Vol.09 - Ch.03.3
Oleom dan Reijut (part 3)
Diterjemahkan oleh: KuroMage pada 15 April 2022 .
Warning! The content is full of spoilers. Please buy the original novel to support the author.
Oh iya! Lanjutan Anime ada di volume 6 ya!!
Anggap saja, ada sebuah lelucon yang tersebar ke banyak negeri.
Tak ada warna putih dirumah-rumah Kerajaan Natra, karena sudah habis tertumpuk di luar.
Tak ada piring di rumah-rumah Kerajaan Solgest, sebab mereka makan sekaligus piringnya.
Dan tak ada peta dunia di rumah-rumah Serikat Ulbeth, karena mereka tidak akan terima jika negara mereka tidak berada di pusatnya.
“…Intinya, kita ini adalah orang pelosok yang tidak mau mengakui bahwa diri kita adalah orang pelosok…”
Oleom, sang perwakilan kota Barat bergumam sendirian di kamarnya.
Pada awalnya memang keempat kota tersebut adalah kota-kota yang saling berebut hegemoni di ujung benua barat. Dan jangkauan kekuasaannya sama sekali tidak luas. Mungkin orang-orang Ulbeth mengejek Natra sebagai negeri terpencil di ujung utara, namun dari sudut pandang negara lain, Ulbeth juga tidak lebih dari sebuah negara kecil di ujung barat benua.
Dan jika membandingkan kedua negara tersebut, saat ini Natra sedang berada dalam perjalanan untuk menjadi sebuah kekuatan besar. Dan menurut Oleom, bahkan akan sulit untuk mengatakan bahwa Ulbeth sedang berada di belakang Natra mengikuti jalan tersebut.
“Meski dipilih karena letak geografi, sepertinya adalah sebuah kesalahan untuk menyerahkan urusan luar negeri pada Kota Timur ya…”
Ketika empat kota pelosok memutuskan untuk bergabung dalam sebuah serikat, mereka menetapkan dua buah kebijakan.
Yang pertama adalah dengan masing-masing kota mengembangkan keahlian masing-masing, dan saling menutupi kekurangan kota lainnya, akan membuat pengelolaan negara semakin efisien.
Yang kedua adalah mendorong kerukunan antar kota, namun tetap menyisakan rasa persaingan agar setiap kota tetap berjuang keras untuk berkembang.
“Meskipun aku tidak bisa mengatakan semua itu salah…”
Hanya saja terlalu lama.
Sudah terlalu lama waktu berlalu sejak Serikat Ulbeth terbentuk, hingga akhirnya melupakan tujuan awalnya. Akibatnya, masing-masing kota terus mengembangkan keahlian masing-masing sambil kehilangan sebagian besar pengetahuan akan hal lain selain yang telah disepakati.
Memang dapat dikatakan bahwa menyerahkan bagian yang tidak kita kuasai kepada kota lain adalah semangat awal terbentuknya serikat, namun mereka masih tidak melupakan rasa permusuhan kepada kota-kota lain. Mungkin ini terdengar sedikit konyol, meskipun tidak memiliki kemampuan yang terlalu mumpuni untuk mengelola kota sendiri, namun kebanyakan penduduk Ulbeth berpikir demikian, “Serahkan saja urusan merepotkan kepada kota lain… Sehingga kota kita bisa menjadi lebih berkuasa ”
“Tidak masalah jika ini hanya sebuah omong kosong, namun pada kenyataannya Kota Barat dan Selatan membuat gebrakan, sedangkan Kota Timur hampir runtuh…”
Seluruh penduduk Kota Barat dan Kota Selatan bersorak-sorai dengan gembira. Sebab mereka akan menjadi sosok wajah Serikat Ulbeth.
Namun banyak di antara mereka tidak menyadarinya. Bahwa itu artinya, tugas diplomasi yang selama ini diemban oleh Kota Timur harus mereka emban sendiri. Mereka harus melakukannya sedangkan mereka telah kehilangan pengetahuan tentang negara-negara luar.
Selain itu, tak ada gunanya juga untuk menyadarkan mereka. Karena pada dasarnya mereka memandang rendah kota lain selain kota mereka, maka mau diberitahu seperti apa pun, pada akhirnya mereka hanya akan menjawab “Kalau kota lain bisa, kita juga bisa”.
“Padahal jika untuk urusan yang mereka ahli dibidangnya, mereka mengerti bahwa akan ada bahaya menanti jika orang amatir ikut campur… Namun saat mereka berada dalam posisi yang ikut campur, mereka hanya mengatakan pasti bisa…. Terlalu optimis.. apakah ini sifat dasar manusia?”
Oleom pun terlihat kesal membayangkan ironi tersebut.
Tentu saja selama ia berada di posisi sebagai perwakilan kota, ia memiliki kewajiban untuk membimbing dan menyejahterakan mereka. Namun tak dapat dipungkiri bahwa itu sungguh sulit.
Contohnya kejadian dengan Natra hari ini. Normalnya mereka harus mengambil sikap untuk bekerja sama, namun semua orang di Kota Barat tidak mau mengakuinya. Tanpa memahami seberapa berharganya Natra, mereka dengan percaya diri merasa lebih baik dari Natra.
“Reijut… Apa yang harus aku lakukan …”
Gumaman yang diwarnai dengan kesedihan itu pun menghilang tanpa didengar oleh siapa pun.
***
“…Begitu ya.. Jadi sikap mereka kepada Wein lebih seperti tanggapan faksi ketimbang perasaan pribadi…”
Setelah mendengar penjelasan Wein, Ninim pun mengangguk.
“Aku juga mendengar bahwa kedua perwakilan kota itu baru diangkat beberapa tahun belakangan ini… Tidak heran jika mereka masih belum memiliki kendali penuh terhadap faksi mereka….”
Penilaian terhadap kemampuan Reijut maupun Oleom cukup tinggi. Namun faksi mereka tidak sepenuhnya memberikan dukungan. Mungkin Kekaisaran akan menertawakan mereka jika melihat tingkah mereka yang angkuh di hadapan generasi muda yang menjanjikan itu.
“Ya, pasti semua ini berat untuk mereka berdua… aku jadi simpati…”
Wein yang berkata demikian juga merupakan seorang pemuda menjanjikan yang meneruskan tugas keluarga. Ia pasti memang dapat merasakan bagaimana perasaan mereka.
“Kalau begitu apa Wein akan menahan diri karena simpati dengan mereka?”
“Eh? Tentu saja tidak…”
Begitulah dia.
“Aku ini orang yang bisa memisahkan antara kepentingan pribadi dan urusan pekerjaan…”
“…Yah, aku juga tidak punya keluhan sih tentang itu… ”
Meskipun merasa ada sedikit kejanggalan, Ninim pun melanjutkan pembicaraan.
“Bagaimana pun, aku mengerti bahwa masih ada peluang untuk bekerja sama dengan kedua kota itu… tapi apa yang akan kita lakukan sekarang? Apa kita benar-benar akan mulai bersiap-siap untuk memulai pertempuran jangka panjang seperti itu?”
“Hmm….”
Wein mengerang panjang. Ini cukup langka karena dalam banyak kesempatan, Wein cukup cepat dalam membuat keputusan, atau setidaknya meskipun ia ragu. Ia akan cepat menentukan langkah. Apa ini berarti sesulit itu pilihannya?
“…Baiklah, kita temui Agata besok dan baru putuskan setelah mendengar rencana yang dia buat…”
Setelah berpikir cukup lama. Wein akhirnya memutuskan.
“Kalau rencananya adalah rencana biasa, kita akan langsung tinggalkan dia dan mendekati salah satu antara Kota Barat atau Kota Selatan….”
“Sepertinya itu sudah tepat….”
Ninim mengangguk dan kemudian melanjutkan.
“Menurutku, kalau nanti sampai berkepanjangan, ada baiknya jika kita mempertimbangkan untuk mundur…”
“Aku tidak mau itu… Aku mau pulang dengan membawa sesuatu…”
“Terkadang menghindari kerugian juga penting loh…”
“Tapi ini masih belum saatnya… Pokoknya, serahkan saja padaku…”
Ninim pun merasa sedikit khawatir ketika mendengar pernyataan penuh percaya diri Wein.
***
Keesokan harinya. Wein yang sudah sampai di depan Mansion Agata, segera menemuinya.
“Jadi, bagaimana pendapat Anda tentang Oleom dan Reijut?”
Mendengar Agata mengajukan pertanyaan dengan tenang, Ninim, yang berada di belakang Wein, merasa heran di dalam hati.
Pada pertemuan yang lalu Ninim menunggu di ruangan lain. Namun karena Kamil dan Agata tidak terlalu memedulikan meskipun tahu Ninim merupakan orang Fram, kali ini ia ikut serta di ruangan yang sama. Meskipun begitu, karena ia tidak memiliki wewenang untuk berbicara, jadi gadis itu hanya mengamati arusnya saja.
