Pengaturan Membaca

Font Style

  • Arima
  • Nunito
  • Corben

Font Size

Vol.05 - Ch.06.1
Mengunjungi Profesor Oz (1)

Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 27 Januari 2021 .

Selamat Membaca….

Waktu pertemuan dengan Profesor Oz agak pagi. Meskipun dikatakan pagi, namun tidak terlalu berbeda dengan jam Ain berangkat sekolah Namun pagi ini, ada satu hal lagi yang harus mereka lakukan.

“Bagaimana?”

Ain bertanya kepada Chris yang telah memeriksa bagian dalam kamar.

“Masih pulas… Sepertinya mereka masih tertidur dengan posisi yang sama dengan kemarin…”

Lokasi pertama yang harus mereka kunjungi adalah kamar Barra dan Mei. Mereka mengira bahwa kedua gadis itu mungkin saja sudah bangun. Namun ternyata sama sekali belum bangun, dan masih pulas berada di dunia mimpi.

Ngomong-ngomong, dari apa yang di katakan Chris, surat yang telah disiapkan untuk mereka belum di buka, kemungkinan mereka sama sekali belum bangun. Setelah meletakan satu surat lagi di samping tempat tidur, Chris pun segera meninggalkan kamar itu.

“Kita sudah meletakkan surat yang sudah di siapkan… Kalau begitu ayo kita bergabung dengan Catima-san…”

“Baik… Mari pergi…”

Catima dan Dill sudah keluar dari penginapan ini lebih dulu. Ini karena katanya Catima ingin menghirup udara segar di luar.

Ain dan Chris pun menuruni tangga untuk menuju keluar penginapan. Karena masih pagi, penginapan itu di penuhi dengan suasana sunyi. Karena dindingnya cukup tebal, jadi suara orang-orang tidak bergema.

“A-ain-sama… mohon tunggu sebentar…”

“Ya?”

Setelah menuruni beberapa anak tangga, tiba-tiba Chris memanggil. Ain pun berhenti dan menoleh ke arahnya.

“…Di luar itu sangat dingin… tolong lilitkan ini di leher Anda dengan benar….”

Chris melilitkan syal yang ada ditangannya ke leher Ain. Syal itu juga terbuat dari bahan monster, terbuat dari bahan yang cukup lembut saat bersentuhan dengan kulit dan berkualitas tinggi serta terasa cukup nyaman.

Wilayah Kota Sihir Ist ini memiliki iklim yang lebih dingin daripada di Ibukota, dan memiliki banyak peralatan penghangat dalam barang-barang di siapkan untuk perjalanan ini. Karena kalau sampai Ain sakit karena ini, itu malah akan menghabiskan lebih banyak waktu.

“Oh, ya… terima kasih…”

Ain menjadi gugup karena Chris tiba-tiba mendekatkan wajahnya seperti itu. Ya meskipun ia akan tetap gugup meskipun itu bukan sesuatu yang tiba-tiba. Meskipun hanya spekulasi pribadi, Ain merasakan Chris seperti akan memeluknya, ketika gadis itu melilitkan syal ke lehernya. Dan hal ini membuat tubuhnya menjadi tegang meski hanya sesaat.

Setelah kejadian itu, Ain pun menuruni tangga seolah ingin menutupi rasa malunya.

“Fufu… Tidak masalah…”

Ain merasa akhir-akhir ini jarak antara dirinya dan Chris semakin dekat. Bukan berarti dia membenci hal ini, namun agak canggung jika ia sampai menunjukkan sikapnya yang menyembunyikan rasa malu seperti ini. Bahkan saat ini pun, gadis itu terlihat meletakan jari di mulutnya seolah ia menahan tawanya.

“(Ibuku tersayang…. Makhluk bernama wanita itu memang sangat rumit…)”

*

“Apa mereka sudah bangun Nya??”

“Masih tidur… aku sudah meletakan surat satu lagi… jadi kurasa mereka akan membacanya saat mereka bangun nanti…”

“Oke Nya… Kalau begitu, Ayo kita berangkat…”

Catima mulai berjalan sambil menyenandungkan lagu aneh menggunakan suara kucingnya. Ini bukan pertama kalinya gadis kucing itu melakukan sesuatu semaunya sendiri. Ain dan pengawalnya pun mengikuti Catima.

“Hei Catima-san…”

“Hmm?”

“Apa ada berita dari Istana??”

“Ada Nya…. Daripada berita, mungkin lebih tepat dikatakan laporan, kereta kerajaan akan datang beberapa hari kemudian, jadi aku dan Dill akan pulang menaiki itu Nya…”

Ketika berangkat, mereka menggunakan Water Train biasa khusus bangsawan bukan kereta khusus keluarga kerajaan. Ain pun tidak mengerti mengapa tiba-tiba dikatakan bahwa kereta kerajaan akan datang.

“Kenapa tiba-tiba kereta itu datang kemari??”

“Ya karena kereta itu cukup nyaman dari berbagai aspek Nya… Ya setengah alasannya adalah karena ini termasuk pengawalan Nya…. Kereta itu cukup pantas untuk membawa kedua gadis itu Nya…”

“Sangat berhati-hati…. Luar biasa…”

“Oh iya, ada pesan juga dari Ayahku Nya… Katanya nanti dia akan memberikan Ain hadiah juga…”

Ain tidak mengerti alur pembicaraan ini. Padahal dia dalam perjalanan ke Kota Sihir Ist tempat profesor Oz berada. Namun tiba-tiba ada laporan bahwa kereta kerajaan akan datang, dan dia akan diberikan hadiah. Ia penasaran apa yang sebenarnya terjadi hari ini.

“Kenapa ada pembicaraan soal hadiah??”

“Seharusnya langkah terbaik adalah membuktikannya dulu, namun karena kali ini situasinya agak tidak biasa, jadi pembuktian itu akan dilakukan setelah sampai di ibukota…. Ini tentang pembuktian kemampuan sihir pemulihan milik Barra-dono…. Meskipun misalkan pada kenyataannya kemampuan mereka nanti masih lemah karena mereka tinggal di wilayah kumuh, namun itu masih baru dimulai, dan mungkin masih bisa di kembangkan…. Meskipun begitu, jika mereka terima tawaran ini hanya dengan imbalan uang, maka itu yang terbaik… begitulah kesimpulannya…”

Dill menjawab pertanyaan Ain. Penjelasan darinya jauh lebih mudah untuk dicerna daripada penjelasan Catima yang memiliki akhiran Nya disetiap kalimat, dan Ain sangat berterima kasih padanya untuk hal ini. Saat ini Ain menatap Catima sambil berharap isi hatinya itu dapat tersampaikan kepadanya. Namun Catima tetap saja berjalan dengan semangat tanpa memedulikan hal ini.

Mungkin dia sangat menantikan perbincangan dengan Profesor Oz.

“Terima kasih Dill… Tapi ternyata begitu ya…. Yahh meskipun aku mendapat hadiah, aku belum tahu akan menggunakannya untuk apa… Kurasa aku akan memikirkan ini nanti…”

“Kalau mau kumpulkan saja sepertiku Nya… Kadang-kadang enak juga jadi bebas Nya….”

“Bagus juga….”

Catima diizinkan untuk ikut dalam perjalanan kali ini sebagai hadiah atas penelitiannya tentang Raja Iblis. Ain yang telah menyaksikan hal ini pun mulai berpikir untuk menyimpan hadiah yang akan dia terima agar suatu saat ia bisa pergi ke suatu tempat yang ia inginkan.

“…Saya mohon untuk tidak menggunakannya untuk hal yang terlalu aneh ya….. Karena ada catatan pengalaman soal ini sebelumnya…”

“Chris-san jahat….”

Chris mewaspadai apa yang sedang di pikirkan Ain. Namun itu wajar.

Ketika sedang asyik berbincang, mereka akhirnya tiba di sebuah stasiun yang ada di Ist. Mereka akan menaiki kereta untuk menuju tempat Profesor Oz menunggu.

“Dill! Bagikan benda yang aku siapkan kemarin!!”

“Dimengerti…”

Tiba-tiba Catima mengangkat tangannya ke atas, dan tampak cakarnya yang berkilauan. Saat Ain penasaran dengan apa yang gadis kucing itu lakukan, dia malah memberikan perintah kepada Dill. Lalu Dill pun memberikan dua buah kartu kepada Ain dan Chris.

“Apa ini?”

“Etto…. Ini apa ya Catima-sama?”

Kartu yang diberikan berwarna biru mengkilap, dan terlihat seperti terbuat dari logam ringan seperti baja ringan. Ada lambang Ist, lambang tangan yang meraih Magic Stone di kartu itu.  Serta ada tulisan ‘14 days left’ dibawahnya.

“Ini adalah Free Pass untuk setengah bulan… Pasti kita akan menggunakan transportasi ini berkali-kali kan Nya…. Jadi aku membeli ini agar lebihh praktis Nya…”

“Ain-sama…. Kemarin kami membeli empat buah… tapi sepertinya punya kami akan banyak terbuang…”

“Jangan khawatir Nya! Karena masih tersisa lebih dari setengahnya, kita bisa menukarkan kembali dengan uang!! Jadi ini tidak akan menjadi sia-sia Nya!!!”

Sepertinya  dengan kartu itu mereka bisa berkendara sepuasnya untuk jangka waktu tertentu. Mereka bisa berkeliling sepuasnya di kota Ist ini selama setengah bulan. Karena katanya kemarin mereka membeli jatah untuk setengah bulan, maka Ain sudah kehilangan satu hari penuh jatah miliknya. Namun apa boleh buat. Tetap saja bermanfaat.

Karena agak merepotkan jika harus membeli tiket setiap ingin pergi, maka akan lebih mudah jika mereka memiliki kartu itu. Terlebih di kota Ist ini tidak ada sistem gerbang tiket seperti yang ada di kota lain, maka akan terasa semakin bebas saja.

“Ayo berangkat Nya!”

Setelah selesai menjelaskan, Catima pun kembali melangkah maju. Sebenarnya sifat Catima yang sangat perhatian ini cukup membuat Ain berterima kasih. Karena selain mereka dapat berhemat, penggunaannya cukup praktis.

“Tapi kalau langsung terima kasih, nanti dia jadi sombong kan…”

“A, Ain-sama…”

Keluhan Ain di dengar oleh Dill. Meskipun dari apa yang terlihat, hubungan Ain dan Catima seperti bercanda, namun ternyata cukup menyebalkan.

Terima kasih telah mampir….

Comments

2 tanggapan untuk “Maseki Gurume Volume 5 Chapter 6A”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *