Pengaturan Membaca

Font Style

  • Arima
  • Nunito
  • Corben

Font Size

Vol.06 - Ch.05
Gurunya Guru, dan Wilayah Dingin

Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 5 Februari 2022 .

Maaf selalu lama update ya....

“Ain-sama… Mohon maaf mengganggu waktu makan Anda…”

“Loh? Martha-san?? Kenapa ada di tempat ini??”

Setelah Dill menenggelamkan… menenangkan para ksatria, Ain dan ketiga sahabatnya menikmati santapan di ruang makan ksatria.

Sebagian besar menunya merupakan masakan daging dan beberapa lauk lain dan sup. Singkat kata, menunya ukuran besar dan banyak. Ngomong-ngomong karena para ksatria yang telah selesai berlatih dapat makan di tempat ini secara gratis, jadi mereka semua merasa ini merupakan berkah.

Dan Ain pun merasa penasaran kenapa Martha tiba-tiba muncul di ruang makan ksatria ini.

“Saya sangat berat untuk mengatakannya… akan tetapi… Anda memiliki jadwal sore ini…”

Sepertinya Ain sudah terlalu lama bersantai. Awalnya mereka berniat untuk datang ke tempat makan ini lebih cepat, namun semua itu tertunda karena obrolan mengenai kesan dari tontonan yang mereka saksikan hari ini. Dan akhirnya, kini sudah lewat tengah hari dan jadwal Ain berikutnya semakin dekat.

Martha terlihat berat untuk menyampaikan hal ini, namun Ain mengerti bahwa ini bukan salah wanita itu.

“Oh begitu ya… Sepertinya aku sudah terlalu bersantai ya..”

“Benar… Anda harus bersiap-siap untuk jadwal berikutnya… Lalu Dill.. Kamu tolong lanjutkan memandu tamu kita ini ya… Tidak masalah kan?”

“Dimengerti, Martha-dono..”

Tentu saja Dill di sini memanggil wanita itu dengan sebutan Martha-dono dan tidak memanggilnya ibu.

Agak disayangkan memang, namun Ain mau tidak mau harus berpisah dengan teman-temannya karena sudah memiliki jadwal lain.

“Semuanya maaf ya… Sebenarnya aku ada jadwal lain sore ini… Meskipun agenda itu juga di Istana, tapi karena ini urusan penting, jadi aku harus berpisah duluan nih….”

Ain menatap ketiga sahabatnya itu dan meminta maaf.

“Jangan khawatir, Yang Mulia. Lagi pula acara utama tur hari ini sudah selesai.. Jadi tidak masalah jika Anda pergi duluan…”

“Iya tuh.,,, Hari ini benar-benar menyenangkan… Sampai jumpa lagi di sekolah ya!!”

“Sampai jumpa lagi di sekolah!”

Sepertinya ketiga sahabatnya itu tidak terlalu memedulikan Ain yang ingin pergi terlebih dahulu, dan ini membuat Ain sedikit tenang. Setelah mendengar jawaban mereka bertiga, Ain berbicara kepada Dill yang duduk di sebelahnya.

“Dill. Aku titipkan mereka padamu ya…”

“Tentu saja, Tenang saja, saya akan antarkan mereka sampai ke gerbang istana dengan penuh tanggung jawab…”

“…Baguslah… Kalau begitu, semuanya, terima kasih atas kunjungan hari ini!”

Meskipun pada awalnya Ain dipenuhi perasaan yang tidak menyenangkan, namun karena Catima telah disegel hari ini, Ain dapat menyelesaikan kegiatan ini tanpa ada masalah berarti. Jika ini di dalam Istana, mungkin hasilnya akan berbeda.

Satu-satunya masalah yang terjadi mungkin hanya tentang Mei yang menjadi sosok malaikat di ruang makan ksatria ini. Namun hal ini tidak sempat terlihat oleh ketiga sahabatnya, jadi tidak menghasilkan hasil yang buruk. Namun tetap saja hal ini berpengaruh pada kesehatan mental Ain, sehingga ia berharap semoga hal seperti ini tidak terjadi lagi.

“Baiklah Ain-sama… Silakan ikuti saya… Claune-sama sudah menunggu Anda…”

“Oke.. Antar aku ya…”

Ain pun meninggalkan ruang makan dan melangkahkan kakinya untuk agenda selanjutnya.

Pemandangan Ain bersama teman-temannya. Para ksatria yang berhasil menyaksikan pemandangan ini mulai bercerita dengan bangga karena telah menyaksikan pemandangan langka ini.

***

“Martha-san… Claune di mana??”

Setelah meninggalkan ruang makan, Ain berjalan masuk ke dalam istana. Ia pun menanyakan keberadaan Claune kepada Martha yang berjalan di depannya.

“Beliau menunggu Anda di ruang kerjanya…”

“Begitu ya… Jadi kita menuju ke ruang kerjanya?”

“Anda benar”

Pertanyaan Ain langsung dijawab dengan cepat. Karena itu, selama beberapa saat, keheningan meliputi mereka berdua. Kemudian, Ain merasa ini adalah saat yang tepat, jadi ia memutuskan untuk bertanya tentang Mei.

“Hei… Marta?”

“Ya? Ada apa, Ain-sama?”

“Aku benar-benar tidak tahu loh kalau Mei bekerja di Ruang makan itu….”

“Tentang itu ya… Sebenarnya…”

Kenapa Mei bekerja di sana? Ain terus penasaran dengan hal ini, dan memutuskan untuk bertanya kepada Martha yang merupakan gurunya. Namun ternyata jawaban Martha jauh lebih dalam dari apa yang Ain bayangkan.

“Sebenarnya, dulu saya juga melakukan hal yang sama…”

“Martha-san melakukan hal yang sama??”

“Ya… Dulu saya juga diminta guru saja untuk bekerja di tempat makan itu…”

Ini adalah pertama kali Ain mendengar cerita ini. Justru Ain juga baru mendengar kisah tentang guru Martha. Ain terkejut mendengar kenyataan bahwa Martha yang saat ini merupakan pelayan terbaik pernah melakukan hal yang sama seperti Mei.

“Saya di perintahkan untuk tetap bersikap anggun di tempat yang sesibuk itu… Meskipun Mei itu masih harus mempelajari pekerjaannya dulu sebelum mempertahankan sikap anggunnya….”

Martha tersenyum sambil mengenang dan menceritakan kisah masa lalunya.

“Tapi seharusnya ini akan menjadi pengalaman yang bagus… Ia akan berlatih menerima banyak pesanan dan menyusunnya berdasarkan urutan prioritas… Cukup sulit bukan??”

“… Ya… Dia terlihat kerepotan…”

“Tapi Mei cukup menikmati semua perjuangan itu… Mungkin saja dalam sepuluh tahun gadis itu sudah menjadi pelayan terbaik loh?”

“Sepertinya penilaianmu cukup tinggi ya Martha…”

Martha cukup ketat dalam urusan pekerjaan. Dan karena adanya citra seperti ini, cukup mengejutkan bahwa wanita itu akan memberikan pujian setinggi ini. Bahkan sosok wanita yang tengah memuji Mei sambil tersenyum itu terlihat seperti sosok ibu Mei sungguhan.

“Anak-anak yang berjuang dengan keras melakukan sesuatu akan tumbuh menjadi orang hebat loh… Yah kata-kata ini juga saya dapatkan dari guru saya dulu…”

“…Ngomong-ngomong, guru Martha itu siapa sih??”

“Lo-Loh?? Memangnya saya belum pernah cerita pada Ain-sama??”

“Seharusnya sih belum…”

Meskipun berusaha sekuat tenaga untuk mengingatnya, namun Ain memang tak pernah mendengar nama guru Martha. Bukan berarti Martha menyembunyikan hal ini.

Martha pun berdeham, dan kemudian memberikan jawaban.

“Guru saya adalah Belia-sama… Beliau saat ini menjabat sebagai kepala pelayan, dan merupakan pelayan pribadi Lalarua-sama…”

Setelah mendengar itu, Ain pun langsung mempercayainya. Meskipun Belia merupakan seorang wanita tua berusia 60 tahun, namun saat ini ia masih aktif sebagai pelayan pribadi Lalarua, dan reputasinya merupakan yang tertinggi di antara para pelayan yang ada Istana.

Karena usianya yang sudah tua, biasanya ia tidak mengurus hal lain selain yang berkaitan dengan Lalarua. Oleh karena itu, Ain juga tidak memiliki banyak kesempatan untuk bertemu dengan wanita itu. Meskipun begitu, ia dapat mengerti betapa menakjubkannya sosok wanita bernama Belia itu.

Meskipun menggunakan daun teh yang sama, namun rasanya akan berbeda jika orang yang menyeduhnya berbeda. Namun Belia mampu membuat teh yang bahkan melampaui buatan Martha. Meskipun penampilannya sama persis, namun entah mengapa rasa dan aromanya berbeda. Bahkan Martha yang sudah bertahun-tahun menjadi pelayan itu masih tidak mengerti teknik apa yang digunakan oleh sosok kepala pelayan bernama Belia itu.

Terlebih wanita itu selalu telah menyiapkan semua kebutuhan Lalarua sebelum Lalarua memintanya. Dapat dikatakan Belia adalah sosok monster dalam dunia pelayan.

“Selagi kita membicarakan kisah masa lalu ini, tanpa sadar kita telah sampai di ruangan Claune-sama ya…”

“…Ini benar-benar cerita yang sangat menarik… terima kasih Martha…”

“Ini bukan apa-apa… Saya merasa terhormat cerita membosankan saya bisa berguna bagi Anda untuk menghabiskan waktu luang…”

“Dari pada di sebut cerita pengisi waktu luang, aku justru ingin mendengar lanjutan ceritanya… Ya kita lakukan lain kali saja,…”

Mereka tiba di ruangan Claune. Dan ini menjadi akhir dari obrolan mereka.

“Ceritanya cukup menarik… Sepertinya Belia-san memang orang yang sangat luar biasa…”

“Memang… Apalagi beliau adalah orang yang banyak menyimpan misteri… Ada yang mengatakan bahwa dahulu kala beliau menjalin hubungan dengan Warren-sama…. Ups… sepertinya saya telah mengatakan hal yang tidak perlu…. Kalau begitu, Ain-sama saya permisi dulu…”

“Eh? Tu-tunggu Martha-san!!? Tadi kamu bilang apa??”

Martha meninggalkan desas-desus yang membuat para petinggi penasaran selama beberapa tahun ini. Wajar mereka menjadi penasaran, jika mengingat sosok Warren itu.

“… Tidak, tidak boleh… Hari ini aku punya agenda lain… mari kita tanyakan hal ini lain kali…”

Ain membuat sebuah catatan pekerjaan dalam benaknya. Tidak baik jika ia membuat Claune menunggu terlalu lama. Karena itu, ia pun merefresh pikirannya dan berusaha bersabar.

“Silakan masuk…”

Setelah Ain mengetuk pintu, ia pun memasuki ruang kerja Claune. Selanjutnya, Ain akan menuju ke tempat Warren bersama dengan Claune, lalu membicarakan beberapa hal tentang Balt.

***

“Selamat datang Ain-sama.. juga Claune-dono…”

Setelah bertemu dengan Claune, Ain mendatangi sebuah ruang pertemuan yang ada di Istana bersama dengan gadis itu. Warren sudah menunggu di sana, jadi Ain dan Claune langsung duduk berdampingan di kursi terdekat.

“Apa aku membuatmu menunggu?”

“Tentu saja tidak kok… Tapi saya senang Ain-sama menikmati acara pagi ini…”

Warren mengatakan itu dengan wajah ramah seperti biasanya. Tidak disangkal bahwa pernah dipenuhi rasa kesal sebelum datangnya hari ini. Namun ia juga tak bisa mengungkapkan begitu saja bahwa dirinya merasa senang.

“…Aku serahkan pada imajinasimu saja…”

“Fufu… Begitu ya…. Kalau begitu syukurlah…”

Tidak mungkin Warren tidak memahaminya, bahwa Ain berusaha menyembunyikan perasaannya sebagai tanda penyanggahan.

“Kalau begitu langsung saja, kita mulai pertemuan kali ini…”

Cukup untuk basa-basi pembuka, dan pertemuan pun dimulai. Warren menyerahkan beberapa dokumen kepada Ain, dan ia mulai membacanya.

“Wilayah bekas Raja Iblis. Sesuai dugaan, masih ada banyak bahaya di daerah itu…. Normalnya itu bukanlah tempat yang bisa dikunjungi oleh Ain-sama selaku Putera Mahkota…”

“…Ya… Aku tahu itu….”

“Namun karena kondisinya begini, jadi saya ingin Anda ke sana dengan keadaan terbaik…”

Ain mengira ia akan dilarang untuk mengunjungi Wilayah bekas raja iblis itu. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa akan di izinkan.

“Kami akan menyertakan lebih dari setengah dari jumlah keseluruhan pasukan Royal Knight bersama Anda…”

“Begitu ya… Kalau sebanyak itu aku juga bisa tenang ya…”

“Syukurlah…”

Ain sendiri merasa cukup senang karena ia di kawal oleh banyak pasukan paling elite. Claune yang juga mendengar ini pun ikut merasa senang.

“Kalau begitu ditambah dengan Dill dan Chris-san??”

“Tidak. Kali ini, Chris tidak akan ikut ke Balt…”

“Eh?? Chris-san tidak ikut??”

“Beliau adalah seorang Admiral, jadi kali ini saya memutuskan untuk mengecualikannya…”

Jika alasannya begitu, maka masuk akal. Memang benar bahwa Chris adalah seorang Admiral, dan normalnya ia tidak akan bisa dengan mudahnya meninggalkan ibukota.

“Jadi sebagai penggantinya… Saya menambahkan Lloyd-dono untuk ikut bersama Anda… Jadi Anda bisa tenang…”

Seperti biasanya, Warren menunjukkan senyuman jahilnya. Ide jahilnya itu sepertinya berhasil karena Ain saat ini benar-benar terkejut. Bahkan Claune pun juga menatap Warren dengan ekspresi penuh keterkejutan.

“Bukankah dia seharusnya menjadi pengawal pribadi kakek??”

“Secara formal memang begitu… Lagi pula kami berniat untuk menahan Yang Mulia Raja tetap di Istana, jadi sepertinya tidak akan menjadi masalah…”

Kata-katanya mungkin agak berlebihan, namun pada kenyataannya Silvard memang tidak sering keluar. Karena itu, sering kali terlintas dalam benak apakah ia membutuhkan pengawal pribadi.

“Lloyd-dono benar-benar sangat antusias… Dan Yang Mulia juga sudah memberikan izin… Jadi tidak masalah…”

“…Ngomong-ngomong apa kata Chris-san??”

Mungkin benar bahwa Lloyd dan Silvard sangat antusias dengan hal ini. Ain dapat membayangkan bagaimana sosok kedua pria itu sedang bersorak gembira.

Namun bagaimana dengan Chris? Ain sendiri punya rasa percaya diri bahwa Chris cukup menyukai dirinya. Ketika memikirkan bahwa gadis itu tidak terlibat dalam perjalanan kali ini maka membuat Ain sedikit khawatir.

“Sebenarnya, saya belum memberitahu beliau…”

“…. Hah?? “

“Kalau membayangkan wajah sedihnya…. Saya jadi tidak tega… Jadi saya ingin beliau untuk mendengar ini langsung dari Ain-sama…”

“Ha?? Kok kalian mendorongku ke peran penjahat begitu sih…”

Warren melambaikan tangannya seolah menolak. Ini pasti kejahatan terencana, begitulah yang ada dalam benak Ain. Namun pada kenyataannya, Ain tak dapat berbuat apa-apa.

“Yah, mari kita kesampingkan dulu masalah Chris-dono…Biar Ain-sama yang mengurusnya nanti…”

“Kamu sengaja langsung memaksakannya padaku kan? Warren-san?? Hei??”

“Selanjutnya… Saya ingin menjelaskan tentang jumlah orang yang akan ikut serta bersama Anda menuju ke kota Balt…”

“I-iya….”

Terserahlah… Biar aku yang memberitahu. Ain membulatkan tekadnya, dan kemudian fokus mendengarkan penjelasan Warren.

“Totalnya ada 122 orang. Sebuah pasukan besar…”

“Ki-kita akan berangkat dengan pasukan sebanyak itu??”

“Sebesar itulah potensi bahayanya, mohon untuk dimaklumi….”

“…Apa boleh buat… Sepertinya memang tempatnya berbahaya sih…”

Sejujurnya Warren sendiri masih belum dapat menilai seberapa besar potensi bahaya tempat itu. Sebab penyelidikan ke wilayah itu tidak membuahkan hasil. Jadi ia benar-benar tidak dapat memperkirakan apa yang akan terjadi.

“Kalau begitu, Claune-dono…”

“Ya? Ada apa?”

“Saya menugaskan Claune-dono sebagai pendaping Ain-sama dan merawatnya… Bisa kan?”

“Ya, tentu saja. Percayakan pada saya…”

Selama perjalanan ke Balt, Claune akan mengurus barang-barang pribadi keperluan Ain. Namun ini terasa sedikit janggal. Jika rombongannya sebesar itu, mengapa tidak membawa pelayan?

“Warren-san? Apa ada alasan untuk tidak membawa pelayan??”

“Tidak. Tentu saja, beberapa pelayan akan ikut serta bersama Anda… Hanya saja tugas untuk merawat Ain-sama akan dilakukan oleh Claune-dono…”

“Be-begitu ya… aku jadi samar-samar antara mengerti atau tidak…”

Namun tidak disangkal bahwa Ain sendiri merasa lebih baik jika Claune yang melayaninya. Namun ia masih tidak mengerti mengapa Claune harus melakukan tugas sebagai pelayan.

“Ain? Para pelayan itu akan mengurusi para Royal Knight… Kalau harus melayani Ain juga, nanti mereka jadi tidak bisa beristirahat kan?”

Claune yang duduk di samping Ain memberikan penjelasan sambil meraih lengan kiri Ain. Ain jadi tidak bisa berkomentar apa-apa terkait tindakan yang terkesan normal ini.

“Kalau begitu alasannya.. Sepertinya bisa diterima…”

“Syukurlah… Tapi kamu duluan yang mulai loh?? Kamu kan bilang ‘Claune milikku!’ jadi tidak masalah kan kalau aku juga melakukan tugas-tugas seperti pelayan??”

“Apa hal itu harus dikatakan di sini?”

Warren menatap percakapan mereka berdua dengan penuh rasa bangga. Claune kini terlihat jauh lebih akrab dibandingkan dengan ketika ia pertama kali datang ke Istalica. Hal ini membuat hatinya sedikit tersentuh.

“Aku mengerti bahwa Claune akan melakukan tugas-tugas pelayan… Juga tentang rombongan yang jumlahnya besar… Lalu aku juga mendapat peran untuk memberitahukan kepada Chris-san untuk tetap tinggal di sini…”

Ada sedikit perasaan dendam dalam kata-katanya. Sudah jelas bahwa Chris akan menunjukkan wajah sedih layaknya seekor anjing yang dititipkan pemiliknya kepada orang lain. Ketika memikirkan kembali hal ini, Ain merasa sedikit terbebani.

Ada alasan mengapa Warren meminta Ain yang melakukannya, Misalnya saja, ada sebuah rencana bahwa jika Ain yang memberitahukan, maka gadis itu akan lebih sulit menolaknya ketimbang Warren yang memberitahukan layaknya penugasan formal. Baik bagi seorang Admiral maupun seorang ksatria… Egosime harus ditahan. Semua orang tahu itu, akan tetapi, jika dapat mengurangi kesedihan gadis itu, maka tidak ada salahnya.

“Hahaha… Syukurlah… Kalau begitu, selanjutnya saya punya beberapa hal yang harus kita diskusikan terkait dengan tanggal keberangkatan, dan penjelasan terkait wilayah Balt….”

“Loh? Waktunya sudah ditentukan??”

“Tentu saja, Karena ini juga pertama kali saya memberitahu Claune-dono, jadi mohon sesuaikan jadwalnya…”

“Baik, Warren-sama…”

Claune mulai membuka buku catatan yang berbeda dari dokumen sebelumnya dan bersiap untuk mencatat. Ngomong-ngomong semua barang-barang kecil ini dibuatkan oleh perusahaan kakeknya.

“Kami mengatur bahwa rombongan akan berangkat sekitar dua bulan lagi, dengan kata lain saat memasuki musim gugur…”

“Cukup dekat waktunya ya…”

“Setelah mempertimbangkan keadaan dari seluruh ksatria Royal Knight dan para pelayan serta peneliti, disimpulkan bahwa itu adalah saat yang terbaik…”

Karena rombongan ini terdiri dari banyak orang, maka agak sulit untuk menyesuaikan jadwal mereka. Meskipun Ain cukup fleksibel dalam urusan waktu, namun sepertinya kali ini tidak akan semudah itu.

“Untuk rincian personel dan informasi lain terkait perjalanan akan ditetapkan awal bulan depan… Di saat itu, saya minta Claune-dono untuk ikut hadir dalam pertemuan….”

“Kalau begitu saya juga akan bersiap-siap untuk itu…”

“Terima kasih…. Ngomong-ngomong, Ain-sama?”

“Hm? Apa?”

“Seberapa banyak yang Anda ketahui tentang iklim di Balt??”

Iklim? Ain mengulangi poin itu dalam hati. Ia mengerti bahwa tempat itu adalah tempat yang dihuni banyak petualang, dan di wilayah sekitarnya banyak sekali monster. Ia tahu tentang detail semacam itu, namun ia sama sekali tidak pernah memikirkan tentang iklim di Balt.

“Maaf. Sepertinya aku kurang belajar, kalau dipikir-pikir aku sama sekali belum pernah dengar apa pun tentang itu…”

“Oh… Mohon maafkan saya… Tidak perlu terlalu dipikirkan… Apa Claune-dono tahu sesuatu??”

“Ya, tentu saja. Dengar ya Ain… singkat kata, Balt itu adalah wilayah yang dingin…”

“Seberapa dingin?”

Claune pun mulai berpikir sambil meletakkan jari telunjuk di bibirnya. Setelah beberapa detik kemudian, seakan sudah selesai mengumpulkan seluruh informasi di otaknya, gadis itu pun mulai berbicara.

“Dalam satu tahun, kira-kira setengahnya selalu turun salju di wilayah itu…”

Ain jadi penasaran mengapa manusia dan monster bisa berkumpul di wilayah yang seperti itu. Namun tak ada gunanya ia mengeluhkan hal ini kepada Claune. Jadi ia hanya bisa memendam pertanyaan itu di dalam hatinya.

“Jaraknya memang sepersepuluh kali lebih dekat daripada jarak ke kota Ist, namun perjalanan ke Balt itu cukup datar, jadi bisa di bilang itu adalah provinsi utara…”

“Aku lebih suka daerah panas daripada dingin…”

Claune pun tersenyum mendengar keluhan manja Ain, dan menggodanya.

“Baiklah, kalau begitu pakai pakaian yang banyak sampai terasa panas… tenang saja, aku yang akan memakaikannya…”

“…Sepertinya ada salah paham deh…”

“Asisten yang berbakat itu benar-benar membantu ya Ain-sama…”

Karena Warren mulai ikut meledeknya, Ain pun segera mengganti topik pembicaraan. Karena ada kemungkinan ia akan dikalahkan jika ini terus berlanjut.

“Kita kesampingkan leluconnya, jadi intinya kalian memiliki pakaian musim dingin baru untukku?”

“Benar sekali…. Sebab saat Ain-sama pergi ke Balt nanti, sudah waktunya salju di sana turun,,,”

“Itu terlalu cepat kan??”

Padahal masih musim gugur, namun salju sudah mulai turun, Ain tidak menyangka bahwa daerahnya akan seperti itu. Sepertinya daripada berhati-hati terhadap monster, lebih baik dia berhati-hati untuk tidak mati beku.

Ain pun akhirnya sadar betapa diberkahinya iklim di ibukota ini.

“Ngomong-ngomong, kali ini, karena jumlah personelnya yang cukup banyak, akan ada pengumuman resmi bahwa Putra Mahkota berkunjung ke Balt. Tugasnya resminya adalah melakukan penyelidikan di darah bekas raja iblis yang selama ini belum terjamah… Ya meskipun pada kenyataannya ini bukan cuma formalitas belaka… tapi setidaknya kami akan mengumumkan demikian…”

“Jadi seperti seorang staf publik begitu??”

“Benar… Itu juga membuat kami lebih mudah dalam mengatur jadwal….”

“Benar juga sih… Kalau begitu, apa kita akan menggunakan kereta khusus keluarga kerajaan??”

Kereta yang cukup merepotkan baik saat naik ataupun turun dari kereta. Ain tidak terlalu menyukainya karena terlalu menarik perhatian. Meskipun ini bukan masalah besar, namun masalahnya antara terbiasa atau tidak.

“Tentu saja, jadi saya harap Anda bisa sedikit melambaikan tangan hanya untuk formalitas….”

“…tentu saja aku tidak bisa mengabaikan mereka kan…”

Sejujurnya Ain juga sedikit tertarik dengan gerbong khusus bangsawan yang menuju ke Balt. Seperti kereta seperti apa, atau bagaimana desain interiornya. Namun kereta kerajaan adalah yang paling nyaman. Setelah mempertimbangkan hal ini, maka Ain merasa pilihan itu tidak buruk juga.

“Tapi Warren-sama… Saya tidak menyangka bahwa Lloyd-sama akan ikut mengawal Ain…”

“Saya paham apa yang Claune-dono pikirkan…. Memang benar bahwa Lloyd-dono adalah master dalam dunia bela diri…. Dan merupakan sumber daya manusia terkuat di Istalica saat ini di atas segalanya…”

Tidak diragukan lagi bahwa Lloyd adalah sosok terkuat di ibukota ini. Itu sebabnya dia harus selalu berada di sisi Silvard. Itulah yang Claune pikirkan.

“Sepertinya Yang Mulia benar-benar khawatir…. Ini pembicaraan rahasia… sebenarnya yang menyarankan Lloyd untuk ikut adalah Yang Mulia sendiri…”

Sepertinya ini adalah ide Silvard. Sebenarnya dia juga ingin agar Chris pergi ke Balt saat ini juga, namun tentu saja itu tidak bisa, lalu Warren dan Lloyd berusaha mati-matian untuk menghentikannya.

Pada kenyataannya Silvard hampir tidak pernah meninggalkan istana. Jadi dapat dikatakan bahwa ia menyia-nyiakan harta karun bernama Lloyd. Dan tidak diragukan lagi bahwa dengan membuat Lloyd ikut dalam penyelidikan bersama Ain akan memberikan stimulus baru kepadan Ain. Karena itu Lloyd menjadi pilihan terbaik saat ini.

“Selain itu, kami sebenarnya juga meminta bantuan Profesor Oz untuk bekerja sama… Namun karena beliau memiliki jadwal yang tidak dapat dilepaskan, beliau mengirimkan banyak permintaan maaf….”

“Kalau ada Profesor Oz seharusnya jadi lebih baik ya…”

“Benar. Namun, tim peneliti kali ini juga cukup berbakat, jadi Anda tidak perlu mengkhawatirkan itu Ain-sama…”

Ain jadi mengenang kejadian di kota Ist. Oz adalah sosok paling bijak menurut Ain karena telah berkali-kali membantunya dan di akhir pertemuan mereka, ia memberikan Magic Stone milik Rubah Merah itu, Jika orang itu ikut ke Balt, Ain sangat bersyukur. Namun sangat disayangkan orang itu benar-benar sibuk.

“Apa boleh buat… Profesor juga orang sibuk…”

“Orang yang dipuji Ain sampai seperti itu.. Aku jadi ingin bertemu sejenak dengan orang itu.. tapi sepertinya kali ini belum bisa ya….”

Setelah ini, mereka bertiga melanjutkan pertemuan selama sekitar dua jam. Ain tidak tahu bahwa Balt adalah wilayah yang dingin. Dan dalam waktu yang tidak lama lagi Ain akan menuju ke tempat itu.

Terima kasih telah berkunjung

Comments

2 tanggapan untuk “Maseki Gurume Volume 6 Chapter 5”

  1. SiOtong berkata:

    Ntapss,, Tq min

  2. Gilda berkata:

    Up terus min

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *