Pengaturan Membaca

Font Style

  • Arima
  • Nunito
  • Corben

Font Size

Vol.06 - Ch.01
Liburan Singkat

Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 25 Desember 2021 .

Kita mulai volume baru..

Di celah waktu sebelum makan malam, mereka berdua tengah berbincang tentang apa yang terjadi seharian ini.

***

Tadi siang sungguh sangat melelahkan. Namun ia tidak sama sekali menyesalinya. Sejak pulang dari Euro, ia memang merasa hal ini merepotkan dan ingin segera “menyelesaikan” masalahnya.

Merayakan nilai terbaik bersama Claune adalah satu-satunya penghibur untuk memulihkan kelelahannya. Setelah melakukan perayaan itu, ia memutuskan untuk memberitahu Claune tentang apa yang terjadi tadi siang.

“…Aku mulai merasa ini agak menjijikan…”

“Jadi kayak stalker sih ya…”

Pada dasarnya, sebagai asisten Ain, Claune diperbolehkan untuk mengetahui informasi yang telah diketahui Ain. Karena itu, meskipun persoalan dengan Heim ini agak sulit untuk dibicarakan, Claune juga harus tahu.

Biasanya, Claune adalah orang yang jarang mengucapkan kata-kata celaan kepada orang lain. Mungkin karena kasus ini sudah melampaui batas kesabarannya, ia jadi menggunakan kata-kata kasar semacam itu.

“Sepertinya dia terlalu percaya diri ya… Apa cuma sengaja mengabaikan berita-berita buruk?”

“Bukannya dua-duanya?”

“Benar juga… Haah,,, Aku jadi mengerti bagaimana perasaan ibuku…”

Ibu Claune bekerja di dalam Istana Heim. Karena itu dia memiliki banyak koneksi dengan keluarga kerajaan. Dan karena itu, Claune segera mengerti betapa merepotkan tugas ibunya itu.

Saat ini, di dalam kamar Ain, wajah Claune terlihat suram, Sejak pagi, ia penasaran dengan suasana buruk di Istana ini, dan ia tak pernah membayangkan bahwa akan bersumber dari hal semacam itu.

“Apa sekalian saja membawa orang tua Claune ke Istalica??”

Hal ini sudah pernah dibahas sejak lama. Sudah berkali-kali terjadi pembahasan untuk memindahkan keluarga mereka setelah hidup Claune dan Graf yang datang lebih dulu ke Istalica stabil. Namun sepertinya akan sulit untuk melakukan itu saat ini.

“Kalau sembunyi-sembunyi pasti akan sulit untuk saat ini… Kalau memang harus, paling bisa kita akan memaksa mereka datang kemari saat pertemuan nanti…”

“Hmm… itu akan jadi pilihan terakhir…”

Cara itu sama artinya dengan menantang. Namun, Heim-lah yang pertama kali memberikan tantangan, dengan mempertimbangkan hal ini, maka mungkin tidak masalah mengambil langkah tersebut.

“Tapi.. mereka agresif juga ya… kupikir mereka itu orang-orang yang sedikit cerdas…”

“Hmm? soal Pangeran Tiggle?”

“Ya…. Aku tidak menyangka mereka akan melakukan hal semacam ini bahkan meskipun mereka marah besar…”

Saat berada di Heim, Ain tidak pernah berhubungan dengan keluarga kerajaan Heim. Dan setelah tinggal di Istalica, hanya pangeran Tiggle saja yang pernah ia temui. Karena itu, ia hanya bisa percaya apa yang dikatakan Claune tentang keluarga kerajaan itu.

“Mungkin ini agak kasar, tapi keluarga kerajaan Heim itu seolah ‘berkuasa’ di benua sana… Dan mereka sangat menikmati itu…”

“Benar juga… Sepertinya mereka suka berbuat seenaknya di benua sana…”

Jika mengingat keributan dengan pangeran Tiggle dahulu, maka kesan itu masuk akal. Orang itu seenaknya menerobos pertemuan negara lain tanpa janji.

“Mereka tak akan mau dilengserkan dari posisi ini… Karena itu seharusnya mereka tidak akan repot-repot sampai menantang Istalica yang berada jauh diseberang bukan?”

“Hmm… tapi waktu aku bertemu Pangeran Tiggle itu, aku merasa sepertinya dia sangat menyukai Claune loh…”

Karena sang pangeran itu mau jauh-jauh datang ke Euro hanya untuk Claune. Menghabiskan banyak dana hanya untuk Claune. Jika mempertimbangkan hal itu, dapat terasa betapa cintanya dia pada Claune.

“Meskipun dia belum pernah melihatku selama bertahun-tahun? Aku rasa dia cuma terpesona dengan kecantikan gadis khayalannya saja…”

Claune mengatakan itu sambil menghela nafas dan memainkan ujung rambutnya. Meskipun ini jarang terlihat, namun dapat terasa bahwa gadis itu benar-benar kesal. Namun pada kenyataannya, Claune telah tubuh menjadi lebih cantik dari sekedar gadis khayalan Tiggle yang baru saja disebutkan.

“Sepertinya banyak orang seperti itu saat aku menghadiri pesta…”

“Begitu ya… Aku tidak sering mendapatkan kesempatan seperti itu sih… tapi kalau tahu akan seperti itu, kurasa aku bersyukur tidak pernah ikut acara seperti itu…”

“Benar… tapi aku juga bersyukur, berkat perlakuan mereka itu, aku bisa bertemu dengan Ain di rumah keluarga August waktu itu…”

Claune terlihat kebingungan. Dari sudut pandangnya, pertemuan mereka berdua dapat dikatakan takdir. Namun jika mengingat semua perlakuan yang diterima Ain, gadis itu tidak bisa memaafkan mereka. Karena itu perasaan Claune menjadi sedikit rumit.

“Kalau dilihat dari hasilnya, kurasa tidak masalah karena semua baik-baik saja… Aku senang berada di Istalica, dan kalau Claune juga merasa senang berada disini, maka itu cukup…”

“…Begitu ya.. Yasudah…”

Kembali ke topik utama. Ain pun meminum teh yang telah disediakan oleh gadis itu dan sedikit bersantai.

“Aku juga akan mewaspadai apa yang ingin orang itu lakukan…”

“Begitu ya… Tapi kalau aku bilang ‘Lepas Kendali’ pasti juga ingat sesuatu kan?”

“Lepas kendali??”

“Ya. Lepas kendali…”

Claune menggambarkan tindakan Heim ini dengan kata “Lepas Kendali”. Artinya, kemungkinan ini ada kaitannya dengan apa yang sedang Ain selidiki.

“Kalau soal kejadian yang aku terlibat langsung, mungkin soal Raja Iblis atau kasus rubah merah…”

“Benar… Ain memang pintar…”

“Hmm… Hebat kan??”

Seharusnya ini bukan hal besar, namun dia menunjukkan ekspresi seolah orang yang sangat berprestasi. Claune pun tersenyum melihat tingkah Ain yang terlihat bahagia itu.

“Yah, jangan terlalu dipikirkan, lagipula ini cuma teori yang dipaksakan…”

“Meskipun dipaksakan, tapi dari sudut pandang orang yang meneliti, hal ini cukup mengandung resiko..”

“Begitu kah? Kalau begitu berhati-hatilah… Karena meskipun sekarang masih teori maksa, tapi peluang kebenarannya bukan nol…”

“…Aku akan berusaha… terima kasih Claune…”

Kasus Rubah Merah ini cukup membuat Ain dan kawan-kawannya kerepotan sampai-sampai mereka memperlakukan kasus ini layaknya “Bos terakhir”. Karena mereka tidak tahu dimana keberadaan ras itu, maka mereka tidak bisa berhenti waspada.

“Tapi kalau coba dibandingkan.. terlalu jauh bedanya ya.. Untuk alasan apa mereka sampai mau memilih keluarga kerajaan Heim…”

“Raja Iblis dan keluarga kerajaan Heim ya… Benar.. Kalau tujuan mereka adalah memperalat, maka kurasa itu pilihan yang salah ya.. Kesenjangannya terlalu jauh..”

Meskipun sama-sama Raja, namun perbedaannya terlalu besar. Meskipun mereka tidak merasa bahwa ras itu akan melakukan kesalahan semacam ini, namun saat ini mereka berdua hanya bisa menertawakan lelucon ini.

***

“Sepertinya aku mulai merasa ini agak menjijikan…”

Sebuah komentar yang terasa seperti deja vu. Kalimat ini terlontar dari mulut Olivia.

Setelah selesai makan malam dan mandi,  Ain melangkahkan kakinya menuju kamar Olivia dan menghabiskan malam bersamanya.

Seperti halnya Ain, Olivia juga baru saja selesai mandi. Terlihat tubuh indahnya itu menyembul dari balik negligee berenda yang ia gunakan.

Meskipun sudah mulai samar dan hampir menghilang, namun Ain masih memiliki ingatan tentang kehidupan sebelumnya. Karena itu, dirinya yang masih tidak bisa sepenuhnya menganggap wanita itu sebagai ibu ini, saat ini memiliki sedikit masalah pada matanya.

“Be-benar…”

Mungkin ini adalah efek dari reinkarnasi, sejak dahulu kala ia berpikir demikian. Meskipun saat ini ia hidup dalam kepribadian baru bernama Ain, ada kalanya ia bersikap kekanak-kanakan dan juga dipenuhi kegelisahan. Serta ia masih belum bisa 100% menganggap Olivia sebagai ibunya. Hal ini membuatnya ingin menyampaikan keluhan pada sang dewi loli.

Namun pada kenyataannya, Ain dilahirkan dengan proses yang mirip seperti pembelahan. Mungkin ini juga menjadi salah satu faktor penyebabnya, namun tak ada cara untuk mencari tahu rinciannya.

“Claune tadi juga mengatakan hal yang sama…”

“Araa.. Sepertinya kita sudah cukup lama hidup bersama sampai kepribadian kita jadi mirip…”

Apakah Olivia yang meniru Claune, atau malah sebaliknya? Dari sudut pandang Ain, ia merasa bahwa Claune-lah yang terpengaruh oleh Olivia. Claune itu sudah menjadi penggemar berat Olivia bahkan sejak mereka masih tinggal di Heim, jadi teori ini mungkin tidaklah salah.

“Ibu juga pasti… gimana bilangnya ya…”

“Ain?? tidak perlu mengkhawatirkan itu… Kamu mau tahu bagaimana ibu menganggap Heim??”

Ain pun mengangguk. Ia ingin mendengar pendapat Olivia.

“…Yaa.. Ibu sedikit memikirkan tentang keluarga August..” “Aku juga sama… Kalau bisa aku ingin mereka tinggal bersama dengan Claune….”

“Ibu juga berpikir begitu… selain itu… singkatnya ibu tidak tertarik… Ibu rasa ini dari lubuk hati terdalam…”

Sambil mengatakan itu sambil menggelengkan kepalanya. Ain penasaran dengan maksud dari tidak tertarik itu.

“Etto.. Maksudnya tidak tertarik itu bagaimana??”

“Misalnya, jika di Heim terjadi penyakit menular, atau terjadi bencana luar biasa sekalipun, ibu bahkan tidak tertarik dengan beritanya sama sekali…  begitulah…”

Mungkin beberapa orang akan menganggap sikap Olivia terlalu dingin. Di masa lalu, Olivia adalah wanita yang ramah dan pemurah sampai-sampai orang menjulukinya dengan sebutan Gadis Suci. Namun bagi wanita itu, hal yang layak dia cintai hanyalah rakyat Istalica, daan bukanlah orang Heim.

“Kalau begitu… Misalnya loh… Kalau aku berkonflik besar dengan Roundheart…”

“Tidak masalah kok… Tapi jangan setengah-setengah ya…”

“Be-begitu ya….”

Hal kedua yang ingin dipastikan. Sepertinya tidak ada masalah dengan keluarga Roundheart. Sepertinya satu-satunya yang dikhawatirkan adalah keluarga August yang tinggal di Heim. Kalau bisa ia ingin segera memindahkan mereka semua ke Istalica.

“Tapi untuk membawa orang tua Claune itu cukup sulit dari segi mental mereka loh…”

“Iya… Ibu tidak mengerti kenapa orang tua Claune-san itu terlalu mencintai Heim.. Jadi akan sulit untuk membuat mereka membuat keputusan cepat seperti Graf-san..”

Bukan berarti Graf tidak memiliki kesetiaan kepada Heim sama sekali. Hanya saja pria itu lebih memprioritaskan keluarga, dan tentunya Claune diatas segalanya. Dan mungkin setelah mempertimbangkan semua itu, ia memutuskan untuk datang ke Istalica.

Saat ini, Graf sedang melakukan perjalanan bisnis ke berbagai pelosok di benua ini. Dari apa yang Claune ceritakan, sepertinya pria itu sangat menikmati kehidupannya di Istalica.

“Bahkan jika kita sebagai orang luar menganggap ini bagus, mungkin saja ini termasuk tindakan mengganggu.. Jadi kita perlu memikirkannya dengan baik-baik…”

“Sepertinya cara memaksa akan menjadi pilihan terakhir ya…”

Olivia mengangguk sambil tersenyum. Dengan tenang ia menjawab, “Ya Benar” dan meminum teh di cangkirnya dengan anggun. Sepertinya Olivia jauh lebih elegan dibandingkan siapa pun. Begitulah yang Ain pikirkan saat ini.

“Ngomong-ngomong, apa ibu merasa… tidak.. maksudnya, Ibu juga merasa terganggu kan?”

“Hm? terganggu?”

“Tentang sikap Heim selama ini.. Tidak salah jika ada yang bilang mereka meremehkan kita…”

Baik pada kasus Olivia, saat Ain pergi ke Euro, atau kejadian hari ini. Setelah mendengar pertanyaan itu, Olivia sejenak terdiam. Setelah meminum tehnya, ia pun menghela napas dan kemudian mulai berbicara.

“Tapi, bukankah kita hanya menuai yang kita tanam? Istalica lah yang membuat tindakan seperti ini mungkin untuk terjadi…”

“……Ya”

Olivia pun melanjutkan perkataannya.

“Benar kan? Dari segi militer, kekayaan, bahkan budaya, Istalica sama sekali tidak tertinggal… Namun Heim bersikap merendahkan Istalica… Dan ini semua akibat dari benih yang telah kita tanam…”

Ain mendengarkan pendapat Olivia dengan seksama.

“Mungkin sumbernya adalah Yang Mulia Raja Pertama.. namun semua ini kembali kepada orang-orang yang hidup di masa kini… Jadi ibu rasa keluarga kerajaan dan masyarakat perlu memikirkan kembali masalah ini….”

“Mmm, sepertinya sulit ya…”

“Ya… sangat sulit… Tapi Ini adalah benih yang kita tabur… Kalau kita melupakan hal ini, dan terus menyalahkan pihak Heim, maka suatu saat kita akan tergelincir… Jadi kita perlu untuk memikirkan hal ini lebih dalam… ”

“Benar juga… Semoga saja masalah kali ini bisa jadi salah satu pemicunya…”

Kata-kata Ain yang ingin segera menyelesaikan masalah yang dilontarkan tadi siang. Ain berharap semoga saja kejadian ini bisa menjadi pemicu terjadinya perubahan. Meskipun tidak sampai radikal, namun Olivia mendukung terjadinya reformasi.

Dengan mempertimbangkan masa depan negeri ini, perlu adanya sedikit perubahan sistem. Begitulah yang ia pikirkan.

“Bagaimanapun kita memikirkannya, kita tidak akan pernah tahu seperti apa jadinya sebelum semuanya terjadi… Menjadi bodoh karena kegagalan besar, atau menjadi bodoh karena tak berbuat apa-apa… Namun terlepas dari itu semua, menurut ibu masih ada hal lain yang lebih penting…”

“Hal lain???”

Dengan tatapan tegas, Olivia berdiri dan berjalan mendekati Ain. Kemudian ia memeluk Ain dari belakang sofa dan berbisik dengan suara yang lembut.

“Ibu mengutamakan pendapat Ain diatas segalanya… Jadi jangan ragu, dan lakukan apa yang kamu inginkan…”

Daripada rasa berdebar, tingkah laku serta perkataan Olivia menimbulkan ketenangan dalam diri Ain. Dada Olivia yang berisi itu menekan punggungnya, dan menyebabkan detak jantung wanita itu terasa oleh Ain. Alih-alih menimbulkan hasrat, tindakan ini perlahan-lahan membuat Ain menjadi tenang.

“…Ah tapi ya… Soal ibu bilang kalau kita juga bersalah itu rahasia ya… Nanti Ibu bisa dimarahi ayah ibu…”

Tidak lepas dari keceriaan adalah salah satu daya tarik wanita ini.

“Orang itu (Logas) benar-benar melakukan hal yang sia-sia…”

Itulah yang Ain pikirkan saat sedang bersama Olivia.

***

Sejak pagi, seluruh Istana diliputi dengan suasana yang tidak menyenangkan. Namun, ada satu gadis yang sama sekali tidak mengetahui hal ini.

Ya, gadis itu adalah Catima sang putri pertama kerajaan Istalica. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa Silvard, ayahnya sedang marah. Ini sudah memasuki hari ketiga sejak gadis itu mengurung diri di laboratorium miliknya. Dinding kokoh berlapis-lapis di ruangan itu mampu menghalangi aura kemarahan dari Silvard.

Alasan mengapa ia mengurung diri selama tiga hari adalah karena penelitiannya mulai berjalan dengan lancar. Karena itu, Catima jadi jarang memiliki kesempatan untuk keluar. Dan karena itu, terkadang Chris datang membawakan makanan untuk gadis itu.

Di saat Ain sedang bersantai dengan Olivia, gadis itu bersorak gembira atas keberhasilan penelitiannya.

“Eksperimen-nya selesai!!!”

Kursi khusus miliknya yang ia buat sendiri itu pun terpental ke belakang. Akhirnya eksperimen yang telah ia lakukan beberapa hari kebelakang itu pun membuahkan hasil.

Mungkin bukanlah sebuah hal yang sulit mengingat penelitian ini selesai hanya dalam beberapa hari. Namun mengingat banyaknya parameter yang harus diuji, maka pastinya juga bukan hal yang mudah.

“Untuk sementara dengan ini kita bisa tahu kondisi demonifikasi Nya…..”

Catima mengangguk-angguk sendirian meyakinkan dirinya. Dalam beberapa hari ini, ia telah melakukan eksperimen terhadap hipotesis yang ia miliki. Percobaannya dilakukan dengan mengumpulkan beberapa monster lemah dan menyelidiki kondisi untuk  evolusi.

Telah banyak kasus di masa lalu yang mirip dengan hal ini. Namun kali ini, Catima berusaha melakukan percobaan selangkah lebih maju.

“Memo.. memo… Jadi kesimpulan Nya… Menyerap Magic Stone yang terlalu lemah tidak akan memiliki efek lain selain perubahan status Nya!! Karena itu tidak terjadi demonifikasi Nya…”

Begini eksperimen yang dilakukan oleh gadis itu. Ia membuat Big Bee berevolusi secara artifisial, yang kemudian berevolusi menjadi lebah yang lebih besar yang disebut Giant Bee. Untuk melakukannya, ia memberikan Magic Stone kelas rendah dan murahan seperti milik Ripple Modoki.

Setelah berevolusi menjadi Giant Bee, ia terus menerus memberikan Magic Stone Ripple Modoki atau sejenisnya. Pada awalnya ia berhasil mendeteksi adanya peningkatan status dan terlihat tubuh di dalam kandang itu semakin kuat. Namun di tengah percobaan, mulai menunjukkan tidak ada perubahan yang terjadi dan pada akhirnya, tidak ada perubahan apapun setelah memberikan ribuan Magic Stone.

Giant Bee pun berevolusi menjadi King Bee. Namun untuk sesaat, tanda-tanda evolusi tak dapat dirasakan.

“…Nya… Aku memang jenius Nya…. Aku memang cerdas Nya… Aku jadi takut pada otakku sendiri Nya…”

Catima menatap cermin dan memuji dirinya sendiri. Jika Ain ada di ruangan itu, pasti sudah ada pukulan yang melayang.

“Pemakan Magic Stone yang sayang ibu… Hmm… Ain memang memiliki karakter yang bagus Nya… tapi masih tidak ada apa-apanya dibandingkan diriku yang memiliki bulu dan kecerdasan Nya!!”

Setelah eksperimen selesai, Catima sedikit bersantai. Setelah membunuh Giant Bee dengan menggunakan alat sihir yang telah disiapkan, ia pun melangkah mendekati sofa. Tubuhnya yang sudah lama tidak tidur itu pun mencapai batasnya.

“Sudahlah Nya…. Aku akan beritahu Ain nanti nya…. huwaah…”

Catima pun sampai di atas sofa. Setelah berguling-guling mencari posisi yang tepat, ia pun membulat dan berangkat menuju alam mimpi.

Terima kasih telah berkunjung

Comments

3 tanggapan untuk “Maseki Gurume Volume 6 Chapter 1”

  1. Bashir berkata:

    Mantap lanjutkan min

  2. SiOtong berkata:

    Joss

  3. Evileye berkata:

    Wah dah lama gx berkunjung ternyata udah update banyak mantaaap, semangat trus min
    Jujur soal heim ane pengen yg by1 itu ain vs bapak palsunya, pengen liet ain hajar tuh badut wkwkwk

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *