Vol.05 - Ch.08.1
Bangsawan Sombong?? (A)
Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 1 Februari 2021 .
Selamat Membaca….
“Aku cukup puas Nya….”
Udara dingin di stasiun kota Ist di bawah langit malam akan menyebabkan nafas yang di hembuskan terlihat berwarna putih dan cukup mengesankan. Ini masih satu hari berlalu sejak Oz memberi penjelasan kepada mereka tentang Rubah Merah, namun Catima memutuskan untuk kembali ke ibukota. Sesuai rencana, ia akan meminjam Dill sebagai pengawal, dan berpisah dengan Ain.
Meskipun Catima hanya tinggal di Ist selama beberapa hari, namun sejak berpisah dari Oz kemarin, ia membawa Dill untuk berkeliling dan membeli berbagai barang. Karena itu, meskipun cukup singkat, ini merupakan perjalanan yang memuaskan. Dan di samping Catima dan Dill, sudah berdiri kakak beradik, Barra dan Mei.
“Ayo berangkat Nya!! Ikuti aku Nya!”
Catima menepuk-nepuk pinggul Barra dengan telapak kucingnya itu. Kemarin, sesampainya di penginapan, Ain dan kelompoknya mengungkapkan identitas mereka. Setelah mengetahui itu, Barra langsung terdiam dan butuh waktu sekitar 30 menit sampai kesadarannya kembali. Sedangkan adiknya, Mei, yang tidak mengetahui apa yang terjadi hanya duduk di pangkuan Ain sambil tersenyum.
“Ba-baik Catima-sama! Saya mengerti…. tolong jangan pukuli saya seperti ini!!!”
Entah apakah dia bersenang-senang dengan itu, kecepatan tangan Catima yang menepuk pinggul Barra semakin cepat. Mungkin itu tidak menyakitkan, namun semakin cepat tepukannya itu rasanya semakin menyebalkan.
“Baiklah…. Ain-sama…. izinkan kami untuk kembali ke Ibukota lebih dulu….”
“Tidak masalah… Justru aku harus minta maaf karena menyerahkan Catima-san kepadamu… Hati-hati di perjalanan ya…”
Dill tersenyum pahit. Normalnya dia seharusnya mengutamakan Ain, namun sudah sewajarnya Catima juga butuh pengawalan. Dan dapat karena Chris yang jauh lebih kuat dari dirinya akan tetap bersama Ain, maka ia pun setuju.
“Abang… Abang!! Nanti kita ketemu lagi!?”
“Iya… Nanti kita ketemu lagi kok… Jadi tunggu aku ya…. Nanti kamu bakal di kasih banyak camilan enak kok….”
“Beneran??!?”
Seolah mendapatkan adik perempuan, Ain pun dengan senang hati memanjakan Mei yang terlihat manja kepadanya. Seharusnya dia ikut bersama mereka karena ialah yang mengajak mereka. Namun apa boleh buat.
“Maaf, Yang Mulia…. Mei!! Itu tidak sopan kan!!”
“Habisnya Abang kan tetap abang…”
“Yah, ajari dia perlahan-lahan saja… Karena kamilah yang membuat lingkungan kalian berubah tiba-tiba… Jadi kami tidak bisa terlalu memaksa…”
Barra menundukkan kepalanya berkali-kali untuk meminta maaf. Mungkin caranya tidak terlalu sopan, tetapi rasa penyesalan darinya dapat dirasakan.
Ketika mereka berpamitan dan mengucapkan perpisahan di luar stasiun, waktu keberangkatan kereta semakin mendekat.
“Baiklah, Ain… Sudah saatnya kami berangkat Nya…. Aku akan melakukan semua persiapan dengan caraku Nya.. Jadi tenang saja…”
“Aku mengandalkanmu Catima-san…. Kalau begitu, semuanya hati-hati di jalan ya!!”
Barang bawaan mereka sudah dimuat ke dalam kereta kerajaan pagi ini. Jadi mereka hanya perlu naik ke kereta tanpa membawa barang. Lebih tepatnya hanya barang belanjaan Catima yang memenuhi kereta itu.
“…”
Dalam diam, Ain melambaikan tangan untuk mengantar kepergian Catima, Dill, serta Barra dan Mei. Setelah mereka tak terlihat lagi, Ain menghembuskan nafasnya dan terlihat embun putih dari nafasnya itu.
“Dingin sekali… Mari kita kembali ke penginapan?”
Chris yang memperhatikan hal ini pun mengusulkan untuk kembali ke penginapan. Terus berdiri di tempat seperti itu hanya akan membuat badan menjadi menggigil.
“Ayo…. Tapi apa menurutmu Barra dan adiknya baik-baik saja??”
“Sepertinya gadis itu memiliki hati yang tenang…. Karena dia terbiasa bertahan hidup di wilayah kumuh yang keras, maka sikap keras dari Warren-sama dan yang lainnya mungkin tidak akan sebanding baginya…..”
“Benar juga….”
Ain tidak pernah mengalami kehidupan sesulit mereka. Ketika ia masih berada di Heim, meskipun ia mengalami perlakuan diskriminatif, namun ia masih menjalani kehidupan yang jauh lebih baik ketimbang rakyat biasa.
