Pengaturan Membaca

Font Style

  • Arima
  • Nunito
  • Corben

Font Size

Vol.05 - Ch.08.2
Bangsawan Sombong?? (B)

Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 1 Februari 2021 .

Selamat Membaca….

Diruang penelitian pria itu, terdengar suara senandung riang yang bergema. Beberapa hari ke belakang ini, suasana hatinya sangat bagus karena ia terus mengalami hal-hal yang menyenangkan.

“Waduh… waduh… Untunglah aku berumur panjang…. Karena aku bisa menemukan hal yang menyenangkan dan semenarik ini…”

Biasanya ia tidak pernah melakukan ini, ia memutar-mutarkan bolpoin miliknya dengan menggunakan jari. Itu adalah kebiasaan yang sejak dulu ia lakukan ketika ia merasa senang atau mendapatkan sebuah keberhasilan.

“Apa aku ini termasuk penghianat ya? Atau malah…. Hmm… Ini cukup sulit… Tapi sepertinya tatanan masyarakat manusia juga sama… Saling bersaing dan berdebat sesama manusia…. Ini adalah sebuah fenomena yang wajar yang sudah sejak dulu ada, dan akan selalu ada… Karena itu manusia akan saling mengkhianati…. dan tidak ada yang salah dengan ini…”

Contohnya saja sebuah tindakan kriminal. Meskipun itu adalah tindakan kriminal kecil, namun sudah dipastikan itu adalah tindakan perusakan dari sudut pandang si korbannya. Dan dapat dikatakan apa yang pria itu lakukan akhir-akhir ini akan menyebabkan dampak kerusakan yang nyata pada keluarganya.

“Tidak ada perbedaan signifikan bagi mereka yang memiliki pengetahuan… Perbedaannya hanyalah lawan atau kawan… atau mungkin netral…. Hanya tiga poin itu saja…. Namun dari pihak yang mendapatkan serangan, netralitas dapat dianggap sebagai musuh…. Karena mereka tidak memberikan bantuan kepada yang diserang…. Semakin aku memikirkannya, ini semakin menyenangkan… Namun… berdiri di garis yang samar-samar ini mungkin jauh lebih menarik…. Tak dapat diragukan lagi….”

Apa yang pria itu maksud dengan garis samar-samar adalah penggambaran netralitas menurut dirinya. Apakah netralitas itu adalah pecinta kedamaian? Jawabannya adalah…. bukan, justru sebaliknya. Itulah yang pria itu pikirkan.

“Mereka hanya tidak mau memihak pada kedua sisi… itulah netralitas…. Lalu apa yang dimaksud sebagai pihak ketiga?? Mereka bukanlah pihak yang mengambil posisi netral, melainkan lebih tepat untuk dikatakan sebagai pengamat…. Misalnya saja… Benar, Para dewa mungkin adalah sosok yang tepat untuk disebut sebagai pihak ketiga!!”

Pria itu selalu saja terpikirkan akan sesuatu secara tiba-tiba. Isinya tidaklah berubah. Dalam monolognya, ia selalu melontarkan berbagai masalah dan perdebatan dalam dirinya.

Sejujurnya, saat pria itu sedang berpikir sendirian, mungkin ia sedang memikirkan banyak hal yang tidak bisa dipahami oleh orang lain.

“Oh iya!!! Saat seperti ini kita harus mengandalkan itu… Spritual… sepertinya kurang tepat…. Cinta!! Itu adalah cinta!! Kita harus mengandalkan cinta!!”

Duar….

Pria itu memukul mejanya dengan keras. Ia bergegas mendekati kotak yang diletakan di dekat dinding dengan gaya berlebihan. Semakin mendekatinya, wajah pria itu memerah, dan detak jantungnya semakin kencang.

“Aku akan segera mengeluarkanmu! Silakan kemari!!”

Pria itu pun membuka pintu dan mengeluarkan sebuah kotak berisi “Cinta” yang ia andalkan.  Kemudian ia membawa kotak itu dengan hati-hati dan duduk di sofa yang ada di tengah ruangan itu. Kemudian ia meletakannya di meja.

“Masih saja terasa harum… Dan selalu saja aku tidak bisa menahan rasa bahagiaku setiap kali aku membukanya… Silakan tunjukkan wujudmu padaku!”

Harus mengandalkan cinta. Meskipun pria itu berkata demikian, itu hanyalah sebuah alasan. Sebuah alasan untuknya agar bisa bertemu dengan “cinta”.

Namun bagi pria itu, alasan yang terdengar seperti lawakan itu adalah hal yang penting melebihi apa pun. Karena hal ini adalah salah satu faktor penting yang menjadi unsur pembentuk karakter dirinya.

“Ahh…~ Haahh~~ Hari ini pun kau sangat cantik… sungguh cahaya yang indah….”

TL Note: Anggap saja sedang…….

Pria itu mulai mengelus lembut benda yang ia keluarkan itu. Sebuah benda yang sangat ia sayangi, dan paling ia jaga lebih dari apa pun. Seakan-akan ia sedang membelai kekasihnya.

Kemudian ia merasakan darah berkumpul di bagian bawah tubuhnya, serta rasa hangat membuat dirinya nyaman. Selanjutnya pria itu mendekatkan hidungnya dengan “benda itu”, lalu berulang kali menghirup nafas dalam-dalam untuk menghirup aromanya.

“Aku sangat senang….. Rasanya seperti saat membunuh wanita rubah yang ada di sisimu… Seperti saat seluruh tubuhku dibanjiri dengan darahmu!! Benar-benar sangat menyenangkan!!!”

Pertemuan yang akhir-akhir ini dia alami merupakan rentetan kejadian yang bahagia bagi dirinya. Seakan-akan setara dengan apa yang ia rasakan saat kejadian yang pernah ia alami di masa lalu.

“Hah… hah… hah… Aku sudah lebih tenang….”

Setelah beberapa saat melakukan hal itu, akhirnya pria itu merasa puas. Baik wajah merahnya, detak jantungnya, serta tekanan darah yang terpusat di bagian bawah tubuhnya perlahan kembali normal. Dan ekspresi bergairahnya pun semakin reda.

“Apakah ini adalah salah satu keberuntungan yang kau berikan kepadaku? Ayahku tercinta…..”

‘Oz’ bergumam dengan suara pelan. Setelah mengatakan itu, ia mengecup Magic Stone milik ayahnya itu beberapa kali seperti sedang menjilatinya. Lalu akhirnya ia mengembalikan batu itu ke dalam kotaknya.

Ia merasa agak menyesal, namun apa boleh buat. Karena dia harus memperlakukannya dengan sebaik mungkin. Hal ini yang membuat dirinya yakin.

“Mari kita berikan Magic Stone milik rubah betina sialan itu kepada Yang Mulai Putera Mahkota…. Ini kesempatan bagus untuk menyingkirkan Magic Stone kotor milik wanita…. Aku yakin beliau akan senang!!!”

Pria itu membenci wanita. Bukan hanya yang satu ras, tapi juga wanita dari semua ras. Meskipun ia menyerahkan benda itu untuk semacam tugas negara, namun ini adalah kesempatan bagus untuk membuang benda itu. Itulah yang ada dalam benaknya.

“Tapi… memberikan Magic Stone rubah betina kotor itu kepada Putera Mahkota Ain yang sangat indah itu??? Ti-tidak…. Seharusnya aku memberi beliau Magic Stone milikku!! Seharusnya begitu…. Kenapa? Kenapa kau masih saja menyiksaku dasar Rubah Betina!!!”

Mau sebesar apa pun kecemburuan pria itu, perasaan itu tidak akan pernah sampai kepada siapa pun, dan tenggelam bersama dengan kegelapan malam kota Ist.

*

Di tengah cuaca yang cerah. Serta di tempat yang penuh dengan orang ini, seluruh perhatian terpusat kepada Ain.

“…Kalau begitu serahkan wanita itu…. Aku akan memaafkanmu…”

Begitulah yang dikatakan oleh salah seorang pria. Lokasinya adalah Arena pertarungan monster. Di tempat yang sangat ingin Ain kunjungi, terjadi sedikit masalah yang merepotkan.

“Wanita yang Anda maksud itu wanita yang ada di sebelahku ini kan??”

“Itu yang aku maksud…. Kau ini bahkan tidak mengerti hal semacam itu??”

Dengan kata lain, maksudnya adalah serahkan Chris. Tentu saja ia tidak akan menyetujuinya dan tidak berniat untuk melakukan tawar menawar.

“Lagipula kenapa aku harus melakukan itu? Aku tidak mengerti apa manfaatnya…”

“…Sudah berkali-kali aku katakan!! Karena kau mendekatinya, Wyvernku jadi tidak mau bergerak!!! Aku tidak tahu apa yang kau lakukan, tapi sudah sewajarnya kau membayar ganti rugi!! Dasar bodoh!!!”

Aahh. Kenapa jadi begini……

Hal ini disebabkan oleh kejadian beberapa saat yang lalu. Saat Ain muncul di arena pertarungan monster, ketika ia mendekati orang-orang yang sedang memamerkan monster mereka di luar.

Wyvern yang dibawa oleh salah seorang bangsawan tiba-tiba menciut dan tidak mau bergerak. Ia tidak mau mendengarkan pawangnya, dan tidak lagi bisa di gunakan. Dia menjadi sangat ketakutan.

“(Hei Chris-san…. Ada apa ini…)”

“(Ini hanya spekulasi saja…. Mungkin dari sudut pandang ras naga, Ain-sama adalah sosok yang menakutkan…. terlebih Wyvern itu adalah spesies terendah di antara para naga….)”

“(…Kenapa???)”

Ain merasa penasaran, memang apa yang dia lakukan?? Ia pun bertanya kepada Chris yang ada di sampingnya.

“(…Ini tentang Sea Dragon…. Para monster itu sensitif dengan hawa keberadaan monster lain…. Karena Ain-sama telah menyerapnya, mungkin dia merasakan hawa keberadaan makhluk itu dari Anda??)”

“(Kalau begitu itu memang salahku dong???)”

Mungkin dia ketakutan dengan hawa keberadaan Sea Dragon yang tertinggal dalam diri Ain. Itulah yang Chris pikirkan. Namun sepetinya itu bukanlah spekulasi yang salah.

Karena si kembar Sea Dragon yang ada di Ibukota saja merasakan keberadaan orang tua mereka dari sosok Ain. Jadi wajar saja jika Wyvern itu ketakutan setelah merasakan keberadaan sosok yang perkasa seperti Sea Dragon.

“…Jadi… Bagaimana ini…”

“Apa yang kalian bicarakan dari tadi bisik-bisik begitu!!! Kau ini!! Ini penghinaan!!”

Seorang bangsawan gendut mengatakan hal itu, namun Ain tidak memedulikannya dan larut dalam pemikirannya. Namun Ain tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat ia tahu ada seorang bangsawan yang terang-terangan meminta seseorang menyerahkan wanita kepadanya.

 

Terima kasih telah mampir….

Comments

7 tanggapan untuk “Maseki Gurume Volume 5 Chapter 8B”

  1. Ekho berkata:

    Mantap

    Thank update nya
    Semangat min

  2. Siotong berkata:

    Lanjott min

  3. Evileye berkata:

    Hajar aja ain hahaha

  4. actinium berkata:

    Penasaran itu jangan2 ain habis ngisap batu sihir raja iblis dia bakal jadin ains sama

  5. Thalita Putri berkata:

    Mengejutkan bahwa prof Oz adalah salah satu bagian dari kelompok rubah merah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *