidur. Pintunya sedikit terbuka sehingga mereka dapat melihat ke dalam dari luar.
TL Note : Sial, kukira kayak kamar hotel biasa, ternyata semacam apartemen….
“Silakan Anda lihat ke dalam….”
Chris yang berhenti di depan ruangan itu pun berbalik dan mengatakan itu kepada Ain. Memangnya ada apa di dalam? Pertanyaan seperti itu memenuhi benak Ain.
“…Ah, begitu rupanya….”
“Mau bagaimana lagi Nya… Karena tiba-tiba mereka di pindahkan dari wilayah kumuh ke ruangan semacam ini Nya….”
“Jadi… Sulit untuk membangunkan mereka ya…”
Ain, Catima, dan Dill mengungkapkan kesan mereka terhadap pemandangan yang mereka saksikan. Tidak ada yang aneh, justru mereka merasa pemandangan yang mereka saksikan itu cukup menyenangkan.
“Suuu… Suuu…”
“Ka….kak… hmm…”
Di tengah tempat tidur yang besar, kedua gadis itu tidur bersama dengan damai dan tenang. Terlihat jejak kusut yang ada di pinggir tempat tidur. Mungkin mereka merasa kesepian tidur berdua di tempat sebesar itu. Kemungkinan biasanya mereka tidur bersama seperti itu. Itulah yang Ain dan kelompoknya pikirkan.
Kasur tempat mereka tidur cukup empuk dan nyaman bagi mereka. Sekilas saja dapat terlihat bahwa mereka tidur dengan nyaman.
“Apa boleh buat… tempat tidur di penginapan ini sangat nyaman sih… Aku jadi tidak enak membangunkan mereka….”
“…Tapi kalau dari sudut pandang seorang bawahan, sikap mereka ini bisa termasuk tindakan penghinaan…”
“Dill, aku tahu maksudmu… tapi coba kau beri aku pendapatmu sebagai seorang manusia, bukan sebagai pengawalku…”
“Yah, itu… Saya juga bukan iblis kok……”
Mungkin tidak salah juga jika ini dikatakan sebagai “Sedekah” yang diberikan oleh Ain. Mereka tertidur begitu saja tanpa mengatakan apapun kepada Ain, sebagai seorang pelayan, tindakan ini tidaklah terlalu baik. Banub Ain mengerti bagaimana perasaan mereka. Mereka telah bersusah payah di wilayah kumuh bertahun-tahun, dan tiba-tiba mereka di pindahkan ke tempat yang sangat nyaman untuk di tinggali. Wajar jika mereka mengantuk dan tertidur.
Terlebih lagi, mereka saat ini dalam keadaan di bawa begitu saja oleh Ain. Jadi Ain tidak bisa terlalu banyak berkomentar.
“Yah, sudahlah…. tidak apa-apa kan jika aku menjadi Putera Mahkota yang agak naif soal ini…. Sebagai gantinya nanti kita minta mereka berusaha sekuat yang mereka mampu…. Lagipula kita tidak sedang terburu-buru soal ini kan… Jadi kita bisa bicara dengan mereka nanti….”
Chris berharap agar Ain sebagai Putera Mahkota bisa bersikap lebih tegas dan keras. Jelas ia memikirkan hal itu dalam benaknya. Namun ia sadar bahwa kebaikan kecil semacam ini adalah salah satu faktor yang membentuk individu bernama Ain. Setelah mempertimbangkan hal ini, ia bimbang apakah hal ini tidak apa-apa?
Namun dari sosok Ain yang seperti itu, ia selalu merasakan Aura yang mendominasi dirinya. Benar-benar tidak bisa dipahami.
“Dill. Siapkan saja surat dan tulis apa yang aku katakan…”
“Baik, Laksanakan…..”
“Ain-sama? Apa kita akan berbicara dengan mereka besok??”
“Besok kita ada janji dengan Profesor Oz, jadi kita tidak bisa berbicara dengan mereka sampai kita pulang dari sana… Jadi besok pagi kita akan tengok keadaan mereka sebentar kalau sudah bangun… Kalau mereka sudah bangun, aku akan bilang kalau ada hal yang harus kita bicarakan, kalau belum bangun, kita tinggalkan surat lagi lalu langsung ke tempat Profesor Oz…”
“Boleh juga Nya… Tapi satu lagi Nya, kita juga harus menitipkan pesan kepada pihak penginapan soal ini Nya… Agar mereka bisa menyediakan jika kedua gadis ini membutuhkan sesuatu seperti makanan atau semacamnya… dan katakan pada mereka untuk menambahkan tagihannya kepada kita Nya…”
Ain memutuskan untuk membuat surat untuk kedua gadis itu, serta melakukan apa yang disarankan Catima. Karena Ain membawa kedua gadis itu seenaknya, maka ia tidak ingin membuat kedua gadis itu merasa tidak nyaman.
“Benar juga…. Kalau begitu, seperti apa kata Catima-san, segera beri tahu pihak penginapan tentang ini…. Bisa kan Chris-san?”
“Tentu saja, kalau begitu mari kita kembali ke kamar dulu… Setelah saya mengantar ada ke kamar, baru saya akan bicarakan hal ini dengan pihak penginapan…”
Ain pun menutup pintu dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Mei dan Barra.
Besok merupakan hari ketiga mereka sejak kedatangan mereka di kota Ist. Dan itu adalah hari di mana mereka berjanji untuk bertemu dengan Profesor Oz. Sebuah hari yang penting di mana pria itu akan memberikan informasi tentang hasil penelitiannya yang sudah lama ia lakukan kepada Ain.
Agar bisa mendapatkan informasi sebanyak mungkin Ain memutuskan untuk beristirahat lebih cepat hari ini. Namun tiba-tiba Catima melontarkan pernyataan yang mengejutkan.
“Ah, ngomong-ngomong, Ain….. Mungkin aku akan kembali ke Ibukota duluan Nya… Aku menemukan banyak hal yang ingin aku pelajari Nya… dan aku juga sudah mendapatkan banyak benda… Jadi aku ingin segera memulai Nya…”
“Lagi-lagi seenaknya sendiri….”
Ain mengomentari Catima yang bertindak terlalu seenaknya bahkan setelah ia sampai di kota Ist ini.
“Karena itu, aku akan meminjam Dill sebagai pengawalku…. Untuk sementara waktu kamu akan berdua dengan Chris… Jadi Ain… Aku titip Chris ya…”
Catima menambahkan bahwa dia juga akan membawa Barra dan Mei bersamanya.
“Ca, Catima-sama… Memangnya saya pihak yang harus di titipkan??”
Perkataan Chris lebih mengandung kesan sedih daripada terkejut. Melihat hal ini, Catima hanya tertawa dan melanjutkan perkataannya.
“Hahahaha… Pokoknya begitu Nya… Setelah aku selesai berbicara dengan Profesor Oz, aku akan segera kembali melanjutkan penelitianku Nya!! Terima saja Nya!”
Barra dan Mei juga dibawa pulang oleh Catima, itu artinya sudah pasti Ain dan Chris menjadi hanya berdua. Meskipun saat ini Catima masih ada, Ain mulai merasa gugup.
Ain sering beraktivitas bersama dengan Chris, namun belum pernah ada situasi di mana mereka hanya berduaan. Bahkan saat Ain sedang memikirkan hal ini, Catima masih tertawa dengan sangat bahagia.
“…Sepertinya aku lebih sering beraktivitas dengan Catima-sama daripada menjadi pengawal khusus Ain-sama….”
Tidak ada yang akan menanyakan pendapatku. Itulah yang Dill pikirkan sambil mengatakan hal tersebut, namun tentunya tidak ada yang mendengarnya.
Update “6 second ago” langsung gas 😀😀
[…] Baca di: Kurozuku […]
Ntapsss
Up min
[…] Baca di: Kurozuku […]
Makasih min
Mantap
Thank update nya
Semangat min
Terima kasih min di tunggu ya min update berikutnya
Thx min updateannya
Njut