“Ya… Benar-benar orang-orang yang sangat luar biasa… Kalau mereka berdua bisa tumbuh dan berkembang dengan baik bersama-sama, kemungkinan Serikat Ulbeth akan tenang dengan adanya mereka…”
Wein memberikan tanggapan dengan penuh senyuman. Sebenarnya ini juga merupakan sedikit ejekan untuk Agata, namun jika Agata terprovokasi dengan ucapan semacam itu, dia tidak akan lama menjadi Perwakilan Kota Timur.
“Menurutku juga begitu… Karena itu, kita harus memastikan agar hal itu tidak terjadi…”
“Bagaimana rinciannya?”
“Ini….”
Kamil membawakan sejumlah dokumen sesuai dengan perintah Agata.
“Itu adalah berkas mengenai rincian warga yang ada di Serikat Ulbeth ini yang telah aku kumpulkan bertahun-tahun… Kota lain tidak akan mampu mengumpulkan data sebanyak ini… Dengan ini, kita akan memisahkan faksi barat dan selatan… Aku ingin Pangeran Wein membantuku dalam membujuk orang-orang itu…”
Ah, sepertinya ini tidak mungkin. Itu yang Ninim bayangkan. Jumlah berkasnya memang sangat luar biasa, namun tetap saja itu adalah hal biasa. Berdasarkan hasil diskusi dengan Wein semalam, memotong kerja sama dan berbelok ke pihak barat atau selatan adalah pilihan yang terbaik. Meskipun tidak terlihat jelas dari belakang, namun Ninim dapat membayangkan bahwa saat ini Wein sedang memasang wajah bosan.
Namun ternyata, dugaan Ninim salah.
(…Apa maksudnya ini?)
Wein justru menatap Agata dengan penuh keseriusan.
Sebab ia dapat merasakan sedikit tekad dari Agata hanya dengan tindakan yang sederhana ini.
(Agata ingin masalah ini terus berkepanjangan, jadi ia tidak keberatan jika kita berbelok ke kota Selatan atau kota Barat!)
Tak ada yang mendasari penilaian itu, namun Wein cukup yakin. Dengan mengumpulkan informasi-informasi kecil yang bocor dari balik topeng Agata, Wein tiba pada kesimpulan itu.
Karenanya Wein tidak meragukan lagi pendapat itu. Namun, karena ia sama sekali tidak meragukannya, maka muncul pertanyaan baru.
(Penyatuan itu hanyalah gertakan… Pemisahan itu juga merupakan sandiwara… Bukan hanya itu, dia bahkan sama sekali tidak terobsesi dengan posisi sebagai perwakilan kota…. Alasan dia mengirimku ke acara perjamuan adalah untuk membuatku mengira ada kesempatan untuk bekerja sama dengan Barat atau Selatan…. Untuk alasan tertentu, Agata berusaha untuk membuatku terikat dengan tempat ini! Tapi untuk apa??)
Tak terbaca. Rahasia terpenting Agata masih terkubur dalam kegelapan.
Meskipun tidak mampu membacanya, namun ada satu hal yang Wein mengerti.
Dengan kata lain, semua ini adalah jebakan. Selain itu ini jebakan yang sangat dalam. Karena itu, Wein…
(Menarik… Kau ingin mencoba melawanku, Agata!!)
Api di dalam hatinya mulai membara.
“…Berkas-berkas ini sangat luar biasa…. Layak untuk seseorang yang menjadi Perwakilan Kota Timur selama bertahun-tahun… Dengan semua ini, pekerjaan kita akan menjadi lebih mudah…”
Kemudian Wein melanjutkan seakan ingin menguji.
“Tapi Tuan Agata, bukankah semua ini terlalu lembek?”
“Hou?”
Muncul ketertarikan pada sorot mata Agata.
“Apakah Anda ingin menggunakan kekerasan? Sayangnya aku ingin menghindari tindakan seperti itu di Ulbeth…”
“Mana mungkin. Kalau ada orang yang menggunakan kekerasan setelah mendapatkan dokumen seperti ini, sebaiknya dia kembali saja ke kerumunan monyet-monyet… Saya ingin mengusulkan rencana pemisahan yang paling positif di dunia…”
Wein berbicara sambil memutar otaknya.
(Baiklah Agata! Kalau tujuanmu adalah memperpanjang masalah, maka aku hanya perlu melakukan kebalikannya! Aku akan menyelesaikan masalah di Serikat Ulbeth ini dengan cara yang tersingkat dan tercepat!!)
Kemudian Wein tersenyum.
“Dengan kata lain… Kita akan melakukan strategi perjodohan!!”
***
Comments