Karena itu ia tidak tahu bagaimana kehidupan di wilayah kumuh yang di alami oleh Barra dan adiknya. Namun, jika mengingat kembali lingkungan tempat ia menemukan mereka tempo hari, maka mungkin wajar jika mereka tumbuh menjadi individu yang tangguh.
Sesampainya mereka di ibukota, mereka akan menemui Warren dan para staf ahli di Istana kerajaan. Dan sepertinya ia akan diminta untuk menunjukkan kemampuannya. Setidaknya itu diperlukan untuk mencari tahu seberapa jauh kemampuan penyembuhan gadis itu.
“Setelah kembali ke penginapan kemarin kita tidak terlalu banyak waktu luang ya… Apakah hari ini Anda ingin melanjutkan membaca dokumen yang diberikan Profesor Oz??”
Chris mengenakan pakaian biasa. Rambut pirang yang panjang dan terurai itu pun tersibak tertiup angin. Perlahan-lahan Ain mulai memahami sisi baru Chris ini. Hal yang pertama kali ia pahami adalah bahwa sosok bernama Chris ini dapat dengan mudah mengubah sikapnya tergantung kostum seperti apa yang ia kenakan hari ini. Dengan kata lain, saat menggunakan pakaian biasa, ekspresinya dan tingkah lakunya tampak lembut. Namun ketika memakai pakaian ksatrianya, kadang-kadang ia terlihat ceroboh, dan mungkin memang seperti itu adalah wataknya.
Kata-kata yang baru saja gadis itu ucapkan pun bukan sesuatu yang biasanya akan di ucapkan oleh gadis itu.
“…Loh?? Ada apa Ain-sama???”
Gadis yang sedang berjalan dengan ritme ringan itu pun berbalik. Ia meletakan tangannya di sekitar pinggangnya, dan menoleh ke belakang. Wajahnya yang sengaja ia turunkan agar dapat menatap Ain dari bawah pun membuat matanya menatap langsung ke arah mata Ain.
“Tidak, tidak ada apa-apa…. Untuk saat ini kita kembali ke penginapan dulu dan sarapan! Ya! Sepertinya ini ide bagus!”
Penampilan dan gayanya, serta gerakkan ketika ia menghentikan langkahnya. Semuanya memancarkan pesona yang jauh lebih menarik daripada gadis cantik yang ada dimanapun. Namun Ain tidak bisa mengakui begitu saja bahwa ia terpesona dengan penampilan itu, dan berusaha menutupinya dengan panik.
“Eh?? Tu-tunggu!! Ain-sama!?”
Tiba-tiba Ain mempercepat langkahnya. Lalu Chris yang tertinggal di belakang pun buru-buru mengejar Ain hingga sampai di sisinya.
“Anda tidak perlu terburu-buru seperti itu kan…”
Ain memperhatikan wajah Chris di sampingnya yang terlihat seperti tidak puas. Untuk menutupinya, Ain tersenyum seolah ia sedang melakukan kejahilan.
“Karena kita sudah mendapatkan dokumen tentang Rubah Merah yang kita cari, jadi apa yang harus kita lakukan selanjutnya ya??”
“…Bagaimana jika menonton penerbangan Wyvern yang Anda tunggu-tunggu?? Selain itu… mungkin Arena pertarungan monster…”
“Arena pertarungan monster!? Apa itu!?”
“Itu adalah tempat di mana monster yang telah dijinakkan dan di kembang-biakkan secara eksperimental untuk saling bertarung satu sama lain…. Para peneliti dan bangsawan akan bersaing untuk mengadu monster kebanggaan mereka…. Apa Anda ingin melihatnya??”
“Mau!! Itu kan sangat menyenangkan!!”
Mungkin jika di hitung dengan usia di kehidupan sebelumnya, ia masih belum dewasa. Namun tampaknya tidak ada gunanya memikirkan ingatan yang sudah memudar itu. Sejak terlahir di dunia ini, ia terus-terusan bersikap seperti orang dewasa. Namun sepertinya tidak terlalu lancar.
Terkadang ia menangis, dan bersikap manja di hadapan Olivia. Mungkin beberapa waktu lalu ia masih memikirkan tentang masa lalunya itu, namun saat ini dia telah memutuskan untuk menganggap dirinya telah sepenuhnya berubah menjadi sosok bernama Ain.
“Fufu… Kalau begitu, mari kita kunjungi tempat itu besok jika ada kesempatan….”
Namun memang benar bahwa Ain telah tumbuh menjadi anak yang baik dan tidak merepotkan orang lain. Setelah mempertimbangkan hal ini, jarang sekali melihat sosok Ain yang sebahagia itu. Olivia pasti juga ingin melihat sosok Ain yang seperti ini. Entah mengapa, Chris merasakan sedikit sensasi kemenangan ketika memikirkan hal ini.
[…] Baca di: Kurozuku […]
[…] Baca di: Kurozuku […]
Masih sepi ae
Iya nih hiks
Ane ikut komen ya,biar agak rame
Baru bisa baca sekarang…
Thank min
Njut…